IA optimis Keppres 14 "membuat kebaikan". Dirut Bangun Cipta
Sarana ini merasa tidak sulit mengikuti berbagai peraturan
Pemerintah. Dan menurutnya perkembangan birokrasi pemerintah
selama 2 tahun belakangan ini cukup baik. "Boleh dikata bersih.
Kalau sekedar 'selingan', itu kan biasa. Tapi untuk menaikkan
harga proyek, tak terjadi lagi sekarang," katanya.
Perbaikan birokrasi itu, menurutnya, selain pengaruh kegiatan
Opstib juga adanya anjuran hidup sederhana. Tanpa tedeng
aling-aling Siswono mengaku, untuk menang tender dulu pernah
pula 'main' dengan pejabat. "Ya, itu dulu. Tapi saya selalu
berpedoman pada ucapan Pak Said ngeli tanpo keli (menghanyut
tanpa hanyut)," katanya. Pak Said almarhum adalah tokoh Taman
Siswa.
Ternyata ia selalu menang dalam tender menghadapi pengusaha
'non-pri'. Sebaliknya malah sering kalah dengan perusahaan
Pemerintah. Menyangsikan bahwa golongan 'non-pri' mendominasi
perekonomian, Siswono juga menyatakan di bidang usaha
konstruksi, 'non-pri' boleh dikata minoritas. Sebaliknya di
sektor perdagangan, dominasi itu memang menonjol. Dari market
share, separoh-separoh dibagi antara perusahaan Pemerintah
dengan swasta dan dari separoh yang swasta itu 60% diperoleh
pengusaha'pribumi'.
"Jadi hanya 20% yang didapat 'nonpribumi'. Tapi ini asumsi yang
belum pasti," katanya. Siapa 'pribumi' yang besar saat ini? "Ya
Bangun Cipta sendiri," jawabnya. Tapi Siswono juga menyebut
perusahaan 'pribumi' lainnya yang cukup besar seperti Biro Asri,
PT Wijaya Kusuma dan Indokisar Jaya. "Dengan mereka saya banyak
menangnya," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini