Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Rintangan di Balik Pengusutan Perkara

Dua penyebab yang membuat pengusutan kasus kematian Brigadir Yosua lambat adalah psiko-hierarki dan psiko-politis. Aspek itu dapat dimaknai bahwa proses pengusutan kematian Yosua berhubungan dengan hierarki dan politik di kepolisian.

4 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ayah dari Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Samuel Hutabarat (tengah) usai melakukan audiensi dengan Menko Polhukam Mahfud MD di Kemenko Polhukam, Jakarta, 3 Agustus 2022. ANTARA/Hafidz Mubarak A

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Menurut Mahfud, kasus kematian Yosua semestinya mudah diungkap karena lokasi kejadian perkara sudah terungkap.

  • Psiko-hierarki dimaknai sebagai hubungan antara yang berkedudukan lebih tinggi dan yang lebih rendah atau antara atasan dan bawahan.

  • Pengusutan kasus kematian Yosua sudah mengarah ke tersangka.

JAKARTA – Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. menyebutkan dua faktor penyebab lambatnya pengusutan kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Dua faktor itu adalah psiko-hierarki dan psiko-politis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Secara teknis, penyidikan itu sebenarnya mudah. Tapi butuh waktu karena ada dua faktor tersebut,” kata Mahfud di kantornya, Rabu, 3 Agustus 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahfud menyampaikan kondisi pengusutan kasus kematian Yosua itu setelah bertemu dengan ayah Brigadir Yosua, Samuel Hutabarat, serta tim advokat keluarga bermarga Hutabarat. Dia tidak menjelaskan psiko-hierarki dan psiko-politis yang dimaksudkannya tersebut. Mahfud hanya mencontohkan kronologi penanganan kasus itu, yaitu berawal ketika kepolisian baru merilis peristiwa kematian Yosua tiga hari setelah kejadian.

Versi kepolisian, Brigadir Yosua tewas dalam insiden baku tembak dengan Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudhiang Lumiu alias Bharada E—ajudan Ferdy seperti Yosua—di rumah dinas Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, sekitar pukul 17.30 pada 8 Juli 2022. Insiden baku tembak itu diawali adanya dugaan pelecehan terhadap istri Ferdy, Putri Candrawathi, oleh Yosua di lantai satu rumah dinas.

Bharada Eliezer, yang berada di lantai dua, mendengar teriakan minta tolong. Ia lantas bertanya kepada Yosua, tapi direspons dengan tembakan. Eliezer membalas tembakan tersebut. Yosua pun tewas tertembak dalam insiden ini. Sedangkan Eliezer sama sekali tak terluka.

Keluarga Yosua ragu akan kronologi versi kepolisian tersebut karena ditemukan sejumlah luka di tubuh Yosua selain luka tembak. Kecurigaan keluarga Yosua makin menguat karena kepolisian awalnya melarang keluarga membuka peti jenazah Yosua.

Menko Polhukam Mahfud Md. memberikan keterangan kepada awak media setelah menerima audiensi dari ayah mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Samuel Hutabarat, dan Persatuan Marga Hutabarat, di Kemenko Polhukam, Jakarta, 3 Agustus 2022. ANTARA/Hafidz Mubarak A.

Kasus ini sontak menjadi perhatian publik. Setelah itu, kata Mahfud, Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo merespons dengan membentuk tim khusus Polri untuk mengusut kasus kematian Yosua tersebut. Listyo juga menonaktifkan Ferdy Sambo dari jabatan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.

Terakhir, kata Mahfud, pengusutan kasus itu ditarik ke Badan Reserse Kriminal Polri, yang awalnya ditangani Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan dan Kepolisian Daerah Metro Jaya. Mahfud menyebutkan ada bias ketika kasus itu ditangani Polda Metro Jaya karena terdapat irisan perkawanan, jabatan, serta struktural.

Menurut Mahfud, sejumlah purnawirawan polisi bercerita kepadanya bahwa kasus kematian Brigadir Yosua semestinya mudah diungkap karena lokasi kejadian perkara sudah terungkap. Bahkan kepolisian sektor atau satuan kepolisian tingkat kecamatan bisa mengungkapnya. Meski begitu, Mahfud meminta semua pihak tak berpendapat lebih dulu. “Biar Polri memproses,” ujarnya.

Setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Mahfud menjelaskan bahwa pengusutan kasus kematian Brigadir Yosua berjalan sesuai dengan jalur. “Tinggal menuju ke tersangka dan TKP-nya,” kata Mahfud.

Peneliti psikologi politik dari Universitas Indonesia, Dicky Pelupessy, menilai dua penyebab yang disebutkan Mahfud itu. Dicky menganggap Mahfud hendak menyampaikan ke publik bahwa ada proses dalam pengusutan kasus Yosua yang berhubungan dengan hierarki dan politik.

Dicky menjelaskan, psiko-hierarki dimaknai sebagai hubungan hierarki, yaitu antara yang berkedudukan lebih tinggi dan yang lebih rendah atau antara atasan dan bawahan. Hierarki itu melibatkan sesuatu yang tak kasatmata dan rumit. 

“Aspek hierarki ini yang membuat proses pengusutan kasus ini tidak mudah,” kata Dicky, kemarin.

Selanjutnya psiko-politis, kata Dicky, dimaknai bahwa ada sesuatu yang berbau politik dalam kasus Brigadir Yosua. Aroma politis itu bisa berkaitan dengan hierarki individu ataupun institusi yang diduga terlibat dalam kematian Yosua. “Intinya, Mahfud menggambarkan kasus yang penuh misteri, yang bisa jadi ada hal-hal yang ditutupi,” ujarnya.

Dia yakin Mahfud paham akan kondisi yang terjadi di balik kasus Brigadir Yosua. Tapi Mahfud tak mungkin menyampaikannya secara terang-terangan karena proses penyidikan masih berlangsung.

Menggugat Tuduhan Pencabulan

Ayah Brigadir Yosua, Samuel Hutabarat, dan tim advokat bermarga Hutabarat berkeberatan atas tuduhan Yosua sudah berbuat cabul kepada Putri Candrawathi. Keberatan itu mereka sampaikan saat bertemu dengan Mahfud, kemarin.

"Belum ada keputusan pengadilan, anak kami dikatakan mencabuli,” kata Samuel.

Ketua Hutabarat Lawyers, Pheo Hutabarat, mengatakan keberatan itu sudah disampaikan kepada Mahfud. "Saya sedih, dari awal sudah terjadi tuduhan bahwa adik saya yang meninggal ini dianggap sudah melakukan tindak pencabulan," kata Pheo. Tim advokat dan keluarga, kata Pheo, lantas mempertanyakan kejadian sesungguhnya dari kematian Brigadir Yosua tersebut.

RIRI RAHAYUNINGSIH | FAJAR PEBRIANTO 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus