Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Provokasi kembang-kempis

Pelayaran kapal portugal lusitania expresso ke dili terancam batal. bekas presiden portugal antonio ramalho eanes akan ikut berlayar. portugal berusaha memanfaatkan untuk menarik perhatian dunia.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HINGAR bingar kapal Lusitania Expresso tiba-tiba saja gembos. Setelah diributkan hampir sepanjang dua pekan terakhir ini, muncul kabar yang seolah menjadi antiklimaks. Pelayaran ke Dili yang diberi dalih hendak menabur bunga ke kuburan Santa Cruz sekonyong-konyong terancam batal. "Ada kesulitan yang serius," kata ketua panitia misi ini, Rui Marques, Sabtu lalu. Sebenarnya, bau-bau kesulitan sudah tercium sejak Jumat pekan lalu. Kapal yang mestinya tiba di Darwin pada hari itu tiba-tiba dinyatakan ditunda hingga Senin pekanini. Belum sempat bergaung, muncul lagi kabar penundaan berikutnya. Lusitania Expresso baru akan tiba di Darwin 7 Maret pekan ini. Alasannya, kapal tertahancuaca buruk di Sri Lanka. Perjalanan kapal yang dulunya bernama Lusitania Ferries ini memang cukup panjang. Dari Portugal ia hanya membawa 17 awak tanpa penumpang. Baru di Djibouti ada tambahan penumpang empat orang. Dari sini rencananya kapal tersebut akan langsung menuju ke Darwin, tempat para pengikut misi berkumpul sebelum berangkat ke Dili. Diperkirakan, paling tidak seratus orang akan berkumpul di Darwin untuk bergabung. Namun, Sabtu pekan lalu terungkap sedikit kejelasan mengapa kedatangan kapal ini ke Darwin tertunda. Ternyata, ada hal yang lebih serius dari sekadar gangguan cuaca buruk. Rombongan dari Portugal yang sedianya akan terbang ke Darwin Sabtu ituterpaksa membatalkan rencananya. Dikabarkan, ada kesulitan perizinan untukpenerbangan khusus. Padahal, di pesawat itu akan ikut pula bekas presidenPortugal, Antonio Ramalho Eanes, yang disertai mahasiswa dan puluhan wartawan. Akibat penundaan itu, sekitar 60 calon pengikut pelayaran yang sudah berkumpulikut diliputi ketidakpastian. Namun, Minggu malam, kabar berubah lagi. Konon,semuanya sudah dibereskan. dan pesawat itu akan terbang via Bangkok menujuDarwin. Rui Marques, pemimpin redaksi majalah Forum Estudante, menegaskan,"Kesulitan sudah diatasi." Majalah Forum Estudante adalah sponsor utama pelayaran ini. Bahkan untuk itu mereka membentuk organisasi, Perdamaian Bagi Timor-Timur, Desember lalu. "Ini bukan organisasi permanen. Kalau misi selesai, organisasi ini bubar," kata Paulo Veiga, seorang rekan Marques yang mengorganisir misi ini dari Darwin. Mulanya, misi ini agak tak jelas nasibnya. Forum Estudante, menurut kantor berita Reuters, mengalami kesulitan dana untuk melayarkan kapal tua yang tadinya melayari rute dari Portugal ke Tangier di Afrika itu. Pihak Fretilin di Australia juga tak ikut mengorganisasi pelayaran atau membantu perlaksanaan pelayaran itu. "Kami hanya mendukung," kata Alfredo Ferreira, tokoh Fretilin yang berpangkalan di Darwin, kepada TEMPO. Pemerintah Portugal juga mengaku tak ikut campur dalam soal ini. Secara resmi Portugal hanya mengaku memberikan bantuan moral. "Secara pribadi, saya mengagumi usaha-usaha mereka yang berinisiatif mengadakan pelayaran ini," kata Presiden Portugal, Mario Soares. Bahkan putrinya, Isabel Soares, rencananya juga akan ikut serta, tapi belakangan mengundurkan diri. Akhirnya, pelayaran ini bisa mulai dijalankan setelah ada uluran tangan dari seorang pengusaha Portugal. Namun, seorang diplomat di Jakarta mengatakan pada TEMPO, bisa saja pemerintah Portugal sebenarnya ikut campur langsung dalam rencana itu. "Namun, secara resmi mereka pasti bilang tidak," kata diplomat tadi. Bisa jadi, diplomat tadi benar, pelayaran kapal ini tak pelak lagi bukan sekadar sebuah misi damai untuk menabur bunga. Portugal terlihat berusaha memanfaatkannya untuk menarik perhatian dunia. Salah satu cara, misalnya, dengan mengikutsertakan bekas presiden Antonio Ramalho Eanes dalam rencana pelayaran Darwin-Dili. Eanes bukan tokoh sembarangan. Ia adalah tokoh yang memainkan peran penting dalam Revolusi Kembang di Portugal 1974. Revolusi inilah yang kemudian meletuskan proses dekolonisasi yang akhirnya menjerumuskan Tim-Tim ke dalam perang saudara. Eanes kemudian menjadi presiden Portugal selama sepuluh tahun, 1976-1986. Jika tokoh sekaliber Eanes ikut, bisa jadi perhatian akan tertuju ke kapal itu. Di pihak Indonesia sendiri persiapan sudah dilakukan secara serius. Departemen Luar Negeri sudah menyatakan bahwa perairan Indonesia tertutup bagi Lusitania Expresso. Untuk itu, tiga kapal angkatan laut sudah disiapkan jika kapal itu nekat melabuhkan sauhnya di perairan Indonesia. Di darat, Panglima Komando Pelaksana Operasi Tim-Tim, Brigadir Jenderal Theo Syafei, juga tegas, "Pokoknya, kalau mereka mendarat, akan saya tangkap," katanya. Beberapa skenario memang sudah dibahas. Pertama bisa saja kapal itu digiring ke luar perairan Indonesia seperti halnya kapal nelayan asing. Skenario lain, kapal itu dibiarkan mendarat sementara. Baru setelah sampai di darat, para penumpangnya ditangkap dengan tuduhan melanggar undang-undang imigrasi dan dideportasi. Namun, sebagian perserta tampaknya tak peduli akan risiko yang akan terjadi. Tokoh Fretilin, Ferreira, mengibaratkan pelayaran ini, bak sebuah perjudian. "Bisa saja menguntungkan, atau juga merugikan kami," katanya. Dewi Anggraini (Darwin), YH (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus