PENUH hutan api-api, pantai itu landai. Tak kurang 50 sungai
kecil bermuara ke sana. Itulah pantai utara Jawa Barat pada
bagian antara Jakarta sampai Cirebon. Yakni bagian yang
belakangan disebut-sebut sebagai rawan, lantaran sering terjadi
penyelundupan.
Pantai itu memanjang sekitar 250 Km. Pemukiman penduduk terdapat
di sekitar 30 dari 50 muara sungai tadi. Antaranya di daerah
sekitar pelabuhan Belanakan di Kecamatan Ciasem Kabupaten
Subang.
Di daerah berpenduduk 4000 jiwa ini syahbandar Abdulhadi selalu
berusaha agar rakyat membantu tugasnya. Yakni memberitahukan
manakala melihat perahu tak dikenal atau gejala lain pertanda
adanya penyelundupan. Apa boleh buat. Hadi bekerja di
instansinya dengan tenaga keseluruhan termasuk dia, 4 orang.
Di daerah Eretan Kabupaten Indramayu, atau pun di daerah-daerah
lain, hal yang sama juga dilakukan petugas setempat. Alasannya
tak juga beda: tenaga petugas kurang.
Sejauh ini, dari pihak masyarakat, bantuan cukup diberikan. Tak
heran Sersan Kepala D. Maryono dari Satuan Polisi Perairan (Sat
Pol Air) di Eretan berkata: "partisipasi masyarakat memuaskan."
Bagaimana pun, usaha pemberantasan penyelundupan oleh petugas di
daerah pantai utara Jawa Barat ini bukan satu usaha yang mudah.
Paling tidak begitu menurut Sapari, Kepala Bea Cukai Eretan.
Alasannya: dibanding dengan perlengkapan yang biasa dipakai
penyelundup, perlengkapan yang dimiliki petugas sangat kurang.
Tak Punya Kapal
Seberapa jauh kebenaran cerita Sapari tak sulit dijawab manakala
keadaan medan di daerah itu diteliti dengan cermat. Bila muncul
laporan penduduk menyebut adanya penelundupan di daerah
Belanakan misalnya, petugas setempat akan meminta bantuan polisi
Sukamandi dan Sat Pol Air Cirebon. Bantuan pasti datang, namun
semuanya jalan darat. Sementara bantuan belum datang penyelundup
bisa saja menghilang. Sebab jarak Belanakan-Sukamandi tak kurang
dari 12 kilometer dan jalannyapun tak beraspal. Adapun Sat Pol
Air Cirebon yang tingkatannya lebih besar dari Sat Pol Air
Belanakan tak bisa membantu lewat laut karena instansi itu tak
punya kapal atau perahu patroli.
Di atas semua itu, penyelundupan bisa saja lolos manakala
petugas hilap. Dan tentang ini masyarakat bukan tak punya
cerita. Sehari sebelum terjadinya kasus penangkapan perahu
Kapten Polisi Nasip oleh petugas Koramil Juni yang lalu di
daerah Cilamaya, Karawang, masyarakat pun melihat ada perahu tak
dikenal bermuatan tekstil. Laporan disampaikan kepada petugas.
Dikatakan serentak laporan diberikan, serentak itu pula petugas
seakan berpesta pora. Tak sulit ditebak apa yang terjadi. Sebab
3 oknum yang diketahui penduduk bertangungjawab atas muatan
tekstil liar tadi belakangan diketahui bebas begitu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini