Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Siaga Satu di Merdeka Selatan

Menghadapi reaksi umat Islam, Kedutaan Amerika menyiapkan dua pesawat untuk mengungsikan warganya.

30 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERHATI-HATILAH para warga Amerika." Begitulah pesan Duta Besar Robert S. Gelbard kepada sekitar 150 orang Amerika, Jumat sore pekan lalu, dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Dia menyampaikan pesan tersebut karena sekarang muncul peningkatan ancaman terhadap warga Amerika Serikat di Indonesia. Bagaikan perang hendak berkobar, Gelbard juga mengkhawatirkan keamanan gedung dan perusahaan Amerika di negeri kita. Belakangan ini, Jakarta memang ikut mencekam. Setelah World Trade Center di New York terbakar lalu rubuh diserang teroris, dua pekan lalu, panas apinya seolah masih terasa dan menjalar sampai kota ini. Apalagi Presiden George Bush berencana menumpahkan dendam dengan menyerang Afghanistan, yang diduga melindungi Osama bin Ladin. Oleh pemerintah Amerika Serikat, Osama dianggap sebagai dalang di balik aksi teror yang menewaskan sekitar 5.000 jiwa itu. Tapi rencana negara adikuasa itu menuai reaksi keras dari umat Islam di mana-mana, termasuk di Indonesia. Lihatlah, sejumlah organisasi massa Islam sudah memasang peringatan. Intinya, jika Bush nekat menyerang negara Islam itu, mereka akan balas menyerang seluruh aset Amerika di Indonesia. Bagi mereka, serbuan ke Afghanistan sama dengan menyerang Islam. Peringatan ini didengungkan oleh para pemimpin organisasi Islam lewat sebuah konferensi pers di Kantor Pusat Dewan Dakwah Islamiyah di Kramat, Jakarta, Rabu pekan lalu. Front Pembela Islam termasuk yang lantang. Kata Rizieq Syihab, ketua umumnya, kalau Amerika nekat, bakal terjadi aksi sweeping dan pengusiran terhadap warga Amerika di Indonesia. "Kami siap mengampanyekan gerakan anti-Amerika di seluruh wilayah republik ini," kata Rizieq kepada Ardi Bramantyo dari TEMPO. Dari pemantauan TEMPO, tampak pula berbagai persiapan tengah dilakukan kelompok Islam garis keras. Ratusan pasukan muslim di Ambon dikabarkan tengah berbondong-bondong balik ke Jakarta. Selain menyiapkan aksi di Ibu Kota, kata sumber TEMPO, mereka kemungkinan akan dikirim ke Afghanistan. Dan Al Chaidar, aktivis Darul Islam, pun mengakui pihaknya tengah menyiapkan sekitar 5.000 orang pasukan cadangan di Bogor. Sebagian dari mereka memang baru pulang dari Ambon. Tak sekadar melempar pernyataan, aksi pemanasan pun mulai dilakukan. Berbagai kelompok silih berganti menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Terakhir, ratusan pemuda yang tergabung dalam kelompok Pelajar Islam Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Muslim Antar-Kampus (Hammas) berdemonstrasi di sana Jumat pekan lalu. Aksi serupa terjadi di kota lain seperti Solo dan Surabaya. Karena itulah Kedutaan Besar Amerika di Jalan Medan Merdeka Selatan siaga satu. Gelbard sendiri telah mendatangi Markas Besar Kepolisian RI, Jumat pekan lalu, untuk minta perlindungan. Akhirnya, ia mendapat jaminan polisi dalam pengamanan kantor dan rumah warga Amerika. Penjagaan yang semula hanya dilakukan satu satuan setingkat kompi (SSK), kini, ditingkatkan menjadi lima SSK atau sekitar 500 personel. Departemen Luar Negeri Amerika juga sudah memasang pengumuman di internet. Di situ disebutkan ada kemungkinan beberapa kelompok radikal akan menyerang fasilitas dan warga Amerika. Lalu, semua warga Amerika diharapkan meningkatkan kewaspadaan mereka. Tak hanya itu. Menurut seorang sumber TEMPO di kedutaan, sebuah rencana darurat juga telah disiapkan. Secara rahasia, sejumlah penasihat militer Amerika di bawah pimpinan seorang perwira menengah berpangkat kolonel telah berdatangan ke Jakarta untuk membangun sebuah crisis center. Mereka menyiapkan pusat informasi dan mendata warga Amerika di Indonesia. Kedutaan, masih menurut sumber TEMPO, bahkan telah menyiapkan dua pesawat terbang untuk melakukan evakuasi seandainya situasi keamanan memburuk. Pesawat yang disewa dari dua maskapai penerbangan asing tersebut sekarang diparkir di Bandara Changi, Singapura, dan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Keduanya disebut mengalami kerusakan dan sedang diperbaiki oleh divisi perawatan Garuda. Padahal, itu kamuflase saja. Pesawat tersebut sebetulnya dalam kondisi siap terbang. Gelbard sendiri tak mau menjelaskan soal itu. Kepada Purwani D. Prabandari dari TEMPO, Stanley Harsha, Atase Pers Kedutaan Amerika, mengatakan bahwa Duta Besar tak bisa memberikan wawancara dan tidak ada orang lain yang bisa berbicara mengenai masalah itu. Dan seperti serangan Bush yang belum jelas kapan dilakukan, segalanya tampak samar. Cuma ketegangan yang terasa. Wicaksono, Karaniya Dharmasaputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus