Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sepenggal Kisah Selebriti itu

19 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULA-mula sosok itu hanya muncul samar-samar. Ketua Badan Kehormatan DPR, Slamet Effendy Yusuf, menyebutkan ia bukan anggota parlemen, berusia di bawah 50 tahun, dan selebriti yang sering tampil di DPR. ”Saya pernah ketemu dalam acara Today’s Dialogue di Metro TV,” katanya. Menurut Slamet, nama baru dalam sengkarut percaloan anggaran di DPR itu didapatnya setelah ia memeriksa Kepala Sekretariat Panitia Anggaran DPR, Setyanto Nugroho, dalam kasus kongkalikong dana bencana alam—proyek yang sebulan terakhir jadi omongan orang banyak. ”Ia pernah menemui Totok,” kata Slamet.

Belakangan, sumber DPR malah membocorkan bahwa orang yang dimaksud adalah Irma Natalia Hutabarat, aktivis yang pernah aktif di Mega Centre—kelompok yang mendukung Megawati dalam Pemilu 2004 lalu.

Tudingan kepada Irma, 43 tahun, memang gawat. Dalam selebaran yang beredar di parlemen, ia disejajarkan dengan Andi Mustakhim, sosok yang santer disebut-sebut sebagai salah satu ”koordinator” calo anggaran bantuan bencana.

Sumber Tempo menyebutkan, Irma berperan mengegolkan anggaran bantuan bencana sejumlah daerah (di antaranya Sumatera Utara, Papua, dan NTT) dengan melakukan pendekatan kepada Ketua Panitia Anggaran Emir Moeis dan Ketua Tim Kecil Panitia Anggaran Bursah Sarnubi. Kepada Tempo, Bursah mengaku memang pernah dihubungi Irma. ”Tapi enggak saya tanggapi, tuh,” kata Bursah. Irma membantah dirinya calo. ”Potong leher saya kalau saya calo,” ujarnya. Menurut Irma, dirinya memang pernah bertemu Emir Moeis di DPR, tapi itu untuk memperjuangkan Tapanuli Utara—kawasan yang diwakilinya dalam Pemilu 2004 lalu. Irma memang tercatat sebagai calon anggota DPR dari PDI Perjuangan untuk daerah Sumatera Utara. Namun, ia gagal terpilih. ”Saya datang ke Pak Emir untuk memperkenalkan Bupati Tapanuli Utara dan menyampaikan bahwa kondisi fisik di sana sangat parah,” ujar Irma. Ia menduga dirinya dituding sebagai calo anggaran karena ia memang hendak dihantam. ”Siapa saya ini, kok hebat benar bisa mencairkan dana bencana alam,” tuturnya lagi.

Irma bukan orang baru dalam dunia politik. Ia pernah menjadi aktivis lembaga antikorupsi Indonesia Corruption Watch (ICW) dan tercatat sebagai salah satu dari 32 tokoh yang tergabung dalam tim proyek pembentukan Komisi Anti-Korupsi Indonesia.

Berbekal pergaulannya yang luas, tahun lalu ia dipercaya menjadi juru bicara Mega Centre dan menjadi calon anggota DPR dengan nomor urut tiga di daerah pemilihan Sumatera Utara II.

Ketika memimpin Institute of Civic Education (ICE) on Indonesia, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan sipil, ia pernah dituduh menggelapkan sumbangan masyarakat sebesar Rp 4,2 miliar untuk korban banjir. Adalah Farid R. Faqih, Koordinator Government Watch, yang saat itu melaporkan Irma ke Polda Metro Jaya. Irma lalu memberi klarifikasi. Katanya, dana masyarakat dan bantuan dari pemerintah DKI telah disalurkan, termasuk melalui program beasiswa untuk 750 siswa. Irma selamat, kasusnya kemudian tak diperpanjang.

Zed Abidien, Rengga Damayanti, Yopiandi (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus