Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Sudah Kutemukan: Salomo

Jakarta dibanjiri spanduk dan iklan disertai nomor telepon, tanpa alamat. Sebuah usaha penyebaran buku cuma-cuma yang isinya akan menolong orang yang tersesat. Diadakan gereja Kristen non anggota DGI.

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA minggu lalu, selama beberapa hari, masyarakat Jakarta tertegun. Ada semacam teka-teki. Sejumlah spanduk terpampang di tempat-tempat strategis. Dihiasai gambar gadis manis, bunyinya cukup memikat: "Sudah Kutemukan". Di pojok-pojok kota juga tertempel ribuan selebaran bernada sama. Dalam bentuk iklan, kalimat itu juga terpasang di beberapa koran dan disiarkan oleh sementara radio swasta niaga. Apa yang sudah ditemukan? Ada yang mengira itu iklan kosmetik anti 'bau badan' atau obat panu. Seminggu kemudian muncul jawabnya -- juga dalam bentuk spanduk: "Sudah kutemukan hidup yang berarti." Lalu disarankan menghubungi nomor-nomor telepon 351899 581320 884303 341982 581649 atau Kotak pos 4079, Jakarta. Iklan itu memang amat efektif. Buktinya dua penerbit ibukota dengan tangkas ikut mendompleng. Salah satunya penerbit buku novel, yang memasang spanduk di persimpangan jalan Lapangan Banteng: "Sudah Kutemukan Novel Ali Topan II". Tak ketinggalan sebuah perusahaan minyak angin, Sabtu pekan lalu ikut mendompleng dengan memasang iklan di sebuah harian ibukota. Tapi minggu lalu sejumlah petugas sibuk. Spanduk-spanduk semacam itu diturunkan -- karena ijin pemasangannya habis. Juga spanduk yang mendompleng pun terkena pula. Tapi orang yang mencatat nomor telepon "Hidup Yang Berarti" masih bisa mencoba cari tahu. Beberapa orang mencoba memutar nomor telepon itu. Penerima telepon, pria atau wanita, enggan menyebut nama dan alamat. Sebuah sumber TEMPO menyebut bahwa mereka dari "Kampus Crusade". Mereka menyampaikan sebuah pesan, diucapkan seperti membaca teks yang sudah disiapkan. Isinya: "Hallo, sudah kutemukan. Sudah kutemukan hidup yang berarti di dalam Yesus Kristus. Kalau anda senang, kami akan menghadiahkan sebuah buku dengan cuma-cuma yang menjelaskan bagaimana anda pun dapat menemukan hidup yang berarti di dalam Yesus Kristus. Apakah anda senang dengan bukitu? Kalau begitu, kami akan mencata nama dan alamat anda untuk memudahkan pelayanan kami." Dibiayai 39 Gereja Mengapa tanpa alamat jelas? "Anda bisa membayangkan, betapa repotnya kami melayani kalau banyak peminat datang ke alamat kami," terdengar suara nyaring seorang wanita dari seberang sana. Dan kalau pertanyaan lain diajukan segera dianjurkan menulis surat ke alamat Kotak pos 4079, Jakarta. Dan telepon segera diletakkan. Banyak orang jadi ingin tahu apa kiranya reaksi Menteri Agama Alamsyah. Sebab jelas ada semangat penyebaran ajaran agama di telepon itu -- tapi caranya aneh, atau unik, dan agak berahasia. Alamsyah sendiri menyebut itu sebagai tidak melanggar SK 70 dan 77 tentang ketentuan penyebaran agama. Lain halnya dengan Anas Malik. Karena program tersebut "amat tersamar", Kepala Penerangan Laksusda Jaya ini menganggapnya melanggar SK tersebut. "Kalau yang menelepon kebetulan tidak beragama Kristen bagaimana?" kata Anas. Belakangan diketahui alamat nomor-nomor telepon tersebut. Satu di antaranya, nomor 581230, milik Mayjen Ricardo Manik Julius Siahaan, anggota DPR-RI Fraksi ABRI, Jalan Setiabudi V/27, Jakarta. Kelima telepon tersebut masing-masing ditunggu oleh 5 orang, bertugas dari jam 6 pagi sampai 10 malam. Seorang penjaga telepon menyebut, "hampir setiap menit telepon kami berdering." Koordinator para petugas telepon itu adalah Salomo Situmorang, 62 tahun. Penyebar Injil ini ditemui oleh wartawan TEMPO di rumah Siahaan Pariaman Jalan Malang 18, Jakarta, pemilik nomor telepon 351899. Katanya, program itu untuk "menolong para pemuda yang tersesat, misalnya yang ketagihan narkotik, dan tak tahu mencari jalan keluar." Program yang menurut Salomo "tak bermaksud mengkristenkan orang" itu dibiayai oleh sekitar 39 gereja Kristen di Jakarta. Tak kurang dari Rp 50 juta yang terkumpul. Tapi para petugas -penerima telepon maupun pengantar buku -- tidak menerima honorarium. Kecuali uang makan dan transpor. Mereka berasal dari luar Jakarta. Sampai pekan lalu, sudah sekitar 40. 000 pemesan buku yang masuk, baik lewat telepon maupun lewat kotakpos. Tapi yang sudah dilayani baru sekitar 2.000 alamat. Akan halnya Salomo sendiri yang tinggal di Pulomas, Jakarta, adalah seorang pendeta. Ia mengaku sering mendapat "mukjizat" sejak 1937. Bulan Oktober 1973 katanya ia bahkan mendapat ilham dari "Roh Tuhan". Ilham itu ialah: ia melihat dengan jelas bahwa Darius Marpaung akan tampil menggantikan Soeharto sebagai Presiden. TB Simatupang dari Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) mengaku "secara resmi tidak tahu-menahu", meskipun "mendengar rencananya setahun lalu". Agaknya gereja-gereja Kristen Protestan yang menyelenggarakan program "Sudah Kutemukan" tidak menjadi anggota DGI. Termasuk yang Advent dan sebagian Pantekosta. Gereja-gereja anggota DGI (yang tidak lagi disebut 'sekte melainkan 'sinode') ternyata berjumlah 50. Padahal, menurut Simatupang, yang terdaftar di Departemen Agama lebih dari 200.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus