KONVOI puluhan sepeda motor mengelilingi Kota Madiun berlangsung hampir setiap hari selama sepekan silam. Pengendaranya sebagian besar berseragam putih abu-abu. Deru mesin motor mereka meraung-raung memekakkan telinga. Asap dari knalpot menciptakan kabut hitam yang menyesakkan pernapasan dan memedihkan mata. Tapi, anehnya, tidak tampak satu anggota polisi pun yang muncul menghalau mereka.
Kebiasaan yang mengganggu warga kota brem itu memang baru merebak belakangan. Dan ini merupakan dampak dari pertikaian antara anggota Batalion Linud Kostrad 501 Bajra Yudha dan anggota Kepolisian Resor Kota (Polresta) Madiun. Bermula dari sekadar adu mulut, dan adu jotos, konflik ini berkembang menjadi baku tembak pada Sabtu malam dua pekan lalu. Akibatnya, beberapa kantor milik polisi dan tentara rusak berat. Kaca-kacanya hancur dan pagarnya rusak. Insiden ini juga menyebabkan tiga anak remaja yang baru pulang dari perayaan ulang tahun tewas diterjang peluru.
Pihak tentara dan polisi sudah membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus itu. Para petinggi mereka pun telah berjanji mengusut tuntas. Bahkan, sanksi tegas telah diberikan. Kepala Polresta Madiun, Ajun Komisaris Besar Eddy Haryanto, diganti. Komandan Batalion Linud 501 Kostrad, Mayor Inf. Komestin Hadirin, pun telah dinonaktifkan pekan lalu. Tapi siapa yang menembak tiga remaja tadi belum jelas. Bahkan, peluru yang menembus bagian tubuh mereka belum terlacak berasal dari jenis senjata apa dan dipakai pihak mana.
Ketidakjelasan itu membuat para siswa dan mahasiswa kecewa, lalu menggelar aksi demonstrasi dengan konvoi sepeda motor tadi. Mereka menuntut agar pihak tentara dan polisi segera menemukan pelaku yang menembak tiga pemuda belasan tahun itu.
Bukan cuma si penembak remaja yang tak jelas. Akar persoalan di balik pertikaian antara polisi dan tentara pun terkesan ditutup-tutupi. Padahal, ini bukan sekadar soal adu mulut dan adu jotos di pompa bensin. Menurut sumber TEMPO, kedua belah pihak sudah lama bermusuhan. Ini gara-gara terjadi persaingan antara tentara dan polisi untuk menjadi beking beberapa bisnis gelap seperti judi togel, penjualan kayu ilegal, dan peredaran narkoba.
Sejak awal Agustus lalu, pihak Polresta Madiun memang gencar melakukan peng-gerebekan dan penangkapan atas pelaku ketiga bisnis ilegal itu. Menurut catatan TEMPO, tak kurang dari 12 kali polisi beraksi: menggerebek tempat judi togel dan tempat menyimpan kayu jati ilegal serta menangkap pengedar narkoba. Dari berbagai aksi sapu bersih itu, pihak polisi menangkap beberapa tentara yang terlibat. Bahkan, polisi juga pernah menggerebek judi togel yang bertempat di rumah seorang tentara di Madiun.
Sejauh ini, Panglima Kodam V Brawijaya, Mayjen TNI Sudi Silalahi, hanya menyatakan bahwa belum ada bukti ke arah keterlibatan aparat dalam berbagai bisnis gelap itu. Dan kasus Madiun dianggap tidak berkaitan dengan masalah itu. "Kalaupun ada yang maling, itu kan satu atau dua orang saja. Tidak mungkin satu kesatuan," ujar Letkol Inf. Djoko Agus, Kepala Penerangan Kodam Brawijaya.
Bentrokan antara polisi dan tentara tak hanya sekali ini terjadi. Hal serupa pernah meletup di Serui, Irianjaya, awal September lalu. Kota kecil itu menjadi ajang pertempuran polisi dengan tentara, yang sama-sama menggunakan senjata otomatis, hanya gara-gara pertikaian kecil di kedai minum.
Secara umum, menurut Letjen (Purn.) Z.A. Maulani, pertikaian terjadi lantaran ego besar dari masing-masing pihak. Tentara itu ibarat saudara tua dan polisi menjadi saudara muda. "Nah, sejak pemisahan TNI dengan Polri, saudara tua kehilangan status dan saudara muda mencari status," kata mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara itu.
Dua saudara itu juga sering saling cemburu. Suasana ini, menurut Koesparmono Irsan, menyebabkan adanya ketegangan antara polisi dan tentara. Dan satu-satunya cara mengatasinya, kata mantan Deputi Operasional Mabes Polri ini, adalah memperkuat silaturahmi di antara mereka.
Yang menjadi soal, silaturahmi hanya terjadi jika mereka saling menghargai, tidak ada yang merasa sebagai saudara tua atau muda.
Bina Bektiati, Rian Suryalibrata, Dwidjo U. Maksum (Madiun)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini