Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kreativitas Studio Seni Atasi Pandemi

Karya seni menjadi pembatas antar-pengunjung sehingga tetap bisa menerapkan protokol kesehatan.

2 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perupa Heri Dono dalam acara bertajuk performative lecture di Studio Kalahan, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 30 November 2020. TEMPO/Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Seniman teater bersiasat agar tetap bisa berkarya di tengah masa pandemi Covid-19.

  • Suasana studio pameran diatur agar para pengunjung bisa menjaga jarak fisik.

  • Karya seni menjadi pembatas antar-pengunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Beragam patung dan seni instalasi menjadi pembatas antar-pengunjung Studio Kalahan milik perupa Yogyakarta, Heri Dono. Sebagian karya seni itu menggunakan citraan manusia berekor dinosaurus, anjing, singa, gajah, angsa, dan robot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yang menarik, para pengunjung yang memenuhi undangan Heri mengenakan sarung. Heri menggambarkan sarung itu ibarat gerakan Budi Utomo di Gedung Stovia, Jakarta, pada 1908. "Filosofinya adalah gerakan kebangsaan dalam intelektualitas dan memiliki karakter yang berkebangsaan," katanya, Senin lalu.

Selain mengenakan sarung, pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak fisik di area studio. Puluhan pengunjung itu tengah mendengarkan Heri, yang membagikan pengalaman dan nilai-nilai artistiknya dalam acara yang diberi nama Performative Lecture. Di depan pengunjung, Heri membaca larik-larik pada buku Zaman Edan karya Ronggowarsito. Ia juga menunjukkan mainan tradisional otok-otok dan air yang menghasilkan bebunyian.

Selama tiga jam, Heri menjelaskan proses penciptaan karya-karyanya sejak 1990 hingga karya teranyarnya. Lewat layar, orang bisa melihat video yang menggambarkan proses penciptaan karya, diskusi, dan berbagai pameran internasional yang diikuti Heri. Dia juga menceritakan konsep ruang atau studio miliknya yang dibuka untuk publik itu.

Performative Lecture merupakan salah satu rangkaian program yang disusun bersama Srisasanti Syndicate dan Ruang Mes 56 untuk memproduksi dan mengolah arsip seni rupa tentang Heri Dono. Acara ini bagian dari pameran tunggal bertajuk "Kala Kali Incognito" di Galeri Srisasanti Syndicate, Jalan Tirtodipuran, Yogyakarta, yang digelar selama dua bulan, dari 6 November 2020 hingga 3 Januari 2021.

Dalam pameran itu, Heri Dono menggambarkan pertempuran manusia melawan Coronavirus Disease 2019. Ia menyebutnya sebagai pertarungan tanpa harapan melawan roda waktu. Kala adalah dewa waktu dan Kali sebagai dewi kematian.

Menurut Heri, pandemi bukan halangan bagi seniman untuk terus berkreasi dan berkarya. Ia sadar bahwa tidak semua karya seni bisa dinikmati secara virtual, melainkan perlu interaksi langsung dengan pengunjung. Di studionya itu, Heri menerapkan protokol kesehatan ketat dengan menjaga jarak fisik, memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir, serta menghindari daerah kerumunan. "Pandemi bisa diatasi dengan taat mematuhi protokol kesehatan," ujar Heri.

Ia dikenal banyak menggarap lukisan dan seni instalasi dengan figur-figur karikatural. Dia juga kerap memindahkan cerita wayang ke kanvas sesuai dengan gaya melukisnya. Lewat karya-karyanya, Heri mengajak orang merenung dan berkontemplasi atas asal-muasal virus corona. Penyakit-penyakit baru seperti virus corona itu dianggapnya muncul karena ulah manusia yang merusak ekosistem. Karena itu, untuk melawannya, manusia harus terbebas dari sifat serakah dan tidak merusak lingkungan.

Perupa kelahiran Jakarta, 12 Juni 1960, itu merupakan seniman kontemporer yang banyak berpameran di mancanegara, seperti di Venice Biennial Biennale ke-50 Venesia, Sao Paolo Biennial, dan Shanghai Biennale. Ia kerap mengeksplorasi seni visual, mantra, suara, dongeng, kritik sosial, humor, dan mitologi filsafat.

Direktur Mess 56, komunitas seni fotografi Yogyakarta, Anang Saptoto, mengatakan tim riset komunitasnya berperan meneliti arsip dan mewawancarai Heri Dono dalam proyek kolaboratif ini. Temuan riset itu menjadi data pembuatan video profil Heri, buku, Performative Lecture, workshop, kuliah umum, merchandise, dan stiker. Salah satu hasil kolaborasi antara Srisasanti Galeri, Mes 56, dan Heri adalah film berjudul The Enigma of Hedonism. "Film ini menceritakan nilai-nilai dan sikap kesenian Heri," kata Anang.

Film yang diproduseri Srisasanti Galeri itu telah diputar pada 27 November lalu. Galeri itu juga menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Mereka membatasi jumlah pengunjung dan mewajibkan semua pengunjung mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer yang panitia siapkan, mengenakan masker, dan menjaga jarak.

SHINTA MAHARANI


Kreativitas Studio Seni Atasi Pandemi

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus