SOSOK Osama bin Ladin, yang tengah diperbincangkan orang sejagat, kini berwajah banyak. Bagi orang Amerika Serikat, pengusaha kaya asal Arab Saudi itu mirip setan yang membuat onar. Tapi, di mata sebagian kaum muslim yang tersebar di berbagai negeri, ia bisa menjelma jadi malaikat yang menebarkan berkah. Tak terkecuali di negeri ini.
Nyatanya, bagi penghuni sebuah rumah bercat putih kusam di kawasan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Osama bukanlah hantu. Rumah ini merupakan kantor majalah bulanan Darul Islam, sekaligus tempat aktivis Darul Islam sering berkumpul. Di antara mereka ada yang pernah berjihad di Afghanistan, negeri yang sekarang melindungi Osama. Di sini pula Al Chaidar, salah seorang aktivis muda kelompok ini, setiap hari menginap. Ketika ditemui TEMPO pekan lalu, ia justru tengah menanti berkah dari Osama. Maksudnya, jika Amerika berani menyerang Afghanistan, itu akan dijadikan momentum baru bagi gerakannya. Darul Islam akan bereaksi keras sambil menuntut agar pemerintah Indonesia menegakkan syariat Islam.
Sampai kini, Darul Islam masih menjalin hubungan dengan jaringan Osama. Kerja sama militer pun sering dilakukan, misalnya dalam konflik di Poso dan Ambon. "Ya, bentuknya mirip kerja sama militer antara Indonesia dan Amerika Serikat yang disepakati oleh Megawati dan Bush," kata lelaki berusia 32 tahun itu sambil tertawa.
Hubungan itu sejatinya sudah terajut sejak 1980-an, ketika kaum mujahidin Afghanistan tengah berperang melawan tentara Uni Soviet. Cukup banyak sukarelawan muslim dari Indonesia, termasuk dari kelompok Darul Islam, yang dikirim ke sana. Dan menurut Chaidar, kaum mujahidin di Afghanistan yang punya kontak langsung dengan Osama cukup menghormati gerakan Islam di Indonesia.
Ada juga mujahid dari negeri ini yang pernah bertemu dengan Osama. Dia adalah Jafar Umar Thalib, yang kini dikenal sebagai Panglima Perang Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sebelum ikut berjuang di Afghanistan, ia pernah bertemu dengan Osama di Peshawar, Pakistan, pada 1987. Saat itu, "sang teroris" masih bermuka klimis. Dari pembicaraan selama dua jam lebih, Jafar menyimpan kesan: pemuda yang punya semangat jihad tinggi itu sebetulnya kurang memahami Islam.
Kelompok Osama disebut Jafar sebagai kaum khawarij. Mereka berpedoman pada Al-Quran dan hadis berdasarkan penafsiran mereka sendiri dengan mengabaikan pandangan sahabat Nabi. Tujuan akhir kaum ini adalah mendirikan negara Islam dengan cara revolusi.
Dan di Ambon, kaum khawarij telah menebarkan pengaruhnya. Dua bulan lalu, kata Jafar, orang dekat Osama bernama Abu Abdul Aziz datang ke sana. Tokoh jihad di Bosnia ini memberikan bantuan kepada Laskar Mujahidin. Ditemani oleh orang-orang Mujahidin, kata Jafar, Abdul Aziz juga sempat menyodorkan bantuan kepada Laskar Jihad, tapi ditolak.
Diperkirakan, anggota Laskar Mujahidin di Ambon berjumlah sekitar 100 orang. Organisasi mereka amat tertutup dan anggotanya terpencar-pencar, sehingga TEMPO kesulitan untuk mengonfirmasikan hal itu. Sebagian besar anggotanya terdiri atas kaum muslim lokal, tapi ada juga yang datang dari luar Maluku. Dan menurut sumber TEMPO, memang sering terjadi friksi antara Laskar Mujahidin dan Laskar Jihad yang dipimpin Jafar Umar.
Ada satu lagi simpul organisasi yang disebut-sebut berhubungan dengan jaringan Osama bin Ladin. Kelompok ini bernama Majelis Mujahidin, yang didirikan lewat kongres di Yogyakarta tahun lalu. Tapi pemimpin organisasi ini mengelak. Kata Irfan Suryahadi Awwas, Ketua Lajnah Tandfidziyah Majelis Mujahidin, pihaknya tidak mempunyai hubungan personal ataupun organisasi dengan kelompok Osama, apalagi menerima bantuan dana darinya. Selama ini, Majelis Mujahidin memperoleh sumbangan dari para anggotanya, termasuk dari Ustad Mohammad Iqbal, yang mendapat bantuan dana dari murid-muridnya di Malaysia secara sukarela.
Hanya, orang-orang Majelis Mujahidin tidak melihat Osama sebagai setan. Menurut Irfan, ia justru seorang muslim yang taat dan mempunyai misi bagus bagi dunia Islam. Karena itu, organisasinya akan bereaksi jika Amerika benar-benar menggempur Afghanistan dengan alasan mencari Osama. Ia akan menggerakkan anggota Majelis Mujahidin untuk mengusir orang-orang Amerika di Indonesia. "Mereka itu virus yang sejak dulu ikut campur pemerintahan Indonesia," dia menegaskan.
Mungkin Amerika perlu berpikir lagi. Rupanya, bagi sebagian umat Islam, menggempur Afghanistan sama saja dengan meledakkan virus permusuhan yang bisa menebar ke mana-mana.
Gendur Sudarsono, Ardi Bramantyo, L.N. Idayanie (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini