Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sibayak minta korban lagi

Pesawat hercules c-130 h-mp milik tni-au yang berpenumpang 10 orang dalam perjalanan padang-medan jatuh dilembah sibayak. penyebabnya blm jelas, daerah ini dikenal angker & sering terjadi pesawat jatuh.(nas)

30 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA saat sebelum pukul 19.33 WIB, suara pilot Mayor Sidiq Dimyati masih didengar petugas menara di Bandar Udara Polonia, Medan: "Saya akan berada pada ketinggian 6.000 feet." Setelah itu, suara Sidiq hilang. Tiba-tiba terdengar suara ledakan hebat disertai pantulan cahaya api. Ternyata, pesawat Hercules berpenumpang 10 orang itu membentur Gunung Sibayak. Kecelakaan Rabu malam pekan lalu itu terjadi di Lembah Sibayak, Kabupaten Tanah Karo, Sum-Ut - sekitar 58 km dari Medan. Penyebab kecelakaan pesawat Hercules C- 130 H-MP milik TNI-AU itu belum jelas. Namun, seorang petugas menara di Polonia Medan mengeluh, "Seandainya radar di Polonia berfungsi, kami bisa mengingatkan Sidiq agar menghindari Gunung Sibayak di depannya." Radar di Polonia, yang bisa mendeteksi secara visual posisi pesawat, sudah sebulan ini tak berfungsi, sehingga petugas itu tak tahu bahwa Hercules yang sarat dengan peralatan pemotretan itu melintasi Lembah Sibayak. Sementara itu, sebuah sumber lain menyatakan rasa herannya: "Kenapa Sidiq berani terbang pada ketinggian 6.000 feet. Dia mestinya tahu bahwa ada Gunung setinggi 7.800 feet menantang di depannya." Seorang kapten Garuda DC-9 berpendapat, Sidiq menyimpang 30 mil dari jalur penerbangan Padang-Medan yang disebut W-12. "Saya tak mau melintasi jalur Sibayak itu. Rawan," ujar pilot yang sudah berpengalaman 13 tahun tersebut. Sejak 1974 memang sudah tiga kali terjadi kecelakaan pesawat terbang di Lembah Sibayak yang dikenal angker oleh penduduk setempat. Kecelakaan yang paling besar memakan korban terjadi pada 1979 sebuah pesawat Garuda F-28 Mamberamo berpenumpang 62 orang menabrak Gunung Partektekan, dan jatuh ke lembah itu. Semua penumpang dan awak pesawat tewas. Lembah dengan ketinggian 7.000 kaki yang senantiasa berkabut tebal ini berada di antara dua buah gunung, Sibayak dan Partektekan. "Kalau ditarik garis vertikal, kawasan itu berbentuk tabung. Di dalam tabung itu bisa terjadi udara renggang yang menjadikan pesawat yang terbang di atasnya anjlok ke bawah," kata sebuah sumber TEMPO. Menurut beberapa saksi mata, Hercules itu sempat terbang rendah, berputar di atas Kota Kabanjahe, sebelum terempas di lereng Gunung Sibayak. "Rumah-rumah penduduk terguncang, seperti gempa," tutur Kamsunadi Surbakti, 34, kepala desa di Selamat Gunung. Hercules yang nahas itu sedang dalam perjalanan dari Padang ke Medan, ikut serta dalam latihan "Garuda Jaya II", sebuah latihan patroli rutin yang mengambil rute perjalanan dari Ujungpandang, Malang, Jakarta, Padang, Medan, dan berlangsung pada 20-25 November 1985. Hercules tersebut adalah satu dari dua pesawat sejenis yang dimiliki TNI-AU, dengan perlengkapan peralatan radar, alat pemotret, dan alat observasi. Pesawat yang mampu terbang secara nonstop selama 16 jam ini adalah pesawat kesayangan Menhankam/Pangab M.Jusuf yang sering digunakannya untuk meninjau ke daerah. Didi Prambadi Laporan Monaris S. & Kurniawan Wongso (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus