Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sesejuk udara dipoholon sesejuk udara di sipoholon

Sinode godang hkbp berjalan mulus.pemerintah tidak akan ikut campur dalam kemelut intern hkbp. yang kini telah selesai.

20 April 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sinode Godang HKBP berlangsung mulus. Kemelut intern telah usai? SINODE Godang HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) akhirnya berjalan mulus. Gubernur Sum-Ut Raja Inal Siregar, membukanya secara resmi di Seminarium HKBP di Sipoholon Tapanuli Utara, Sum-Ut, pada 8 April lalu. Mestinya sinode ini berlangsung Agustus tahun lalu, tapi gagal karena izin Kapolri tak keluar, konon karena dalam HKBP masih terjadi kemelut intern. Sikap Pemerintah kini berubah sejuk seperti udara di Sipoholon. "Lupakanlah masa lalu dan jernihkanlah hati serta tataplah masa depan," ujar Pangdam I/Bukit Barisan, Mayor Jenderal H.R. Pramono, dalam sambutannya. Dirjen Bimas Kristen, Julius Martowilayah, mewakili Menteri Agama, pun menyambutnya bagai seorang ayah. "Saya tegaskan, Pemerintah tidak akan mencampuri urusan intern HKBP," katanya. Kunci mulusnya muktamar ini bermula dari pertemuan Eforus HKBP, Dr. S.A.E. Nababan, dengan H.R. Pramono pada Januari lalu. Waktu itu Pemerintah rupanya tak lagi melihat ada "sesuatu" dalam HKBP hingga izin pun meluncur dari Kapolri. Dalam laporan pertanggungjawaban Nababan, ihwal "sesuatu" itu memang tergambar. Rupanya, selama ini terbersit adanya semacam kecurigaan kepada kegiatan HKBP yang seakan berkonotasi politis. Yakni adanya suara yang menyebut Nababan aktif dalam gereja CCA (Christian Conference of Asia). Padahal, Dewan Gereja Asia yang berkantor pusat di Singapura dan disebut condong beraliran kiri itu sudah ditutup. Untuk itu, sebuah Tim Empat yang dibentuk Parhalado Pusat (semacam DPR dalam HKBP) ditugasi menelitinya. Ternyata, tuduhan itu tak benar. Isu ini juga dijernihkan Ketua Umum PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), Pendeta Sularso Sopater, kepada TEMPO. Sularso mengatakan, keterlibatan Nababan dalam CCA justru untuk memurnikan CCA. CCA memang kelanjutan EACC (East Asia Christian Conference) yang lahir di Parapat, Sum-Ut, pada 1957. Namun, dalam sidangnya di Seoul pada 1985, suara CCA yang berbau politis itu muncul. Waktu itu ada peserta yang ngotot agar soal Tim-Tim dibicarakan. Padahal, isu ini tak ada kaitannya dengan kepentingan gereja. Itulah sebabnya anggota CCA dari Indonesia menolak agenda itu. Namun, PGI berhasil mengembalikan CCA pada "khittah"-nya dalam Sidang Raya di Manila pada Mei 1990. Yakni hanya mengurus soal gereja dan nonpolitis. Waktu itu Nababan terpilih sebagai salah seorang Presiden CCA. Penjelasan Sularso segera saja membikin jemaat menggumamkan "Haleluya", puji Tuhan. Yang mengganjal adalah kasus kelompok pendeta dan 19 orang yang dipecat Nababan. Sebuah Tim Lima dipimpin Pendeta Dr. A.A. Sitompul sebenarnya telah menawarkan welcome kembali ke HKBP. "Ternyata, mereka menolak itikad baik itu," kata Nababan. Mereka bahkan tak hadir pada sinode tersebut. Padahal, Jenderal (Purn.) Maraden Panggabean, bersama sejumlah anggota HKBP di Jakarta yang semula seolah kurang mesra dengan Nababan, telah membubarkan "Tim Damai" pada 4 April lalu di Jakarta. Panggabean bahkan diundang ke sinode dan diberi kesempatan memberi kata sambutan walau karena ada halangan ia tak datang. Sambutan tertulis jenderal ini memang beredar di kalangan peserta meski tak dibacakan. Isinya memang bersahabat. "Tak ada yang bisa membenahi masalah HKBP kecuali Sinode Godang HKBP," tulisnya. Ia juga menyambut gembira muktamar itu yang memang merupakan keinginan dan harapannya sejak semula. Sinode yang tak memilih eforus baru ini tampaknya akan sukses. Apalagi ketika menutup laporannya Nababan mengutip ucapan Rasul Paulus, "Aku lupakan apa yang terjadi di belakangku ...." Horas. Bersihar Lubis dan Sarluhut Napitupulu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus