LULUSAN IKIP kali ini boleh berbangga. Karena lulusannya ternyata lebih jago dibanding yang dari universitas. Paling tidak, khusus bagi lulusan program Diploma 3 (D-3). Ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB tahun lalu, yang disampaikan ke Departemen P dan K. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa lulusan D-3 universitas ternyata tak lebih baik dari produk IKIP. Bahkan, pekan-pekan ini, Departemen P dan K tengah sibuk mengevaluasinya. Penelitian yang dimaksud, kata Prof. Sunardi Wirjosudirdjo -- salah satu anggota peneliti -- bertujuan untuk melihat efisiensi program percepatan mencetak guru lewat D-3 di universitas. "Tes khusus" pada mulanya diberikan kepada mahasiswa D-3 tahun terakhir di ITB, Universitas Padjadjaran (Unpad), dan IKIP Bandung. Bidang studi yang diujikan adalah matematika, fisika, dan kimia. Ternyata, IKIP Bandung menunjukkan hasil paling tinggi. Bahan tes untuk tiga perguruan tinggi itu sama. Kriterianya pun dibuat persis, yakni tingkat penguasaan materi sebesar 75%. Dari sampel 27 mahasiswa IKIP Bandung, tercatat 4 mahasiswa memenuhi kriteria. ITB, dengan contoh 32 mahasiswa, hanya seorang dan Unpad, dari 31 mahasiswa, tak seorang pun terjaring. Penelitian rinci itu merupakan kelanjutan studi perbandingan yang diadakan di 30 lembaga pendidikan yang mencetak guru program D-3, baik universitas maupun IKIP. Secara umum, fasilitas pendidikan di universitas lebih baik dibanding IKIP. Namun, rata-rata, motivasinya kurang. Sebagian mahasiswa "terpaksa" masuk program itu setelah tak diterima di universitas. Beda dengan IKIP. Baik dosen maupun mahasiswanya memang punya semangat, menyiapkan calon guru. Berdasarkan hasil sementara, guru besar matematika ITB itu dengan hati-hati mengatakan, "Memang ada kemungkinan lulusan IKIP lebih baik dari universitas. Tapi itu dalam tanda kutip." Namun, kata doktor statistik lulusan University-of Illinois AS itu, tim peneliti telah mengusulkan agar Departemen P dan K hanya mencetak guru MIPA lewat jalur D-3 di IKIP saja. Kecuali, katanya, di Universitas Hasannudin Ujungpandang dan USU Medan, sekadar memenuhi kebutuhan guru di sana. Jalur D-3 universitas mulai diperkenalkan 1985. Program ini dimaksudkan untuk mencukupi keutuhan guru MIPA di SMA yang tak cuma disediakan IKIP. Ada sembilan universitas yang ditunjuk, yakni: USU, UI, ITB, IPB, Unpad, UGM, Unair, ITS, dan Unhas. Bagi tiap mahasiswa disediakan beasiswa Rp 25 ribu sebulan. Setelah lulus, mereka pun tak perlu pusing menabur lamaran mencari kerja. Mereka langsung disalurkan menjadi guru SMA dengan pangkat IIB. Penekanan materi kuliah pun agak berbeda. Porsi penguasaan materi di universitas 75% dan ilmu pendidikan 25%. Sementara itu, D-3 IKIP porsi penyampaiannya 40% dan penguasaan materi 60%. Bertolak dari itu, wajarlah bila ada yang keberatan dengan hasil penelitian LAPI. Dr. M. Ansyar, penanggung jawab program diploma ITB, merasa kurang srek. "Jadi, masih terlalu awal untuk mengatakan berhasil atau tidaknya D-3 universitas," kata dekan MIPA ITB itu. Demikian pula Rektor IKIP Bandung, Abdul Kodir. "Saya tak mau membandingkan," katanya. Departemen P dan K kini sudah berpikir-pikir untuk menyetop D-3 universitas. Mulai tahun ini, tak ada lagi penerimaan mahasiswa. Namun, menurut Prof. Bambang Soehendro, Direktur Pembinaan Sarana Akademis, salah satu alasannya bahwa target lulusannya sudah cukup. Bagaimana dengan penelitian LAPI? "Barangkali ada juga pengaruhnya." Gatot Triyanto, Dwi S. Irawanto (Jakarta), dan Dwiyanto Rudi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini