IA juga melihat turunnya Keppres 14 saat ini tepat, "tanpa
risiko akan timbulnya gejolak dari pengusaha 'nonpri'. Alasan
Probo: Semua bank dan perusahaan vital sudah dikuasai
Pemerintah. Dan ijin kredit pun harus seijin Pemerintah." Maka
yang ia harapkan, dengan turunnya Keppres 14 itu, pengusaha
'pri' dan 'non-pri' hendaknya bisa sejajar mencari keuntungan.
"Cara mencari keuntungan pun juga harus diasimilasikan. Saya
melihat keuntungan yang dikumpulkan pengusaha 'non-pri' dari
hasil pembangunan jauh lebih besar dibanding pengusaha
'pribumi'. Keuntungan 'pribumi' tak ada 10%. Perusahaan
'pribumi' cuma berapa biji sih? Lainnya dikeruk oleh pengusaha
'non-pri' yang kebanyakan menyimpan uangnya di berbagai bank
luar negeri. Tapi terus-terang saya tidak berminat mendesak
kedudukan pengusaha 'nonpri'. Cuma hendaknya sejajar," katanya.
Probo adalah pimpinan PT Mercu Buana, yang memperoleh ijin
monopoli impor cengkeh dari Pemerintah. Ia juga mengembangkan
perusahaan-perusahaan lain seperti peternakan ayam Cipendawa,
perakitan mobil General Motor pabrik gelas Kedaung, belum lagi
pabrik keramik dan usaha perkebunan lainnya. "Saya sendiri bisa
seperti ini karena kerja giat dan belajar -- belajar dari cara
'non-pri' berusaha," tuturnya. Ia mulai berusaha sejak awal
60-an dan 1963 menjadi importir mobil Nissan.
Bagaimana pengusaha yang memperoleh fasilitas? Jawab
Probosutedjo "Itu tidak boleh, dan biasanya umurnya tidak
panjang. Dan hal itu justru yang saya benci." Probo mengakui
banyak disorot, hanya karena secara kebetulan ia punya hubungan
darah dengan Presiden Soeharto. "Bisa tanya siapa saja. Kalau
ada yang menemukan bukti bahwa saya mendapat fasilitas, bisa
ambil hadiah," katanya.
Melihat bahwa du,nia usaha katanya akan mengarah ke public
company, Probo punya rencana menjual saham beberapa
perusahaannya seperti General Motor, Kedaung dan perusahaan
perkebunan. "Mercu Buana jelas tidak dijual, sebab kelangsungan
hidupnya tergantung dari impor," tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini