Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini lelaki 56 tahun ini menghadapi berbagai tudingan. Ketika menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, Ryami-zard Ryacudu, diduga telah menyetujui pembelian Fokker 50 pada 2003. Dana pembelian sebesar Rp 20 miliar diambil dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Belakangan terungkap, pesawat ini tidak jadi beli, melainkan hanya disewa. Dana yang telanjur dikuncurkan kini tak jelas nasibnya.
Di era Ryamizard pula, sejumlah pemimpin Angkat-an Darat diduga terlibat kasus penyalahgunaan dana perumahan prajurit sebesar Rp 100 miliar. Skandal ini ber-awal dari kerja sama antara Badan Pengelola Tabungan Wajib Perumahan dan Yayasan Mahaneim untuk menggaet bantuan dari luar negeri. Ternyata upaya ini gagal, tapi dana perumahan prajurit telanjur dibobol.
Wartawan Tempo Budi Setyarso mewawancarai Ryamizard seusai acara silaturahmi Panglima TNI Marsekal Djoko Santoso dengan keluarga besar tentara, Selasa dua pekan lalu. Petikannya:
Bagaimana sebenarnya proses pembelian pesawat Fokker 50?
Kan sudah dijual lagi, itu nggak jadi dibeli. Jadi, ya sudah berarti jangan ditulis lagi.…
Karena itu kepemilikan pesawat kini atas nama Trans-wisata Prima Aviation….
Ya, ya. Eh, nggak tahu, punya siapa.… Dulu kan memang mau beli. Kenapa? Karena Angkatan Darat nggak ada pesawat. Yang ada tuh pesawat tua buatan tahun 1960-an. Saya nggak maulah naik pesawat itu. Tapi itu nggak jadi beli.
Namun, uang Rp 20 miliar dari APBN kan sudah keluar?
Nggak jadi beli, kok uang APBN keluar, gimana?
Kami memiliki bukti transfer pengeluaran uang itu.
N-ggak jadi beli (dengan nada tinggi). Sudah deh, nggak usah di-gede-gedein gitu-gituan. Orang negara lagi begini kok. Sudah, yang penting nggak jadi dibeli.
Bagaimana dengan dana tabungan perumahan prajurit yang kini raib.
Saya tidak pernah mengeluarkan uang, itu kan ha-nya titip saja. Tidak ada pengeluaran uang.... Ah ini ngadu saya de-ngan KSAD (Jenderal Djoko Santoso). Ini nggak bagus.… Yang penting, saya tidak pernah mengeluarkan uang, KSAD (yang baru) juga tidak pernah mengeluarkan uang. Saya jadi KSAD sampai Maret 2005. Itu uang keluar bulan apa?
Pada Oktober 2004.…
Pengeluaran pada bulan lima (Mei) 2005. Itu orang goblok saja yang bilang saya terlibat. Jangan sampai kita di-adu-adu orang, nggak baguslah.… Jangan saya diadu-adu lagi dengan KSAD. Bangsa kita lagi begini kok saya diadu-adu. Saya nggak suka itu.
Tapi saat memberi penjelasan ke parlemen, Jenderal Djoko Santoso menyebutkan, dana perumahan prajurit itu dikeluarkan pada Oktober 2004?
Sudahlah, tanya Angkatan Darat sa-ja. Jangan nanya sama gua lagilah. Po-koknya, sejak dulu saya tidak pernah memerintahkan pengeluaran -uang....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo