Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sejarah Hari Pramuka yang Diperingati Setiap 14 Agustus

Atas usulan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, gerakan kepanduan Indonesia kemudian diberi nama Pramuka yang ditetapkan pada 14 Agustus 1961.

13 Agustus 2021 | 14.37 WIB

Salah satu kegiatan Pramuka Indonesia, seperti aksi kemanusian untuk meringankan beban warga yang terkena musibah. MARIA FRANSISCA
Perbesar
Salah satu kegiatan Pramuka Indonesia, seperti aksi kemanusian untuk meringankan beban warga yang terkena musibah. MARIA FRANSISCA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak 1961, setiap 14 Agustus, masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pramuka yang dicetuskan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno untuk menyatukan seluruh gerakan kepanduan yang ada di tanah air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX, yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, pasukan terdepan dalam perang. Kata Pramuka diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana atau “Jiwa Muda yang Gemar Berkarya”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Gerakan kepanduan pertama kali dicetuskan oleh seorang anggota angkatan darat di Inggris, Robert Baden-Powell. Pada 1906 hingga 1907, Powell menulis buku Scouting for Boys, yang kemudian hari menjadi buku panduan yang digunakan di seluruh dunia. Buku tersebut berisi tuntunan untuk melatih keterampilan dan ketangkasan, survival, serta pengembangan moral.

Sejarah gerakan kepanduan di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Hindia-Belanda, yakni pada 1912, ditandai dengan adanya cabang kepanduan Nederlandsche Padvinders Organisatie atau NPO yang memiliki kwartir besar saat perang dunia I pecah. NPO kemudian diganti menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging atau NIPV pada 1916 oleh S. P. Mangkunegara VII di Surakarta.

Dilansir dari laman pramukababel.or.id, gerakan kepanduan NIPV ternyata sejalan dengan pergerakan nasional seperti Padvinder Muhammadiyah yang pada 1920 berganti nama menjadi Hizbul Wathan atau HW, Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Padvinderij yang didirikan oleh organisasi Syarikat Islam yang kemudian diganti namanya menjadi Syarikat Islam Afdeling Pandu atau SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij atau NATIPIJ yang didirikan oleh Jong Islamieten Bond dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie atau INPO yang didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Pada 23 Mei 1928, dibentuklah federasi kepanduan Indonesia yaitu Persaudaraan Antara Pandu Indonesia atau PAPI dengan anggotanya yaitu Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS. Namun federasi ini tidak bertahan lama karena adanya fusi. Kemudian pada 1930 didirikan Kepanduan Bangsa Indonesia atau KBI yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders atau Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij) dan Pandu Kebangsaan.

Satu dekade berselang, PAPI yang sempat mengalami fusi kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia atau BPPKI pada April 1938. Antara tahun 1928 hingga 1935 banyak bermunculan gerakan kepanduan di Indonesia baik yang beraliran kebangsaan maupun bernapaskan agama.

Kepanduan yang beraliran kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan gerakan kepanduan yang bernapaskan agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Dilansir dari Semarangkota.go.id, untuk mengupayakan kesatuan dan persatuan gerakan kepanduan, BPKKI merencanakan All Indonesian Jamboree yang kemudian diganti menjadi Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Kemudian pada 1941, Soekarno berkeinginan untuk menyatukan semua gerakan kepanduan yang ada di Indonesia. Atas usulan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, gerakan kepanduan Indonesia kemudian diberi nama Pramuka, singkatan dari Praja Muda Karana, yang ditetapkan pada 14 Agustus 1961. Sejak saat itu, setiap 14 Agustus akan diperingati sebagai Hari Pramuka oleh masyarakat Indonesia.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus