MEMPERINGATI Hari Jadi-nya yang XXIV, Kabupaten Hulu Sungai Utara
(HSU) menandainya dengan peresmian sebuah kantor Bupati seharga
Rp 150.000.000. Bertolak dari harga yang cukup mahal sekaligus
memiliki kantor yang mewah itu, cukup alasan memang bagi Bihman
Villa, sang Bupati, untuk berkaok: "Ini baru kantor". Penyebab
lainpun masih ada. Itu kantor dibangun tanpa bantuan dari
Pemerintah Pusat kecuali sumbangan dari Gubernur sebesar Rp 20.
000.000. Selebihnya dipikul oleh Pemda HSU sendiri yang
disediakan selalna 3 tahun anggaran pembangunan. Maka
berkomentarlah secara resmi Gubernur Subardjo mengenai gedung
tersebut, "kantor ini adalah kantor Bupati termegah yang ada di
Kalsel" ujarnya pula, "wajar daerah ini mendapatkan kantor yang
bagus. Sebab daerah ini beberapa waktu lalu menerima anugerah
Prasamya dari Presiden".
Yang tersenum pada peresmian kantor baru itu ternyata tidak cuma
orang Pemda HSU saja. Dandim 1001/ HSU, Letkol Kamaruddin
misalnya, boleh disebut bagaikan kena lotre. Sebab kantor Bupati
yang lama dan masih utuh terletak di depan Rumah Sakit itu,
diberikan kepada Kodim untuk menempatinya. Dihadiahkan sama
sekalikah tanpa ada itu ini nya? "Pokoknya Kodim boleh menempati
selamanya", ujar Bihman. Berkata begitu, Bupati inipun tak lupa
mengingatkan bahwa, kantor Kodim yang lama dan sudah buruk itu
juga milik Pemda yang selama ini ditempati Kodim secara gratis.
Nah, itu tentang kantor yang untuk ukuran seluruh Kalimantan
Selatan, memang tidak ada tandingannya. Lihatlah misalnya gedung
DPRD-nya yang bernama Karya Sadaya itu, anggota-anggota yang
terhormat di daerah lain boleh iri. Sebab yang inipun belum ada
saingannya. Apalagi kalau mau melihat ke ruangan sidangnya, alat
pendingin dan pengeras suara lengkap serta ada kursi berputar
segala. Lalu bagaimana khabar Peringatan Hari Jadi yang jatuh
pada tanggal 1 Mei kemarin? Menurut laporan Pembantu TEMPO, HUT
yang dilakukan dalam sidang Istimewa DPRD, ada terselip
pembacaan puisi tentang kota Amuntai.
Berbobot atau tidak puisi karya Amir Husaini yang dibacakan oleh
puteri Bihman Villa itu, nampaknya menjadi tak penting untuk
didiskusikan. Setidaknya yang menjadi sorotan sementara undangan
dari Tk I, adalah pembacaan puisi yang dalam sidang istimewa
DPRD itu dipandang tidak lucu. Sebab itu tidak pernah terjadi di
mana pun. Ataukah orang Amuntai memang sengaja membuat acara
menjadi lain dari yang lain? Ini kurang jelas. Yang pasti ada
pejabat penting dari tingkat I yang bergumam "kok baca puisi
dalam sidang istimewa". Lucu atau tidak, puisi Amir yang
berjudul, "Dirgahayu Hulu Sungai Utara Jaya" itu, memang
bercerita tentang kota Amuntai. Tentu lengkap dengan
sanjungan-sanjungan pula.
Tapi, "jalan beraspal panjang merentang", -- seperti
disebut-sebut dalam puisi itu -- nanti dulu. Apalagi "jembatan
indah" tampaknya belum, dapat dijumpai oleh para saksi mata dari
manapun. Entah kalau cuma hayalan. Artinya puisi itu cuma
mengemukakan yang aduhai melulu. Tidak disinggung kotanya yang
baru tertimpa musibah banjir dengan akibat jalan-jalan jadi
rusak, jembatan-jembatan hancur, ratusan ribu telor bebek dan
ternak mati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini