Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Serangan dari Lembah Bewani

Gerilyawan Papua Merdeka melancarkan serangan mendadak di Keerom. Pasukan TNI sulit memburunya.

17 April 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Horor itu muncul di siang bolong. Saat itu warga Desa Wem-bi te-ngah mengikuti peng-obatan gratis yang digelar mahasiswa bekerja sama dengan Tentara Na-sional Indonesia. Desa di Kabupaten Keerom yang berbatasan dengan- Papua- Nugini itu memang jauh dari fasilitas kesehatan. Pengobatan gratis, jelas, barang langka. Itu sebabnya, Senin siang pekan lalu itu ratusan warga desa tum-pah ruah menghadiri acara itu.

Tiba-tiba, letusan bedil terdengar ber-kali-kali. Orang-orang lari kocar-kacir, histeris ketakutan. Salak bedil itu datang dari kerumunan warga. Yang jadi sasaran adalah tentara Indonesia yang tengah bertugas di gardu jaga. Horor itu cuma belasan menit. Sesudah itu sepi. Kaum penyerang ambil langkah seribu ke belantara hutan.

Empat orang tewas. Dua tentara Indonesia, dan dua lagi diduga dari kelompok penyerang. Sejumlah warga terluka. Tentara Indonesia sekuat tenaga mem-buru kaum pengacau itu, tapi belum satu pun yang dibekuk.

Rabu pekan lalu, militer Indonesia- kemudian membentuk tim khusus ber-anggotakan 21 tentara untuk mengejar- mereka. Jakarta memastikan kaum penyerang itu anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ngotot memerde-kakan Papua dengan cara apa pun. Rupa-nya anggota OPM sukses menya-mar sebagai warga yang mengikuti peng-obatan gratis siang itu.

Sesudah kisruh di Abepura yang menewaskan empat tentara Indonesia, di-susul pemberian suaka politik 42 orang prokemerdekaan Papua di Australia, kini giliran kaum gerilyawan di hutan yang beraksi. Selain menambah panas suhu politik, serangan itu sekaligus membuktikan tentara Papua Merdeka tak bisa dianggap remeh.

Kaum gerilyawan itu umumnya menyebut diri Tentara Pembebasan Nasional (TPN), divisi militer OPM. Sejak dibentuk 1965, nyaris tidak ada satu komando dalam gerakan ini. Mereka ber-gerilya dalam kelompok kecil. Tidak ada panglima tertinggi. Itu sebabnya, TPN sulit menjadi kekuatan militer yang besar.

Tapi taktik itu justru menjadikan kelompok ini lebih lentur dalam berbagai aksi. Kelompok TPN di setiap wilayah bisa bergerak kapan saja tanpa harus menunggu perintah panglima tertinggi.

Penyerbuan di Desa Wembi diduga atas perintah Mathias Wenda, pentolan TPN yang membawahkan kawasan itu. Mathias yang menyebut diri berpangkat jenderal memang membawahkan wilayah Jayapura hingga Arso yang berbatasan dengan Papua Nugini. Ia kerap kali bikin kejutan. Menyerang pos militer secara mendadak, lalu lenyap ke hutan belantara.

Itu sebabnya, Mathias Wenda menjadi target nomor satu tentara Indonesia untuk kawasan ini. Bersama sekitar 150 anggotanya, ia pernah dipepet militer pada Januari 2001. Wenda kemudian kabur ke Papua Nugini. Sempat dipenjara enam bulan karena pelanggaran perbatasan, ia menghirup udara bebas pada Juni 2001.

Sesudah bebas, ia mengatur kekuatan. Pada Desember 2002 pasukan Wenda- menyerang pos militer di Wutung, wilayah yang berbatasan dengan Papua Nugini. Inilah arena favorit mereka. Sejak 2001, belasan kali kelompok Wenda menyerang wilayah itu.

Taktik mereka selalu sama. Begitu dipepet militer Indonesia, mereka sigap loncat ke wilayah Papua Nugini. Jika sudah begitu, militer Indonesia cuma bisa gigit jari. Kelompok Wenda ini sempat tenggelam sejenak, tapi melambung lagi sesudah serangan mendadak di Wembi, Senin pekan lalu itu.

Sejumlah petinggi OPM menuturkan bahwa pasukan Mathias Wenda kini bermarkas di Lembah Bewani, Provinsi Sandaun, Papua Nugini. Ia mendirikan kamp militer di lembah itu, tempat ratus-an pemuda Papua digembleng jadi tentara. Para pelatih umumnya tokoh senior militer OPM.

Sejumlah mahasiswa yang kabur dari Papua Barat sesudah meletusnya tragedi Abepura, Maret lalu, kabarnya ikut bergabung dengan Jenderal Wenda. Belum jelas apakah mereka ikut pelatihan militer juga. Serangan ke Wembi, Senin pekan lalu, itu diduga dirancang dari Lembah Bewani.

Tapi Moses Weror, tokoh OPM yang kini bermukim di Madang, Papua Nugini, amat meragukan serangan di Wembi dilakukan anak buah Wenda. Menurut dia, wilayah itu masuk jauh ke daerah Papua Barat dan dijaga ketat militer Indonesia. Agak berbahaya buat pasukan Papua Merdeka beraksi di situ.

Lagi pula, tutur Moses, tentara pembebasan Papua biasanya menyerang di malam hari, saat militer Indonesia terlelap. Bukan di siang bolong saat militer tengah berjaga. Jadi, kata Moses, ”Hebat betul pasukan Mathias Wenda itu, menyerang di siang bolong di daerah yang dijaga ketat.”

Setelah tiga hari menyisir kawasan Wembi, militer Indonesia belum mene-mukan satu pun pelaku. ”Sampai saat ini belum ada yang tertangkap. Kami terus memburu,” kata Panglima Komando Daerah Militer Trikora, Mayor Jenderal TNI George Toisutta, Rabu pekan lalu.

Memburu tentara pemberontak ini memang kerap kali seperti memukul angin. Mereka dengan enteng menyeberang ke Papua Nugini untuk kemudian datang menyerang lagi. Kesulitan itu dirasakan betul oleh militer Indonesia. ”Diperlukan kerja sama dengan Papua Nugini agar mereka tidak boleh menetap di sana,” kata Toisutta.

Walau tidak berada dalam satu ko-man-do, militer OPM hampir ada di setiap- daerah. Di kabupaten Sarmi, misalnya, terdapat pasukan pembebasan Papua yang dipimpin Hanz Yoweni. Wakilnya, Sas Makarobi. Kekuatan pasukan ini sekitar 70 personel. Senjata yang me-reka gunakan ialah parang, panah, M-16 yang umumnya direbut dari aparat Indonesia. Mereka juga menggunakan senjata warisan militer Belanda dulu.

Pasukan Yoweni bermarkas di sekitar- Sungai Membramo, sekitar sehari penuh perjalanan dengan speedboat dari Kota Sarmi, ibu kota Kabupaten Sarmi. Kelompok ini juga kerap bikin kejutan. Pertengahan Agustus 2005 lalu, mereka menyerang pos militer di kawasan itu. Tentara dan polisi sukses menangkap sejumlah anggota pasukan Yoweni ini.

Di daerah Wamena dan Ilaga, pasukan TPN dipimpin Goliath Tabuni. Si Goliath ini kerap disebut berpangkat- -mayor jenderal. Tak jelas benar bagaimana- pangkat besar itu diperoleh. Pasukan Goliath ini juga kerap bikin kejutan. April 2004, pasukannya membunuh enam warga sipil yang melintas dari Wamena ke daerah Jayawijaya. Mereka adalah lima orang sopir dan seorang pembantu. Tapi Goliath Tabuni ngotot menyebut korbannya adalah intel militer Indonesia. Sejumlah orang yang diduga anggota kelompok itu ditangkap polisi Indonesia.

Di daerah Mimika, militer OPM dipim-pin seorang yang sudah lama populer: Kely Kwalik. Dialah yang memimpin penculikan dan penyanderaan para pe-neliti Lorenzt di Mapenduma, 1996. Pasukan Kopassus sukses membebaskan para sandera, tapi sejak itu nama Kwalik tersohor di mana-mana. Anak buahnya kerap menyerang pos militer Indonesia di kawasan itu.

Februari lalu, santer diberitakan Kely Kwalik ditangkap polisi Indonesia di daerah pegunungan tengah. Sejumlah pihak meramalkan militer OPM di kawasan itu segera bertekuk lutut. Setelah diselidiki, ternyata yang ditangkap itu Kely Kwalik palsu yang nama aslinya Manase Telenggen. Si Manase ini diberi pangkat mayor oleh Kely Kwalik.

Selain nama-nama itu, pasukan militer OPM juga memiliki panglima di sejumlah wilayah dengan jumlah pasuk-an yang cuma belasan orang. Moses Weror- mengklaim jumlah personel militer OPM di seluruh wilayah Papua sekitar 5.000 orang. Tapi ”Jumlah senjata-nya sedikit karena kurangnya bantuan,” kata Moses.

Itu sebabnya mereka tidak berani berhadapan langsung dengan militer Indonesia. Mereka memilih serangan mendadak, seperti horor yang terjadi di Desa Wembi pada suatu siang.

Wenseslaus Manggut, Lita Utomo dan Cunding Levi (Jayapura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus