Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Rawan Di Pantai Utara

Pantai Utara Jawa Barat antara Jakarta sampai Cirebon dikenal sebagai daerah empuk bagi penyelundup. Perlengkapan dan petugas yang kurang menghalangi usaha pemberantasan penyelundupan. (dh)

4 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENUH hutan api-api, pantai itu landai. Tak kurang 50 sungai kecil bermuara ke sana. Itulah pantai utara Jawa Barat pada bagian antara Jakarta sampai Cirebon. Yakni bagian yang belakangan disebut-sebut sebagai rawan, lantaran sering terjadi penyelundupan. Pantai itu memanjang sekitar 250 Km. Pemukiman penduduk terdapat di sekitar 30 dari 50 muara sungai tadi. Antaranya di daerah sekitar pelabuhan Belanakan di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Di daerah berpenduduk 4000 jiwa ini syahbandar Abdulhadi selalu berusaha agar rakyat membantu tugasnya. Yakni memberitahukan manakala melihat perahu tak dikenal atau gejala lain pertanda adanya penyelundupan. Apa boleh buat. Hadi bekerja di instansinya dengan tenaga keseluruhan termasuk dia, 4 orang. Di daerah Eretan Kabupaten Indramayu, atau pun di daerah-daerah lain, hal yang sama juga dilakukan petugas setempat. Alasannya tak juga beda: tenaga petugas kurang. Sejauh ini, dari pihak masyarakat, bantuan cukup diberikan. Tak heran Sersan Kepala D. Maryono dari Satuan Polisi Perairan (Sat Pol Air) di Eretan berkata: "partisipasi masyarakat memuaskan." Bagaimana pun, usaha pemberantasan penyelundupan oleh petugas di daerah pantai utara Jawa Barat ini bukan satu usaha yang mudah. Paling tidak begitu menurut Sapari, Kepala Bea Cukai Eretan. Alasannya: dibanding dengan perlengkapan yang biasa dipakai penyelundup, perlengkapan yang dimiliki petugas sangat kurang. Tak Punya Kapal Seberapa jauh kebenaran cerita Sapari tak sulit dijawab manakala keadaan medan di daerah itu diteliti dengan cermat. Bila muncul laporan penduduk menyebut adanya penelundupan di daerah Belanakan misalnya, petugas setempat akan meminta bantuan polisi Sukamandi dan Sat Pol Air Cirebon. Bantuan pasti datang, namun semuanya jalan darat. Sementara bantuan belum datang penyelundup bisa saja menghilang. Sebab jarak Belanakan-Sukamandi tak kurang dari 12 kilometer dan jalannyapun tak beraspal. Adapun Sat Pol Air Cirebon yang tingkatannya lebih besar dari Sat Pol Air Belanakan tak bisa membantu lewat laut karena instansi itu tak punya kapal atau perahu patroli. Di atas semua itu, penyelundupan bisa saja lolos manakala petugas hilap. Dan tentang ini masyarakat bukan tak punya cerita. Sehari sebelum terjadinya kasus penangkapan perahu Kapten Polisi Nasip oleh petugas Koramil Juni yang lalu di daerah Cilamaya, Karawang, masyarakat pun melihat ada perahu tak dikenal bermuatan tekstil. Laporan disampaikan kepada petugas. Dikatakan serentak laporan diberikan, serentak itu pula petugas seakan berpesta pora. Tak sulit ditebak apa yang terjadi. Sebab 3 oknum yang diketahui penduduk bertangungjawab atas muatan tekstil liar tadi belakangan diketahui bebas begitu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus