SEWAKTU saya sekitar tahun 1930-an masih duduk di bangku sekolah
menengah kolonial di Surabaya, Bung Karno adalah pahlawan pujaan
dalam hati generasi saya. Betapa tidak! Di tengah-tengah suasana
kolonial dengan segala macam diskriminasinya, Bung Karno dengan
PNI-nya dari Bandung telah membangkitkan semangat nasionalisme,
patriotisme, kemerdekaan dan kerakyatan.
Memang banyak pemimpin-pemimpin Pergerakan Nasional yang kita
kagumi, seperti Tjokroaminoto, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Dr.
Soetomo, H. Agus Salim dan sebagainya. Tapi di antara mereka ada
dua tokoh muda yang menonjol dalam pandangan kita, yaitu Bung
Karno di Bandung, dan Bung Hatta di Negeri Belanda.
Bung Karno dan Bung Hatta-lah yang pada waktu itu dengan tulisan
dan pidato-pidatonya menanamkan keyakinan dalam hati-sanubari
kita, bahwa Indonesia Merdeka dapat dicapai. Bahwa syarat mutlak
adalah Persatuan Bangsa dari Sabang sampai Merauke dan bahwa
Nasionalisme Indonesia adalah bagian integral dari kebangkitan
seluruh Asia. Mereka berdua juga meramalkan bahwa Perang Pasipik
akan pecah dan bahwa nanti datang kesempatan bagi kita merebut
kemerdekaan itu. Kemerdekaan adalah syarat mutlak bagi
rekonstruksi nasional.
Bung Karno membekali kita dengan dua buku. Yang pertama adalah
Indonesia Menggugat. Yaitu pidato pembelaannya di muka hakim
kolonial Bandung, tanggal 2 Desember 1930. Yang kedua adalah
Mencapai Indonesia Merdeka ditulis pada bulan Maret 1933, sesaat
sebelum beliau dibuang ke Flores. Dari kedua buku itulah kita
belajar ilmu perjuangan. Perjuangan kemerdekaan sebagai ilmu!
Yang harus dikerjakan secara rasional-ilmiah, dengan pikiran dan
perhitungan. Tetapi juga dengan semangat yang menyala-nyala.
Berdiri Di Atas Pundak Tiga Guru
Kita belajar menganalisa sistim kolonial, dengan segala kekuatan
dan kelemahannya. Kita belajar menganalisa rakyat kita, juga
dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Kita belajar hukum
dialektika dengan segala kontradiksi dan antagonisme
Nasionalisme melawan kolonialisme.
Pada waktu Zaman Jepang kita lebih dewasa dalam ilmu perjuangan.
Juga lebih berpengalaman. Dalam menilai sepakterjang Bung Karno
selama pendudukan Jepang itu, kita seringkali diliputi
keragu-raguan, malahan adakalanya kejengkelan. Taktik Bung Karno
dan Bung Hatta kita anggap lebih banyak ikut "menyanyikan
lagunya Jepang" daripada melawan. Tetapi akhirnya kita mengakui
kebenaran taktik mereka berdua. Yaitu keharusan adanya
revolutionaire geduld, kesabaran revolusioner. Mengetahui
bagaimana bertahan dalam pukulan, dan bagaimana menunggu waktu
untuk memukul kembali. Proklamasi Kemerdekaan dan Revolusi
Nasional kita yang dicetuskan oleh Bung Karno dan Bung Hatta
membenarkan taktik "kesabaran revolusioner" itu.
Dalam alam kemerdekaan saya berkesempatan lebih banyak berkontak
dengan Bung Karno. Juga berdialoog dan berdebat. Saya
berkesimpulan, bahwa kalau Bung Karno sejak mudanya sudah
berpandangan jauh ke depan, itu adalah karena dia "berdiri di
atas pundak-pundaknya" tiga pejuang"guru"nya. Yaitu
Tjokroaminoto, Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker alias
Setiabudi. Ibarat itu saya ambil dari bukunya John Langdon
Davies: Man and his Universe dari perpustakaan beliau pribadi,
di mana dikatakan bahwa "if Newton could see farther ahead than
the older generation, it was by standing on the shoulders of
three giants, namely: Aristotle, Copernicus and Galileo." Dengan
ibarat itu, saya hanya ingin menyimpulkan bahwa pemikiran dan
perjuangan Bung Karno adalah hasil pemanfaatan beliau dari
pikiran dan perjuangan guru-gurunya.
Tiga Sukarno
Saya pun juga mendapat kesan, bahwa dalam diri pribadi Bung
Karno, terdapat "tiga Sukarno". Pertama: Sukarno sebagai
ideoloog. Kedua: Sukarno sebagai politikus dan negarawan.
Ketiga: Sukarno sebagai manusia.
Sebagai ideoloog, Bung Karno sangat tajam dan tegas sekali.
Pancasilanya adalah cerminan dari pemikiran filsafat yang
matang, berlandasan kepribadian sendiri, demi persatuan dan
kesatuan bangsa.
Bung Karno sebagai politikus dan negarawan sangat lihay. Beliau
pintar memanipulasi kekuatan-kekuatan sosial-politik, mengadakan
aliansi dan realiansi dalam menyusun barisan kekuatan
antar-kawan, sambil mengacaukan barisan lawan. Tidak hanya di
front dalam negeri, tapi juga di front luar negeri. Ini semua
termasuk dalam taktik beliau. Taktik itu tidak tanpa risiko.
Adakalanya Bung Karno sendiri terjepit oleh karenanya. Hanya
kharismanya yang sering menolong Bung Karno meloncat dari
jepitan-jepitan itu.
Akhirnya Bung Karno sebagai manusia biasa. Dia dapat serius,
tapi dapat juga santai. Dapat mencintai, tapi dapat juga
membenci. Dapat hidup realistis, tapi juga dapat "mimpi" hal-hal
yang di luar jangkauan. Tetapi selalu ramah tamah. Tidak pernah
dengki.
Beliau sendiri mengatakan kelahiran bintang Gemini. Malahan
dobel. Yaitu 6 Juni. Tanggal 6 bulan 6. Saya sendiri tidak
begitu percaya sepenuhnya kepada pengaruh perbintangan itu.
Tetapi bahwa Bung Karno seringkali menunjukkan watak-watak yang
kontroversial itu memang saya alami. Dia memiliki "charm" yang
"disarming". Dia terbuka untuk kritik obyektif sekalipun tidak
jarang diterimanya dengan marah-marah.
Menurut saya "tiga Sukarno" itulah terkait dalam diri Bung
Karno. Ideoloog, Politikus-Negarawan, dan Manusia. Cita-citanya
besar. Perjuangannya besar. Lawan-lawannya besar. Kawan-kawannya
pun besar. Religiositasnya besar. Rasionalitasnya besar.
Emosinya besar. Nafsunya besar. Ya libidonya juga besar. Dan
seperti Oom Arnold Mononutu pernah menenteramkan saya: pada tiap
orang besar seperti Bung Karno melekat pula "les defauts de ses
qualites", yaitu kekurangan-kekurangan yang besar. Juga
kekeliruan dan kesalahan yang besar. Tapi penderitaannya pun dan
jasa-jasa pun adalah besar.
Dibolak-balik, Bung Karno adalah, di mata kawan dan lawan, baik
di dalam maupun di luar negeri, seorang pejuang. Seorang
"titan", yang tidak kenal lelah. Yang tidak setengah-setengah.
Setia kepada cita-citanya dan kepada prinsip politiknya. Dengan
segala bahaya dan risikonya.
Semua itu mempengaruhi dan telah menjadi pelajaran generasi
sebaya saya. Ada yang dapat keliru, ada yang tidak. Semoga
demikian juga bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini