Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Bupati Bogor Rudy Susmanto mengatakan bencana bukan hanya terjadi di bagian selatan Kabupaten Bogor, tepatnya di pemukiman pensiunan pegawai PTPN di kawasan Puncak. Namun, beberapa wilayah lainnya di Kabupaten Bogor turut terdampak bencana banjir dan longsor setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur kawasan itu dan sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bukan hanya di wilayah selatan saja, bencana juga terjadi di bagian tengah yakni Citeureup dan Bojong Gede, bagian barat di Sukajaya, bagian timur di Gunungputri. Dan beberapa titik lokasi lainnya yang saat ini masih di data tim di lapangan," kata Rudy di kantornya, Senin, 3 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rudy mengatakan memang bencana terbesar terjadi di wilayah selatan Bogor, yakni banjir merendam 119 rumah dan 140 kepala keluarga dengan 423 jiwa terdampak serta 204 jiwa terpaksa mengungsi dan satu orang meninggal karena terbawa arus sungai. Kedua, menurut Rudy, banjir yang terjadi di Bojonggede tercatat 137 rumah terendam dan 547 jiwa terdampak.
Di wilayah barat atau di Rumpin juga ada rumah dan pondok pesantren yang terdampak banjir. "Kami saat ini sedang berhitung berapa kerugian dari bencana ini. Hari ini pun kami berkoordinasi dan diskusi dengan BNPB untuk penetapan status bencana yang terjadi di sebagian besar wilayah Bogor ini," kata Rudy.
Berdasarkan data dari BPBD, beberapa bencana yang terjadi di Kabupaten Bogor didominasi oleh tanah longsor disusul banjir dan angin kencang. Longsor yang terjadi di Citereup memutuskan jembatan penghubung ke Sukamakmur. Sedangkan banjir yang terjadi di Cisarua, memutus dua jembatan dan menghanyutkan satu korban jiwa.
Banjir yang terjadi di beberapa wilayah di kabupaten Bogor diduga penyebabnya adalah alih fungsi lahan. Seperti banjir di kawasan Puncak, BPBD menduga karena alih fungsi perkebunan teh ke beberapa destinasi wisata. Sebelumnya, banjir lintasan juga terjadi di Cijayanti, Babakan Madang yang diduga karena kawasan hutan atau bukit yang berfungsi jadi resapan berubah fungsi jadi real estate, cluster dan beberapa restoran dan kafe.