BERBICARA mengenai pembinaan generasi muda, seperti biasa
Menteri Pemuda & Olah Raga Abdul Gafur menjadi bersemangat.
Ditemui wartawan TEMPO Rudy Novrianto di Hotel Pavillion
Singapura pekan lalu, di tengah suasana SEA Games XII, ia
membentangkan pandangannya mengenai organisasi mahasiswa
ekstrauniversitas.
Menurut Gafur, sejak adanya pola dasar pembinaan generasi muda,
ada 3 jalur kedudukan organisasi kepemudaan berdasarkan ruang
lingkup dan kelompok usia. Kelompok usia 15-18 tahun menggunakan
jalur sekolah seperti OSIS. Kelompok 18-25 tahun menggunakan
jalur kampus, yakni organisasi di lingkungan perguruan tinggi,
seperti senat mahasiswa dan resimen mahasiswa. Kelompok ketiga
yang menggunakan jalur masyarakat, seperti pramuka dan KNPI,
serta organisasi mahasiswa ekstrauniversitas.
Peranan apa yang sekarang dapat dilakukan organisasi mahasiswa
esktrauniversitas?
Ya melaksanakan program mereka sesuai dengan kebijaksanaan
pemerintah. Jadi tidak seperti dulu lagi, orang bisa membawakan
aspirasinya ke dalam jalur pertama dan kedua. Mereka dapat
melaksanakan program mereka, tanpa keluar dari ruang lingkup
program KNPI, sebagai forum komunikasi yang berdasar Pancasila.
Saya ingin program mereka lambat laun ada kebersamaannya untuk
menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Misalnya seperti
program dakwah Islamiah HMI dan program kependudukan oleh yang
lain.
Apakah eksistensi mereka masih dianggap perlu?
Selama kita belum memiliki Undang-Undang Organisasi
Kemasyarakatan, mereka bisa berkembang sesuai dengan program
mereka. Tapi organisasi semacam itu tidak perlu terlalu banyak.
Yang penting pengelompokan kesamaan program. Bila Undang-Undang
itu sudah ada, eksistensi organisasi itu terjamin. Kalau tidak
sewaktu-waktu mereka bisa hilang.
Umumnya organisasi mahasiswa ekstra menyatakan dirinya
independen. Sejauh mana independensi mereka sekarang?
Secara formal AD/ART parpol dan Golkar tidak menyebut kaitannya
dengan mereka. Tapi secara aspiratif tampak ada saluran, seperti
AMPI dan Pemuda Pancasila mendukung Golkar, Gerakan Pemuda
Marhaenis mendukung PDI dan Gerakan Pemuda Ansor mendukung PPP.
Ada pendapat, organisasi mahasiswa ekstra kini lebih berperan
sebagai pengelompokan sosial. Artinya kebanyakan anggota masuk
bukan karena ideologi, tapi lebih karena ingin
mengidentifikasikan diri.
Memang betul mereka masuk organisasi bukan karena ideologinya.
Sekarang kan dasarnya sudah Pancasila. Hanya programnya yang
mereka lihat. Bila ada manfaatnya baru mereka masuk.
Umumnya dianggap pendidikan kepemimpinan lewat organisasi ekstra
lebih matang dibanding lewat organisasi intra.
Memang benar, karena mereka banyak latihan. Programnya juga
berjalan secara rutin dan berkesinambungan, sehingga
kader-kadernya lebih terlatih.
Mengapa dulu Anda memilih masuk HMI?
Karena dulu, pada 1959, saya melihat adanya ancaman komunis. Dan
saya berkeyakinan untuk melawan komunis dengan agama. Kedua,
untuk mengisi dan membina kemerdekaan berdasarkan Pancasila. Dan
ketiga, karena program HMI modern. Dalam arti membina
kader-kadernya bukan hanya mengajarkan sembahyang, tapi juga
bagaimana cara memimpin dan mengambil keputusan.
Bagaimana dengan organisasi mahasiswa lokal seperti Imada?
Organisasi lokal semacam itu lambat laun akan dihapuskan karena
sudah tidak menonjol lagi. Saya bermaksud melakukan
penyederhanaan terhadap organisasi. Kalau tidak perlu lagi, ya
tidak usahlah.
Dalam sambutan di Kongres HMI Medan, Anda antara lain
mengatakan: Kalau tidak dibina generasi muda bisa jadi monyet.
Maksudnya?
Pembinaan merupakan suatu proses pendidikan sejak dari kandungan
sampai ke liang kubur. Pada saat itulah kita mengalami pembinaan
formal maupun informal. Jadi maksud saya pembinaan seumur hidup.
Seperti sabda Nabi Muhammad: tuntutlah ilmu dari buaian sampai
ke liang kubur. Kalau seseorang ditaruh di sebuah pulau
sendirian, pasti ia akan mengikuti proses alam, seperti halnya
monyet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini