Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta- Romo Katolik yang sehari-hari bertugas di Seminari Tinggi Anging Mamiri, Kabupaten Sleman, Anthonius Michael, membetot perhatian publik lewat disertasinya yang mengangkat akulturasi Aluk To Dolo, agama lokal Suku Toraja, Sulawesi Selatan dengan Katolik dan Islam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sidang terbuka ujian promosi doktor Anthonius yang berlangsung di Gedung Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada akhir Mei lalu viral setelah diunggah akun TikTok @romobobsmf milik Romo Boby, sahabat Romo Anthon pada Rabu, 7 Juni lalu. Hingga Jumat, 9 Juni 2023 video itu disukai 9 ribu lebih pengguna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam video tersebut, romo asal Mamasa, Sulawesi Barat itu menyapa para penguji dan koleganya, romo, frater, dan biarawati dengan ucapan assalamualaikum. Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin yang menjadi penguji disertasi itu bertanya kepada Anthon, "Sudah mantap?" Anthon menjawab "Insya Allah".
“Saya tak menyangka bisa viral. Saya tak punya akun media sosial,” ujar Romo Anthon sapaan Anthonius kepada Tempo pada Jumat, 9 Juni 2023.
Disertasi berjudul Interaksi Agama dan Tradisi Lokal itu mengkaji akulturasi dan apropriasi bangunan rumah ibadah Masjid Agung Rantepao dan Gereja ST. Theresia Rantepao di Toraja. Anthon yang mengambil studi Antar Iman program S3 itu menyebutkan penelitiannya menggambarkan bentuk akulturasi agama lokal Toraja, Katolik, dan Islam melalui simbol-simbol pada bangunan rumah ibadah.
Simbol Aluk To Dolo pada gereja Katolik ST. Theresia Rantepao misalnya muncul pada tabernakel atau kotak khusus untuk menyimpan sakramen yang telah disucikan. Tabernakel biasanya diletakkan di belakang meja altar Gereja Katolik dan diberi lampu sebagai penanda adanya hosti atau tubuh Kristus yang disucikan.
Tabernakel bermotif khas Toraja adalah alang atau lumbung dalam konteks Toraja. Penggunaan alang pada gereja punya makna simbolis. Alang menggambarkan padi yang menjadi makanan utama dan sumber akehidupan masyarakat toraja. Pada masyarakat Toraja, alang berfungsi sebagai tempat menyimpan padi.
Mitologi Toraja mengisahkan padi yang menjadi makanan utama masyarakat Toraja berasal dari langit atau mengkalao domai Langi yang memberikan kehidupan kepada manusia. Nilai spiritualitas dalam mitologi padi dipakai gereja Katolik itu untuk menjelaskan ajaran iman tentang Yesus Kristus.
Gereja Katolik menganalogikan kehadiran Yesus sama dengan kehadiran padi dalam masyarakat Toraja. “Akulturasi alang menyambungkan makna iman gereja dalam masyarakat Toraja,” kata dia.
Pada Masjid Masjid Agung Rantepao terdapat ukiran khas Toraja yakni Pa’barre allo, berbentuk goresan atau lingkaran berwarna hitam putih dan merah yang menyimbolkan matahari dan bulan. Lingkaran putih kecil adalah bulan dan warna merah sebagai sinar.
Di bagian tengah terdapat bintang yang bersinar, lingkaran luar yang lebih besar adalah matahari. Pada masjid yang menggunakan alang itu terdapat tulisan lafaz Allah dan Muhammad dalam lingkaran berwarna hitam. Ukiran pada alang menyimbolkan persatuan dan kesatuan yang mengikat suku Toraja. Masjid yang punya akulturasi penerimaan masyarakat Toraja pada Islam dan sebaliknya.
Dua rumah ibadah itu berdiri hanya berjarak 300 meter. Keduanya dibangun pada 1946 dan mengalami renovasi. Melalui disertasinya, romo berusia 38 tahun itu berharap bisa menjadi pintu masuk lintas iman untuk saling berdialog.
Selama ini penghakiman terhadap agama dan budaya tertentu muncul dari ketidaktahuan. “Meminimalisasi upaya saling menjelekkan agama. Sebagai kajian akademik untuk melihat perbandingan agama melalui pendekatan budaya,” kata dia.
Pilihan Editor: Dosen UGM Ciptakan Aplikasi untuk Menolong Pasien Henti Jantung