JIKA harapan memang hanya satu-satunya, ialah meneruskan
sekolah, kita semua memang berhak resah dan pesimis. Tapi
ternyata tidak. Bahkan ada seorang pemuda lulusan SMA yang
kemudian menyadari tak berfungsinya STTB-nya dan perlunya
memiliki satu keterampilan khusus. Kemudian dia masuk ke satu
kursus dan sekarang hidup sukses: mendapat pekerjaan di sebuah
bengkel dengan gaji lumayan, Rp 60 ribu sebulan.
Kesadaran bahwa di luar jalan sekolah masih banyak jalan lain,
kini memang menggembirakan. Paling tidak itulah yang dicatat J.
Canny, 50 tahun, Direktur Lembaga Pendidikan Teknik Prakarya
Internasional di Bandung. Menurut direktur lembaga yang bergerak
di bidang kursus-kursus keterampilan itu, "melimpahnya remaja
lulusan SD sampai SLTA yang tidak tertampung, berpengaruh baik
pada perkembangan kursus-kursus keterampilan."
Lembaga Prakarya tersebut didirikan sejak 1952. Setiap angkatan
lama kursus tiga bulan. Dengan sistim begitu, setahunnya
rata-rata lembaganya bisa menampung 500-600 siswa. Ada sepuluh
jenis kursus yang dibukanya, antara lain: kursus bengkel mobil,
motor diesel, radio dan transistor, kursus las.
DI desa Noyotakan, Pekalongan sebuah Kursus Menjahit Nani,
didirikan sejak tahun 1970 oleh suami-isteri Ahmad Dahlan. sejak
1974 telah diakui Kantor P & K setempat dan berhak mengeluarkan
ijasah lokal karena prestasi-prestasinya. Bahkan seorang
lulusannya yang kemudian membuka kursus menjahit di Madiun,
dengan 125 siswa, sempat mendapat bantuan Kantor P & K Madiun
berupa mesin jahit.
Kursus Menjahit Nani mencatat 529 orang yang pernah menjadi
siswanya. Sekarang ada 230 siswa yang belajar di situ. Sebagian
besar terdiri dari jebolan SLTP dan SLTA, tapi tak kurang juga
yang hanya jebolan SD. Bahkan ada yang masih buta aksara.
Hebatnya, kursus ini juga mengundang remaja dari kota tetangga
Pekalongan -- Brebes sampai Batang -- sehingga mereka yang bukan
dari Pekalongan itu terpaksa mencari pondokan.
Dari uang kursus -- untuk putera Rp 900 dan puteri Rp 800
sebulan-suami isteri tersebut bisa mengantongi sekitar Rp 100
ribu sebulannya. Lumayan. Dan yang unik, di samping pelajaran
jahit-menjahit, juga diberikan pelajaran etika dan Pancasila.
Yang memberikan pelajaran ini memang pejabat pemerintah: Penilik
Kantor P & K Pekalongan Timur.
Di Bandung masih ada juga Yayasan Patriot yang mendirikan
Pendidikan Teknik Detroit. Pada mulanya, 1952, kursus Yayasan
Patriot ini untuk menampung para veteran. 1974, dengan timbulnya
keresahan masyarakat akan meledaknya anak-anak sekolah yang tak
tertampung, dibuka juga kursus untuk para remaja.
Setiap tiga bulan sekali, kursus ini menerima 120 remaja lulusan
SLTP dan SLTA untuk kursus berbagai keterampilan teknik. Sedang
yang dari SD disalurkan ke kursus mengemudi mobil. Peminatnya
melimpah, "sayang kapasitas terbatas," kata Rahadian Mangku, 50
tahun, pimpinan Yayasan Patriot. Yang diharapkan Rahadian
sekarang adalah uluran pemerintah berupa subsidi seperti halnya
yang diberikan kepada beberapa sekolah swasta. "Kami ini 'kan
juga meringankan beban pemerintah untuk menanggulangi
pengangguran," tuturnya. Toh, kini ia cukup bangga ijazah
keluaran yayasannya telah diresmikan oleh Kantor Dep Nakertrans
Bandung.
Di Kisaran, Sum-Ut, FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia)
Kisaran, sejak 1977 mendirikan kursus menjahit khusus puteri.
Ini memang dikhususkan bagi anak-anak buruh di daerah itu yang
putus sekolah. Dengan bantuan dari AAFLI (Lembaga Buruh Bebas
Asia-Amerika) kursus ini bisa berjalan lancar. Tanpa kewajiban
membayar uang masuk, hanya uang kursus Rp 300 per bulan, sampai
bulan Mei ini telah meluluskan 90 siswa. Sebagian besar memang
hanya lulusan SD, sisanya remaja putus sekolah SLTP dan SLTA.
Mereka semua memang tersalur, bahkan tidak bisa melayani
permintaan perusahaan penjahit di Kisaran sendiri. Ny. Harun,
pengusaha perusahaan penjahit besar di Kisaran, hanya berhasil
mendapatkan seorang lulusan kursus FBSI tersebut, padahal dia
butuh tiga orang penjahit.
Ada juga semacam kursus "amatir", artinya tak begitu teratur,
hasil gagasan S. Tanto yang putus sekolah SMA. Sebenarnya
keluarganya masih mampu membiayainya -- keluarga ini pengusaha
batik di Solo. Hanya menggantang asap dan begadangan setiap
malam, entah dari mana datangnya, timbul hasrat si Tanto ini
membatik. Bukan seperti yang dikerjakan tukang-tukang batik di
perusahaan ayahnya, tapi membatik semau Kue. Eh, tak tahunya,
ada turis Australia yang tertarik. Batik Tanto yang
"awut-awutan" kata ayahnya, dibeli si turis.
MELIHAT kemungkinan yang lebih besar, Tanto dan teman-temannya
membentuk sanggar Candik Ayu. Kegiatannya mengadakan semacam
kursus gratis bagi yang mau belajar membatik "bebas" begitu
istilahnya. Kursus ini tanpa biaya, hanya peserta diharap
membawa peralatan sendiri. Ini cerita lima tahun lalu, 1974.
Hasilnya? "Dulu bayangan saya akan menjadi kuli bangunan.
Setelah ikut kursus di Candik Ayu bisa bekerja begini," tutur
Winarto yang memiliki ijasah SMA. Kini penghasilannya rata-rata
Rp 2 ribu sehari. Wardi, juga lulusan Candik Ayu, sudah bekerja
di sebuah perusahaan batik. "Sekarang saya berani pacaran,"
ceritanya. "Dulu, berhenti sekolah, tak punya kerja, rasanya
tak uunya harga diri." Dia sekarang berhasil memiliki sebuah
sepeda motor. Dan bukan sedikit remaja lulusan Candik Ayu yang
kemudian bekerja di perusahaan batik besar seperti Perusahaan
Batik Keris dan Semar di Solo.
Di Kabupaten Serang, Jawa Barat Kantor P & K rupanya pagi-pagi
telah memperhitungkan adanya anak-anak yang tak tertampung
sekolah. Di tiap Kecamatan ada kursus keterampilan: mengelas,
montir radio, perikanan, peternakan, pertukangan dan masih ada
beberapa jenis lagi. Menurut catatan di Kantor Kanwil P & K
Serang, sudah 200 siswa yang lulus dan mendapat pekerjaan di
berbagai tempat. Tak dijelaskan di mana.
Baru-baru ini tercatat 6 ribu pendaftar yang menunggu tes,
terdiri dari lulusan SD sampai yang sudah sarjana penuh. Padahal
menurut perkiraan Kantor Kanwil P & K Serang, sekitar 4 ribu
lulusan SD dan 1500 lulusan SLTP tidak akan tertampung di SLTP
dan SLTA yang ada. Barangkali yang perlu ditingkatkan ialah
kerja sama antara Kantor Ditjen Bina Guna Serang dengan
perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini