Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Setelah Pencalonan yang Gagal

Karier militer Ryamizard Ryacudu terbilang cemerlang, bahkan sempat dicalonkan jadi Panglima TNI.

17 April 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jenderal Ryamizard Ryacudu banyak melepas tawa. Sesekali ia membaca pesan pendek pada telepon seluler yang disodorkan Indra Bambang Utoyo, aktivis Forum Komunika-si Putra-Putri Purnawirawan TNI, yang duduk satu meja. Di sana juga tampak Ponco Sutowo, juga aktivis FKPPI.

Mereka sedang menghadiri acara si-laturahmi Panglima TNI Marsekal Djo-ko Suyanto dengan keluarga besar tentara yang digelar di Puri Ardhya Garini di kawasan Halim Perdanakusumah, Jakarta, Selasa dua pe-kan lalu. Ryamizard sengaja memi-lih duduk di belakang. Di deretan de-pan tampak sejumlah jenderal dan se-sepuh TNI, termasuk mertua Ryami-zard, Jenderal Purn. Try Sutrisno.

Seusai pertemuan barulah Ryami-zard menyalami pa-ra tamu di de-retan depan. Itu pun setelah Ma-yor Jende-ral Syam-sul Maarif, Asis-ten Terito-rial Kepala Staf Umum TNI, yang menjadi tuan rumah perte-muan, menggandengnya. Semula ia sudah bergegas meninggalkan ruangan.

Setelah tidak lagi menjabat Kepala Staf Angkatan Darat, Ryamizard jarang tampil di depan publik. Dalam setahun terakhir, ia ”diparkir” sebagai perwira tinggi di Markas Besar TNI Cilangkap. Itu sebabnya, dalam pertemuan itu ia menjadi pusat perhatian. Para juru fo-to terus-menerus membidikkan ka-mera ke arahnya.

Hari itu Ryamizard mengen-akan seragam dinas lengkap, pakaian yang mungkin akan segera ditanggalkannya. Jika tidak diperpanjang masa dinasnya, lelaki kelahiran 20 April 1950 itu akan memasuki masa pensiun pada akhir bulan ini.

Dia lulus Akademi Mili-ter di Magelang pada 1974. Kawan-kawannya yang lulus pada tahun yang sama antara lain Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin, kini Sekretaris Jende-ral Departemen Pertahanan, dan Letjen (Purn.) Prabowo Su-bianto, bekas Pang-li-ma Komando Ca-dangan Strategis Ang-katan Darat.

Sebenarnya, Ryami-zard masuk Ak-mil pada 1969, tapi ke-ce-lakaan yang dialami-nya saat di-plonco me-ma-tah-kan kaki-nya. Ia pun ha-rus keluar dari Aka-demi dan meng-ikuti seleksi la-gi setahun kemu-di-an. Dalam perjalanannya, Ryami-zard ber-sama tiga taruna seangkatannya, termasuk Prabowo Subianto, pernah menerima skorsing. Akibatnya, mereka lulus setahun lebih lambat diban-dingkan rekan-rekan seangkatannya.

Karier militer Ryamizard mulai cemer-lang setelah ia berpangkat kolonel. Ia pernah memimpin pasukan Garuda XII yang menjalankan misi perdamaian di Kamboja pada 1990-an. Setelah mena-paki sejumlah jabatan, akhirnya Rya-mizard menjadi Panglima Kodam V/Brawijaya. Sempat pula menjadi Pangdam Jaya, ia akhirnya menjabat Panglima Kostrad pada 2001.

Saat menjadi Panglima Kostrad, Rya-mizard memimpin gelar pasukan di Silang Monas yang hanya berjarak seratus meter dari Istana Presiden. Gelar pasu-kan dilakukan sehari sebelum Presi-den Abdurrahman Wahid menyampaikan pidato pertanggungjawaban di Sidang Istimewa MPR, 22 Juli 2001. Aksi ini melibatkan 2.000 personel TNI. Seba-nyak 81 kendaraan lapis baja sempat pula berkonvoi di jalan-jalan utama Jakarta. Banyak yang menafsirkan manuver ini sebagai tekanan terhadap Pre-si-den, yang kala itu berencana memberlakukan dekrit untuk membubarkan parlemen.

Sesudah Megawati Soekarnoputri menjadi presiden, Ryamizard kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada 2002. Bintangnya terus bersinar terang. Pada Oktober 2004, ia sempat dicalonkan oleh Megawati menjadi Panglima TNI. Namanya sudah disodorkan ke Dewan Perwakilan Rakyat.

Pencalonan itu ditarik kembali oleh Su-silo Bambang Yudhoyono, yang tam-pil se-bagai presiden meng-gantikan Megawa-ti. Langkah ini sempat me-nimbulkan ke-tegangan antara Presiden dan DPR. Sehari setelah penarikan, Presiden ka-barnya bertemu dengan Ryamizard selama dua jam di Istana Merdeka. Sejak itulah ketegangan mereda.

Ryamizard dipastikan gagal menjadi pemimpin tertinggi TNI setelah Presi-den menunjuk Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Djoko Suyanto sebagai pengganti Sutarto, Februari lalu.

Kendati tidak memegang jabatan lagi di TNI, Ryamizard tampak santai. Gaya bicaranya tak berubah saat ditanya war-tawan seusai pertemuan itu: tegas dan blak-blakan. Ditanya soal konflik di Pa-pua, misalnya, ia mengaku sejak e-mpat tahun lalu telah berbicara tentang ke-terlibatan Australia. ”Saya itu kalau bicara jauh ke depan, tapi orang bilang saya ini anti ini, anti itu..,” katanya.

Budi Setyarso

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus