SESOSOK mayat diketemukan tergeletak di pinggir jalan desa
Cangkringan, Kecamatan Kalasan, Yogyakarta 19 Januari lalu.
Hasil pemeriksaan menunjukkan korban yang bernama Hassan Bauw
(29 tahun), mahasiswa Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tewas oleh tembakan beberapa peluru yang bersarang dibadannya.
Orang cepat menghubungkan kejadian ini dengan peristiwa yang
terjadi seminggu sebelumnya. Parmanto MA, Pembantu Rektor UNS di
Sala juga tertembak oleh sekawanan orang tak dikenal di rumahnya
di Sala. Tapi waktu itu Jaksa Agung Ali Said cepat nnenyatakan
tak ada kaitan apapun antara kedua peristiwa ini.
Misteri pembunuhan ini baru diungkapkan Pangkowilhan II Letjen
Widjojo Sujono 1 Juni lalu: Hassan Bauw ternyata salah satu di
antara pembunuh Parmanto yang kemudian dibunuh oleh komplotannya
karena dianggap berkhianat. Tapi apakah dengan pengungkapan itu
misteri sudah sepenuhnya terangkat? Dan kasus ini lalu tamat?
Bahwa Hassan terlibat dalam pembunuhan Parmanto sebenarnya sudah
lama jadi bahan pergunjingan di Yogyakarta. Pada 22 Januari
lalu, 3 hari setelah tewasnya Hassan Bauw, di kampus IAIN
Yogyakarta diketemukan selebaran yang diketik acak-acakan.
Bunyinya antara lain: " . . . otak pembunuhan Parmanto adalah
Hassan Bauw." Selebaran itu cepat disita walau beberapa
mahasiswa dan dosen sempat membacanya.
Pribadi Hassan Bauw sendiri agaknya mempunyai sisi yang masih
gelap. Mahasiswa ini disebut-sebut sebagai informan, tapi ini
pernah dibantah Dinas Penerangan Kowilhan II. Hassan Bauw
misalnya pernah meminta pengunduran waktu ujiannya dengan
menggunakan nota dinas dari suatu instansi. Alasannya Hassan
sedang mendapat sesuatu tugas. Setelah Hassan tewas, surat ini
diminta kembali oleh instansi yang mengirimkannya (TEMPO, 3
Pebruari 1979).
Lahir di Fakfak, Irian Jaya pada 1949, Hassan Bauw, putera tokoh
Muhammadiyah Irian Jaya Ismail Bauw ini datang bersekolah di
IAIN Yogyakarta pada 1970 sebagai mahasiswa tugas belajar Kanwil
Departemen Agama Irian Jaya. Dengan perawakannya yang besar,
suaranya yang merdu dan kepintarannya bergaul, ia cepat memikat
orang. Sejak 1971 ia menjadi khotib di Masjid Syuhada dan sering
diundang untuk menjadi khotib atau imam di berbagai masjid.
Setelah beasiswanya dihentikan tidak jelas karena alasan apa --
ia tampak lebih giat di berbagai organisasi. Sebelumnya ia
pernah sakit dan dirawat lama di rumah sakit, konon karena
"ketegangan jiwa." Pada 1976 ia menjabat Koordinator Komisariat
HMI Yogyakarta sedang di sekolah ia terpilih sebagai Ketua Umum
Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah.
Saat itu dia dikenal sudah menunjukkan sikap yang "keras",
misalnya sering mengajak untuk "'memperjuangkan Islam sampai
titik darah penghabisan." Kamar pondokannya yang berukuran 5 x 5
meter penuh berisi buku, terutama tentang Islam. Kesibukan
Hassan tampak meningkat setelah Nopember 1978 ia mengikuti
Latihan Kepemimpinan IAIN se Indonesea di Jakarta. Bahkan
pacarnya sendiri heran akan peningkatan kesibukan Hassan. Gadis
Cilacap ini pernah kaget waktu Hassan dengan sedikit kasar
menyuruhnya menurunkan gambar Presiden dan Wapres yang terpasang
di pemondokannya.
Sejak kapan Hassan Bauw "digarap" Warman dkk? Sebuah sumber
TEMPO menyebutkan tahun 1975. Karena itu dia tidak cerewct
ketika beasiswanya diputuskan dari Irian Jaya. Konon sejak itu
Hassan dibiayai oleh Warman dkk. Tampaknya Hassan dibina oleh
Warman untuk tujuan jangka panjang mereka. "Misalnya waktu
Warman beroperasi di Lampung, Hassan Bauw sudah disebut sebagai
gubernur Jawa Tengah oleh kompltannya," ujar sumber yang sama.
Namun ketika Farid Gozali tertembak dan Abdul Kadir Baraja
ditangkap waktu mau lari ke Jakarta, komplotannya merasa pasti
Hassan Bauw yang membocorkan. Hingga kemudian ia dihukum mati
oleh Warman dkk.
Betulkah Hassan Bauw menjadi anggota komplotan Warman dan
kemudian "insyaf"? Semua ini mungkin bakal terungkap kalau
Warman dkk diajukan ke pengadilan? Semua pertanyaan saat ini
agaknya masih sulit dijawab. Yang berwajib sendiri tampaknya
masih terus mengusut kegiatan Hassan. Saat ini masih ada 4
mahasiswa IAIN Yogyakarta serta seorang pengurus masjid di Wates
yang masih ditahan.
Diumumkannya Hassan Bauw sebagai salah satu pembunuh Parmanto
sempat mengundang reaksi. Ketua Peradin Yogyakarta, Marhaban
Zainun dalam pernyataannya pekan lalu mengecam pengumuman itu --
sebagai menodai dan mengingkari asas "praduga tak bersalah"
yang dianut RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini