Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengungkapkan, hingga saat ini, praktik pemilihan umum di Indonesia belum sepenuhnya bersih. Masih banyak oknum dari sebuah lembaga negara, yang seharusnya netral, pada praktiknya mendukung salah satu calon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang saya sampaikan ini, cerita tentang ketidaknetralan elemen atau oknum dari BIN (Badan Intelijen Negara), Polri (Kepolisian RI), TNI (Tentara Nasional Indonesia), itu nyata adanya. Ada kejadiannya. Bukan hoax,” kata SBY di Bogor, Sabtu, 23 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SBY menyebut, selama memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia 10 tahun, ia mengenal BIN, Polri, dan TNI serta para oknum, yang notabene petinggi lembaga tersebut, saat pesta demokrasi berlangsung.
“Baru-baru ini Jakarta melakukan pilkada, banyak sekali keganjilannya. Selama masa kampanye, calon wagub (wakil gubernur) Ibu Sylviana rutin, bahkan berkali-kali dipanggil kepolisian,” ucap Presiden RI ke-6 tersebut.
Tidak hanya itu, saat hendak dilakukan penghitungan suara pilkada DKI pun, SBY melanjutkan, namanya sempat disebut Antasari Azhar sebagai dalang yang membuat Antasari mendekam di bui.
“Kredibilitas saya dirusak. Susah saya adukan ke Polri, hingga hari ini tidak ada kelanjutannya. Kalau seorang mantan presiden menggunakan hak hukumnya tidak ditanggapi, apalagi dengan rakyat jelata,” ujarnya.
Meski begitu, SBY menuturkan bukan lembaga BIN, Polri, dan TNI yang tidak baik, tapi oknum di dalam lembaga tersebut yang turut mencederai demokrasi di Indonesia.
“Saya pernah hampir 30 tahun di wilayah itu. Dan kalau ada kesalahan, tidak ada prajurit yang salah, tidak ada anggota yang salah. Yang salah adalah petinggi-petingginya yang keblinger. Ingat itu,” tuturnya.
Karena itu, SBY berharap lembaga TNI, Polri dan BIN tidak keliru dalam bersikap saat pilkada serentak 2018.
“Mungkin rakyat tidak berani menyampaikan. Biarlah saya, SBY, warga negara biasa yang bicara. Kalau pernyataan saya ini membuat intelijen dan kepolisian kita tidak nyaman dan ingin menciduk saya, silakan,” katanya.