AKHIRNYA, satu jalan keluar yang baik mulai ditemukan unnlk
menghadapi perkara pengungsi Indocina di Asia Tenggara. "Asean
kini sedang mempertimbangkan kemungkinan menyediakan sebuah
pulau di Indonesia sebagai pusat persinggahan (transil) para
pengungsi Indocina menuju negara ketiga," kata Menlu Mochtar
Kusumaatmadja pekan lalu di Singapura, ketika memulai
konsultasinya dengan para anggota Asean mengenai masalah ini.
Salah satu syarat penyediaan pulau ini adalah jaminan dari
negara-negara Rarat untuk menerima para pelarian ini, "hingga
kelak tidak akan ada masalah tinggalan bagi Asean."
Amerika Serikat dan beberapa negara Barat pada prinsipnya sudah
menerima konsep ini, kata Kepala Bakin Jenderal Yoga Sugama
pekan lalu. Pulau "yang tidak dihuni dan jauh dari mana-mana"
ini akan dibangun menjadi tempat pengumpulan sementara, selama
para pengungsi menunggu proses penyaluran untuk menetap di
negara penerima. Pengelolaan dan pembiayaan tempat tersebut akan
ditanggung Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR)
bersama beberapa negara penerima itu.
Masalah pengungsi Indocina ini memang makin membebani semua
negara Asean. Sekitar 140 ribu pelarian Indocina saat ini ada di
Muangthai, 54 ribu di Malaysia sedang Indonesia dan Filipina
menampung sekitar 4 ribu. Singapura dengan tegas telah
menyatakan hanya akan menerima paling banyak 1000 pengungsi
untuk sementara. Sedang arus pengungsi yang keluar Vietnam
tampaknya belum mereda. Sekitar 2 juta orang Vietnam sekarang
ditaksir ingin keluar dari negeri ini.
Cukup Air
Pulau mana yang akan disediakan? Sampai awal pekan ini belum ada
penjelasan pulau mana di wilayah kepulauan Riau yang dicadangkan
untuk tempat persinggahan pengungsi ini. Tapi sejak pertehgahari
Januari lalu, Departemen Hankam bersama Tim Penanggulangan
Pengungsi Vietnam telah mulai melakukan penelitian pendahuluan
untuk mencari pulau yang dianggap cocok. Maksudnya memiliki daya
tampung, cukup persediaan air, mudah dijangkau oleh komunikasi
lewat udara atau laut serta dipandang aman dari sudut keamanan.
Ada 4 pulau yang sudah dikumpulkan datanya. Pertama, pulau
Bubur, sebuah pulau kecil di sebelah barat Tarempa, di Laut Cina
Selatan. Kedua, pulau Telang di Bintan Timur. Ketiga pulau
Rempang dan terakhir pulau Galang, keduanya di Bintan Selatan.
Tampaknya pilihan lebih berat pada pulau Galang karena dianggap
paling memenuhi syarat.
Pulau yang terletak sekitar 50 km di selatan Tanjungpinang ini
luasnya lebih dari 175 kmÿFD dan bisa dicapai dengan kapal motor
sekitar 3 jam. "Pantainya sebagian berpasit dan sebagian lagi
berwujud hutan bakau sedang kedalamannya antara 10 sampai 12
meter dalam keadaan pasang. Pulaunya sendiri berbukit-bukit
dengan hutan yang tidak terlalu lebat, sedang sebagian besar
dataran yang ada merupakan semak belukar," tulis koresponden
TEMPO, ~Rida K. Liamsi, yang pekan lalu mengunjungi pulau ini.
Beberapa tahun lalu, pulau ini pernah dijadikan pusat penanaman
nenas oleh PT Mantrust. Ada sekitar 80 Ha tanah yang pernah
ditanami, yang kini ditumbuhi lalang dan belukar. Kecuali jalur
jalan yang pernah dibangun pada masa pendudukan Jepang, ada
beberapa jalan yang pernah dibangun Mantrust. Keadaan jalur
sepanjang sekitar 25 km ini rusak dan ditumbuhi semak.
Sekitar 100 arang karyawan Mantrust kini masih tinggal bekerja
di penggergajian kayu perusahaan ini. Banyak sungai kecil yang
dangkal di pulau ini hingga air bukan suatu masalah. Membuat
sumur cukup dengan menggali sampai 2 meter saja dan airnya merah
tapi tidak payau. Makin jauh ke arah bukit, air semakin jernih.
Jika sumber air dipusatkan di suatu tempat untuk memenuhi
kebutuhan ribuan orang tampaknya sulit. "Tapi kalau yang di
tempati sepanjang jalur jalan buatan Jepang dengan banyak sumur
serta tempat penampungan, tampaknya memungkinkan," ujar seorang
anggota Tim Penanggulangan Pengungsi Vietnam yang meneliti pulau
ini. Ditemukan juga beberapa bekas pusat penampungan air
peninggalan Perang Dunia II, meskipun tertimbun semak belukar.
Yang menjadi masalah ialah pelabuhan pendaratan, terutama untuk
pemindahan ribuan orang. Sebagian besar pantai pulau ini, walau
dalam, namun berbatu karang dan garis surut air amat jauh. Yang
terbaik letaknya adalah dermaga yang kini dipakai industri
penggergajian kayu Mantrust yang terletak di suatu teluk yang
agak dalam dan tenang.
Pulau Galang tidak terlalu terpencil. Selat yang memisahkannya
dengan pulau Rempang termasuk jalur pelayaran yang ramai. Ini
akan memudahkan pengangkutan bahan makanan bagi pengungsi kelak.
Banyak yang harus dibangun untuk suatu tempat penampungan
pengungsi di samping barak-barak penampungan dan fasilitasnya:
balai pengobatan, tempat rekreasi seperti lapangan olah raga dan
tak lupa juga lapangan pendaratan helikopter untuk memudahkan
pengangkutan petugas.
Apakah sudah pasti pulau Galang yang akan terpilih? "Terserah
keputusan Jakarta, kami hanya mengumpulkan data dan memberi
saran," kata Firman Eddy, Bupati Kepulauan Riau yang menjabat
ketua Tim Penanggulangan Pengungsi Kabupaten Riau. Ia sendiri
tampaknya condong memilih pulau ini sebab "Inilah yang terbaik
dibanaing tempat lain yang pernah diinventarisir."
Bupati ini malahan telah melihat jauh ke depan, setelah masalah
pengungsi ini terselesaikan. Tempat penampungan ini
diharapkannya bisa dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk
Indonesia sendiri "agar tidak tersia-sia." Harapan ini agaknya
berdasar juga, karena pulau Galang terhitung subur tanahnya yang
bisa dibuka untuk perkebunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini