SEMENTARA di perairan Cilacap pertikaian sesama nelayan bagai
tak ada henti-hentinya, di Sumatera Utara perampokan di laut
merajalela. Akhir bulan lalu sebuah perahu motor ditenggelamkan
di Cilacap dan nakodanya disiksa. Dalam waktu hampir bersamaan,
25 Oktober di perairan Ujung Tamiang Sum-Ut), seorang tewas dan
seorang luka berat terkena tembakan petugas yang sedang
menghalau perompak.
Semenjak jumlah pukat harimau dikurangi dari 1215 menjadi hanya
450 berdasarkan SK Gubernur Sum-Ut. no. 848/1977, tak sedikit
bekas awaknya yang terpaksa nganggur. Pada mulanya mereka
mencoba menjadi buruh di tempat-tempat pengolahan ikan. Tapi
akhirnya tak memberi hasil memadai bagi keluarga mereka. Maka
sebagian dari mereka sejak pertengahan tahun ini kembali terjun
ke laut, sebagai perompak. Mereka tiba-tiba muncul di dekat
trawl yang sudah sarat tangkapan, menguasai kapal itu dengan
ancaman senjata, menguras barang-barang berharga, terutama ikan
dan udang. Dan di pantai telah menunggu teman mereka dengan
kapal lain, siap melego hasil rampokan ke pasar terdekat.
Yang jadi sasaran mereka adalah pukat-pukat harimau yang sedang
beroperasi di tengah laut. Sebagai bekas awak trawl, para
perompak itu tahu benar saat-saat kapan sasaran diterkam.
"Hampir tiap malam ada saja pukat harimau yang kena rampok,"
tutur Usman Yus seorang awak pukat harimau di Gabion, Belawan.
Karena itu sejak bulan lalu pihak Keamanan Laut (Kamla)
menempatkan petugas-petugasnya di kapal-kapal pukat yang hendak
turun ke laut. Dengan senjata lengkap. Untuk ini pemilik pukat
harimau brsedia membayar Rp 5.000 untuk seorang petugas yang
menjaga kapalnya selama satu malam operasi. Tapi tak semua
pemilik pukat harimau mampu membayar jumlah itu, sehingga masih
ada saja yang menjadi sasaran perompak.
Dua orang korban di Ujung Tamiang tadi terkena peluru nyasar
yang dilepaskan seorang petugas dari sebuah trawl yang
dikawalnya ke arah sebuah pukat harimau lain yang telah dikuasai
para perompak. Korban-korban tadi adalah awak pukat harimau yang
telah disandera para perampok. Waktu itu sambil menyandera
nakoda dan para awak, perompak telah berhasil menguasai trawl
dan sedang bersiap-siap merampok pukat harimau yang lain. Tapi
ternyata kapal terakhir ini berisi petugas Kamla yang langsung
melepaskan tembakan-tembakan setelah melihat gelagat kurang
baik. Para perompak berhasil kabur dengan kapal hasil
rampokannya.
Di Cilacap
Jika bentrokan-bentrokan nelayan di Cilacap biasanya terjadi
antara nelayan tradisional dengan nelayan pukat harimau, yang
terjadi akhir bulan lalu lain lagi. Yaitu antara nelayan
tradisional dengan nelayan mini trawl. Tapi yang disebut nelayan
tradisional di sini sekarang adalah mereka yang telah
menggunakan perahu bermotor, meski tetap dengan jaring
konvensional (plastik). Di perairan ini sekarang jenis ini
berjumlah sekitar 600 buah, sedang pukat harimau 89 buah dan
mini trawl 9 buah.
Jenis terakhir ini muncul di Cilacap sejak Agustus tahun ini.
Disebut pukat harimau mini karena menggunakan moor 15 sampai 24
PK, panjang tubuh 11 meter, lebar 279 dan tinggi 0,70 meter.
Dengan daya angkut 3 ton harimau kecil ini menggunakan jaring
gill net, diperkenankan beroperasi di jalur II yaitu 3 sampai 7
mil dari pantai. Jenis ini dimaksudkan sebagai salah satu
langkah lanjutan modernisasi nelayan tradisional dan dalam
pemberian izin-izin operasi diutamakan bagi nelayan pribumi.
Tapi dalam kenyataannya menurur beberapa orang nelayan
tradisional. puka harimau mini itu banyak yang dimiliki atau
sekurang-kurangnya kongsi dengan nelayan non pribumi yang di
sini dikenal dengan sebutan Cina Bagan (Siapi-api). Ada juga
yang mencantumkan nama seorang nelayan pribumi hanya untuk
mendapatkan SIUP (surat izin usaha penangkapan) dan SIKP (surat
izin kapal penangkap). Tapi lebih-lebih lagi, nelayan
tradisional sering memergokinya memasuki wilayah mereka di jalur
I.
Pengeroyokan terhadap seorang nakoda akhir bulan lalu itu juga
disebutkan karena pukat mininya telah melanggar wilayah rezeki
para nelayan tradisional. Meskipun beberapa orang di antara
pengeroyok itu sudah tertangkap, tapi tetap belum terlihat
tanda-tanda penyelesaian secara menyeluruh dan tuntas. Karenanya
sewaktu-waktu kejadian serupa dapat terulang lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini