Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INEM kesengsem berat pada Susilo Bambang Yudhoyono. Meski tak datang ke tempat pemungutan suara pada pemilihan presiden awal Juli lalu karena lumpuh, perempuan 70 tahun itu meminta dua anaknya nyontreng nomor dua, pasangan SBY-Boediono.
Bagi warga Desa Barongan, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah ini, dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tiga kali ia terima sejak tahun lalu sangat menolong ekonomi keluarganya. ”Pemerintah sangat memperhatikan orang miskin,” ucap Inem. Bagi Inem, pemerintah ya SBY. Program pemerintah itu amat berarti di Kudus.
Tak mengherankan jika pasangan SBY-Boediono unggul jauh dibanding pesaingnya. Pasangan nomor dua ini meraih 235.462 suara atau 59,7 persen dari suara sah. Duet Megawati-Prabowo memperoleh 34,2 persen, dan Jusuf Kalla-Wiranto cuma kebagian 6,1 persen. Padahal, sewaktu Wiranto maju dalam pemilihan presiden 2004, ia mampu mendulang 21,6 persen, menempel SBY-Kalla, yang mendapat 37,6 persen, sedangkan Mega 21,4 persen.
Ati Haryati, 40 tahun, warga Desa Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pun sumringah. Meski tak menjadi modal usaha, dana BLT sebagai ”uang kaget” sangat membantu membiayai sekolah anaknya dan keperluan sehari-hari. Bersama anak dan menantunya, ia tak ragu memilih Partai Demokrat dan pasangan SBY-Boediono. ”Pilih SBY, siapa tahu ada BLT lagi,” katanya.
Sebaliknya, program konversi minyak tanah ke elpiji yang diusung Jusuf Kalla malah menyulitkan Ati. Sebab, pembagian satu set kompor gas dan tabung tak disertai selang. Alhasil, kompor dan tabung gas mangkrak, dan dijualnya Rp 150 ribu ke tetangga. Ia kembali ke hawu (tungku)—terbuat dari tanah liat bercampur semen—berbahan bakar kayu.
Program BLT adalah kompensasi pemerintah bagi rakyat miskin setelah pemerintah dua kali menaikkan harga bahan bakar minyak pada 2005. Melalui program ini, setiap rumah tangga sasaran memperoleh dana langsung Rp 100 ribu per bulan selama tujuh bulan. Tahun lalu, BLT kembali dikucurkan setelah pemerintah menaikkan lagi harga bahan bakar minyak. Kali ini selama sembilan bulan, sampai Februari 2009—hanya dua bulan sebelum pemilu.
Kendati masih ada program ekonomi lain yang ”dijual” SBY, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Bantuan Operasional Sekolah, Kredit Usaha Rakyat, Jaminan Kesehatan Masyarakat, dan Program Keluarga Harapan, BLT-lah yang paling ”menancap” di benak pemilih. ”Program itu paling banyak menaikkan simpati pada SBY,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Saiful Mujani.
Kepala Divisi Penelitian Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Fajar Nursahid menilai BLT unggul karena merupakan satu-satunya program yang langsung menyentuh masyarakat. Walaupun program ekonomi kerakyatan pasangan Megawati-Prabowo sempat ditimbang masyarakat, akhirnya kandas. ”Karena suara maksimal pemilih Megawati terbatas dari dua partai, tidak bisa mengalahkan SBY.”
Lagi pula program BLT menyentuh jauh lebih banyak penduduk, terutama dari kalangan bawah. Sekretaris Jenderal Departemen Sosial Chazali Situmorang mengatakan cakupan program ini jauh lebih besar ketimbang jumlah penduduk miskin nasional karena juga merangkul penduduk ”hampir miskin”. Jika diasumsikan tiap keluarga sasaran memiliki empat anggota, BLT tahun ini merengkuh 72 juta orang, hampir dua kali lipat penduduk miskin, 32,5 juta orang.
Namun Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie malah menilai kontribusi BLT sangat minim. Sebab, kebanyakan penerima dana BLT tidak masuk daftar pemilih tetap. Program ekonomi ini pun sering diklaim sebagai program pemerintah daerah—yang kebanyakan justru tidak berasal dari Partai Demokrat. Ekonom Aviliani menambahkan, BLT bukanlah faktor terbesar. ”Rakyat tahunya ekonomi masih tumbuh,” katanya. Itu yang sebetulnya menunjukkan keberhasilan Yudhoyono.
R.R. Ariyani, Amandra Mustika, Bandelan Amarudin (Kudus), Deffan Purnama (Bogor)
Tahun | Durasi (Bulan) | Penerima (Rumah Tangga) | Total (Rp Triliun) |
2005 | 7 (Maret-Juni, Oktober-Desember) | 19,10 juta | 14,10 |
2008 | 7 (Juni-Desember) | 18,16 juta | 13,16 |
2009 | 2 (April-Mei) | 18,16 juta | 3,70 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo