Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sumbangsih Sri Sultan Hamengkubuwono IX Bagi Kemerdekaan Indonesia

Pada 12 April 1912, Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir. Ia berperan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Apa saja sumbangsih Raja Yogyakarta ini?

13 April 2023 | 14.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sri Sultan Hamengkubuwono IX memiliki peran besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Lantas apa saja sumbangsih Sri Sultan Hamengkubuwono IX bagi kemerdekaan Indonesia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, pada 12 April 1912. Ia merupakan memimpin di Kasultanan Yogyakarta pada 1940 hingga 1988 sekaligus Gubernur DIY atau Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir dari dpad.jogjaprov.go.id, dua hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengirim telegram ucapan selamat kepada para proklamator yakni dengan Soekarno dan Moh. Hatta. Dua minggu kemudian, tepatnya pada 5 September 1945, ia bersama Paku Alam VIII, mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa daerah Yogyakarta adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia. 

Ia mengusulkan pemindahan Ibukota Indonesia karena situasi di Jakarta tidak aman setelah kedatangan sekutu. Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan bahwa Yogyakarta siap menjadi ibu kota negara Republik yang baru berdiri tersebut.

Tawaran tersebut disambut baik oleh Presiden Sukarno, yang kemudian memindahkan ibu kota Indonesia ke Yogyakarta. Ketika Yogyakarta menjadi ibu kota, ia melakukan beberapa perubahan, salah satunya menetapkan semua bisnis resmi memberlakukan bahasa Indonesia, bukan lagi bahasa Jawa. Selain itu, ia juga memberikan sebagian dari keraton untuk dibangun Universitas Gadjah Mada (UGM).

Perannya terhadap Republik Indonesia juga diperlihatkan melalui dukungan finansial. Selama pemerintahan republik berada di Yogyakarta, segala urusan pendanaan diambil dari kas keraton. Hal ini meliputi gaji Presiden dan Wakil Presiden, staff, operasional TNI hingga biaya perjalan dan akomodasi delegasi-delegasi yang dikirim ke luar negeri.

Berdasarkan sejarah, perjuangan Indonesia menuju bentuknya saat ini mengalami fase pasang surut. Saat Orde Lama akan berakhir, Soeharto mengambil alih kendali pemerintahan, kepercayaan negara-negara dunia kepada Indonesia sedang berada di titik terendah. Tak satupun pemimpin dunia yang mengenal Soeharto.

Namun di saat ini lah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun menyingsingkan lengan bajunya, ia berkeliling dunia untuk meyakinkan para pemimpin negara-negara tetangga bahwa Indonesia masih ada, dan ia tetap bagian dari negara itu. Dengan demikian kepercayaan internasional pelan-pelan dapat dipulihkan kembali.

Seiring perjalanan Republik Indonesia sebagai negara, Sri Sultan Hamengkubuwono IX telah mengabdikan diri dalam berbagai posisi. Selain menjadi pejuang pejuang kemerdekaan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX tercatat sebagai Menteri Negara dari era Kabinet Syahrir (2 Oktober 1946-27 Juni 1947) hingga Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 hingga 4 Agustus 1949). 

Pada masa kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 hingga 20 Desember 1949) hingga masa RIS (20 Desember 1949 hingga 6 September 1950) beliau menjabat Menteri Pertahanan. Kemudian ia menjadi Wakil Perdana Menteri di era Kabinet Natsir (6 September 1950 hingga 27 April 1951). 

Ia masih terus mengemban berbagai jabatan di tiap periode hingga pada tahun 1973 menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua. Sampai pada 23 Maret 1978 ia mengemban jabatannya dan menyatakan mengundurkan diri. 

Selain berperan di bidang politik, ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Lompat pada 1988 tepatnya pada 2 Oktober malam, saat ia berkunjung ke Amerika, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center. Ia dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja-raja di Imogiri dan diiringi oleh lautan massa yang ikut berduka. 

Atas jasa-jasanya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan SK Presiden Repulik Indonesia Nomor 053/TK/Tahun 1990, pada tanggal 30 Juli 1990, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus