TAK banyak orang tahu, di Desa Bugangan (Semarang) atau pun di
berbagai desa di Kotamadya dan Kabupaten Tegal, banyak industri
kecil pembuat ember, pompa air, cangkul, lampu teplok dan
sebangsanya. Maka, berlangsungnya Pekan Raya Pembangunan
Semarang (PRPS) sekarang ini, yang dibuka oleh Wakil Presiden
Adam Malik sehari sesudah menutup MTQ ke-XI bulan lalu, mau tak
mau mengingatkan orang akan dua tempat tadi. Paling tidak untuk
membayangkan bagaimana para pengusaha kecil di sana menghadapi
iklim ekonomi yang penuh cerita kenaikan harga sekarang ini.
Desa Bugangan termasuk Kecamatan Semarang Timur, Kotamadya
Semarang. Dari lebih 13 ribu jiwa penduduknya, mereka yang
terlibat industri keperluan rumah tangga, pertanian dan mainan
anak-anak sekitar 2.000 orang. Sebagian kecil tentu saja
terbilang tauke. Status apa pun yang mereka sandang, perhatian
mereka semua tertumpu pada sulitnya permodalan industri-industri
tadi.
Ketrampilan
Meskipun demikian, Wakil Presiden Adam Malik pula yang sebulan
sebelum IRPS berlangsung sempat datang ke desa tersebut. Dari
kekagumannya menyaksikan barang-barang produksi warga desa di
sana tanpa ragu-ragu Wakil Presiden mengusulkan agar
barang-barang tadi dibubuhi etiket made in Bugangan, Indonesia.
Artinya, ketrampilan warga Bugangan dinilai baik dan patut
dibanggakan.
Di Tegal, ketrampilan yang sama juga terlihat. Coba saja, dalam
Pekan Raya Jakarta dua bulan lalu tak kurang dari 36 perusahaan
dari Kotamadya dan Kabupaten Tegal ambil bagian memamerkan
produksinya. Itu semua adalah barangbarang keperluan rumah
tangga maupun pertanian. Tapi jika saja walikota dan bupati
setempat, begitu juga Kadin (Kamar Dagang dan Industri
Indonesia) tidak turun tangan dan menggalang kerja sama di
antara mereka, jumlah yang muncul di PRJ boleh jadi tak sebanyak
itu. Sebab sebagian besar di antara mereka tergolong pengusaha
lemah. Sedang untuk ongkos-ongkos mengikuti PRJ, keseluruhan,
diperlukan biaya sampai Rp 5 juta.
Maka adalah menarik usaha yang kini dirintis Kepala Desa
Bugangan bernama Saekoem, 3 5 tahun. Koperasi yang sebenarnya
sudah berdiri sejak 3 tahun lalu, tapi selama ini tidak aktip,
belakangan diaktipkan lagi. Melalui koperasi inilah para
pengusaha industri kecil di sana mengadakan pendekatan ke
berbagai pihak. Hasilnya: Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya
Semarang misalnya bersedia mengusahakan drum bekas aspal sebagai
salah satu bahan baku industri barangbarang keperluan rumah
tangga dan pertanian ini dengan harga Rp350 perbuah. Artinya
jauh lebih murah daripada harga yang dibeli oleh yang
bersangkutan selama ini: Rp 600.
Di Tegal, usaha kerja sama semacam itu juga ada. Yakni berupa
asosiasi dengan nama PT Kaliagung Utama. Dengan nama apa pun
kerja sama ini dilakukan, para industriawan kecil baik di
Bugangan maupun di Tegal berharap nasib mereka bisa meningkat.
Tanda-tanda sudah kelihatan: BRI Cabang Semarang belum lama ini
memberikan kredit kepada para anggota koperasi industri kecil
Bugangan masing-masing Rp100 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini