AKHIRNYA keluar juga surat DPP bertanggal 26 Oktober yang
ditandatangani oleh Sanusi dan Sabam Sirait, ketua umum dan
sekjen DPP PDI mencalonkan Jenderal TNI Soeharto sebagai
Presiden dan sekaligus menginstruksikan Fraksi PDI mengambil
kebijaksanaan ini sebagai pedoman. Sehari kemudian Fraksi PDI
pun mengamini instruksi tersebut. Adakah penyesuaian diri dari
Sanusi itu bisa disebut kemenangan di pihak Sukarmadijaya dkk?
Sulit menyebut siapa yang menang. Yang jelas, sementara PDI lagi
memusatkan perhatian pada rancangan GBHN yang tidak seluruhnya
mereka terima tubuh partai kecil itu terus diguncang. Tentu saja
Isnaeni tak ingin disebut sebagai yang membuat gara-gara. Dia
bilang "saya tidak berfihak ke mana-mana.
Politikus yang sering mengungkapkan pedomannya "teguh dalam
prinsip, luwes dalam pengetrapan" itu nyatanya lebih dekat
dengan Achmad dkk. Ia, misalnya juga menuduh 'politik PDI tidak
di tangan DPP tapi di tangan fraksi PDI." Dan Achmad sendiri
seperti dicatat TEMPO mengakui. "Ada persamaan politik, jadi
kami bergabung dengan Isnaeni."
Benarkah politik PDI di tangan Fraksi PDI? Baik Simatupang
maupun Usep membantah. "Tuduhah itu tak berdasar," kata Usep.
"DPP PDI tetap berpegang pada keputusan kongres dan konsensus
partai," tambah Simatupang. Toh Isnaeni menunjuk buktinya. Dalan
rapat di rumah Sanusi, 2 Oktober, pimpinan sementara Fraksi PDI
mencalonkan Usep, Sabam dan Da Costa sebagai calon wakil ketua
DPR/MPR dari PDl. "Sejak saat itu DPP PDI tidak lagi berfungsi,
sebab ketika itu bukan rapat DPP kata Isnaeni sengit.
Maka orang-orang itu pun bergelimang dalam kancah tuduh-menuduh
melulu. Dalam masa kampanye pemilu dulu, ketika Achmad dkk
tiba-tiba mengumumkan bahwa PDI mencalonkan Jenderal Soeharto
sebagai Presiden. DPP PDI kelompok Sanusi-Usep menganggap "itu
tindakan perseorangan yang tidak melalui mekanisme partai."
Sekarang gantian Achmad dkk menyerang Usep dkk: "saya tak
bertanggungjawab atas tindakan perseorangan." Sementara
pencalonan Isnaeni sebagai wakil ketua DPR/MPR oleh Sanusi-Usep
dianggap "tidak mewakili aspirasi partai," kini Achmad menuduh
bahwa pencalonan Usep, Sabat dan Da Costa dalam rapat di rumah
Sanusi bahannya bukan dari DPP tapi dari luar."
Kemelut ini memang bikin pusing. Apalagi setelah terdengat
desas-desus akan turunnya SK Presiden yang konon akan menentukan
formasi DPP PDI yang baru, seperti halnya SK buat Parmusi di
tahun 1970 dulu. Dugaan itu timbul ketika Usep bulan Nopember
lalu bertemu dengan Mensesneg Sudharmono. Tapi semua fihak
dalam PDI membantah. "Yang dibicarakan cuma sekitar GBHN," kata
anggota fraksi PDI, Suryadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini