Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Undangan setelah peristiwa priok

Pangab/Pangkopkamtib, Jenderal Benny Murdani mengadakan pertemuan dengan para ulama Jawa Tengah bertempat di Pesantren Futuhiyah. Ia menegaskan Abri dan pemerintah tidak akan menyudutkan umat Islam.

17 November 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA pesta mewarnai pesantren Futuhiyah di Mranggen, Demak, Senin pagi pekan ini. Umbul-umbul berwarna-warni menghiasi jalan masuk ke pesantren, 15 km sebelah timur Semarang, Jawa Tengah. Ratusan santri berbaris sepanjang jalan, yang wanita berkebaya putih panjan denan jilbab (kerudung) putih membungkus kepala. Pukul 07.30 tibalah tamu yang ditunggu: Pangab/Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani, yang didampingi antara lain Pangdam VII/Diponegoro Mayjen Soegiarto, dan Pankowilhan II Letjen Yogie S. Memet. Acara utama pagi itu adalah pertemuan antara Jenderal Benny Moerdani dan sekitar seribu ulamaJawa Tengah dan Yogyakarta. Pimpinan pesantren Futuhiyah, Kiai M. Sodik Lutfi, membuka acara dengan antara lain mengatakan, "Ini adalah acara besar bagi pesantren seluruh Jawa Tengah, karena sebelumnya belum pernah ada panglima yang datang ke pesantren." Begitu berdiri di atas mimbar, yang dilapis kain hijau, Jenderal Benny dengan fasih menucapkan "assalamualaikum". Sekitar empat ribu ulama dan santriyang hadir menyambut salam itu. Ceramah Jenderal Benny berlangsung lebih dari satu jam. Ia menjelaskan, masih ada orang yang menganggap ABRI menyudutkan umat Islam. Dan ABRI dianggap berbeda dengan umat Islam. "Sebenarnya tidak ada perbedaan antara ABRI dan umat Islam. Yang berbeda cuma, kalau anggota ABRI ke kantor tidak boleh memakai sandal jepit, sementara umat Islam, khususnya ulama, bebas memakai sandal jepit ke mana saja," kata Benny berseloroh, disambut ketawa hadirin. Dengan tegas Benny mengatakan, "Saya, sebagai penguasa tertinggi keamanan Indonesia, mengatakan bahwa ABRI dan pemerintah tidak mempunyai niat menyudutkan umat Islam." Mendadak seorang santri yang duduk di belakang berdiri, meminta ucapan ini diulangi. Dan dengan lebih keras, Pangab mengulangi ucapannya. Tepuk tangan hadirin pun bergemuruh. Benny, yang mengenakan seragam TNI-AD dengan empat bintang menghiasi pundak, menunjukkan berbagai bukti bahwa ABRI dan pemerintah tidak menyudutkan umat Islam. Pada prinsipnya, kata Pangab, ABRI tidak akan menangkap umat Islam yang melakukan agamanya dengan baik. "Yang ditangkap adalah perusuh yang kebetulan beragama Islam. Jadi, bukannya Islamnya yang ditangkap. Kalau ketahuan ABRI menangkap orang Islam yang sedang sembahyang, maka para santri saya silakan berontak," katanya, lagi-lagi disambut ketawa. Jenderal Benny berpesan agar pesantren bisa menjaga dirinya supaya tidak kemasukan perusuh. Jadi, kata Benny, pokoknya ABRI adalah pelindung masyarakat. "Jika pesantren ini diserang musuh, pangdam beserta pasukannya akan mempertahankannya," ujar Pangab yang mengakhiri ceramahnya dengan "wassalamualaikum". Dua kiai kemudian menyampaikan sambutan. Seorang di antaranya, Kiai Sahal Machfudz, rais Syuriah NU Ja-Teng, mengatakan, "Saya percaya pada ucapan Pak Benny itu." Kiai Sahal juga mengajukan pertanyaan. Setelah Peristiwa Tanjung Priok, menurut dia, kegiatan dakwah di daerah terhambat. "Buktinya, kalau dulu berkhotbah tidak perlu izin ini dan itu, sekarang harus memiliki izin dari pamong dan koramil. Paling tidak harus memiliki SIM alias surat izin mubalig." Hadirin tertawa. Tidak ada tanggapan Pangab terhadap soal itu. Acara yang dianggap sangat berhasil itu diselenggarakan Rabithah Ma'ahidil Islamiyah (Persatuan Pesantren) seJawa Tengah. Gagasan untuk mengundang Pangab/Pangkopkamtib muncul pertengahan Oktober lalu. "Kami ingin memperoleh penjelasan apa sebenarnya yang terjadi. Soalnya, setelah peristiwa Tanjung Priok dan peledakan di BCA, pengajian yang mengumpulkan massa terhambat oleh aparat keamanan," kata Karmani, wakil ketua Tanfiziah NU Ja-Teng. Undangan pun dikirim 26 Oktober lalu, yang ternyata cepat ditanggapi Jenderal Benny. Jawa Tengah adalah daerah kedua yang dikunjungi Benny dalam rangka silaturahminya kepada para ulama. Kamis pekan lalu Pangkopkamtib bersilaturahmi dengan para ulama Ja-Tim. Tempatnya pesantren Lirboyo, Kediri, yang dipimpin Kiai Machrus Ali. Sekitar 800 ulama hadir waktu itu, termasuk Kiai As'ad Syamsul Arifin. ulama NU yang paling terkemuka saat ini. Kunjungan itu atas undangan Kiai Machrus. Di Lirboyo, yang dijelaskan Jenderal Benny tidak banyak berbeda dengan di Mranggen. "Saya ingin menegaskan bahwa umat Islam di Indonesia tidak dipojokkan. Dan tidak akan pernah dipojokkan. Itu tidak akan pernah terjadi," katanya. Alasan: 90 persen warga negara Indonesia adalah umat Islam. Bagaimana mungkin orang sebanyak itu akan dipojokkan. Dan lagi 99 persen anggota ABRI adalah umat Islam juga. Benny juga menegaskan, pemerintah tidak punya maksud mengurangi kegiatan beragama. "Kegiatan agama tidak dilarang, dakwah tidak dilarang, asal itu tidak membuka peluang untuk menyesatkan umat beragama. Asalkan tidak bertentangan dengan hukum agama dan hukum yang berlaku di negeri ini," ujarnya. Kalau di suatu tempat ada hambatan terhadap dakwah, itu karena ada kesalahan teknis di tingkat bawah. "Untuk itu, saya minta maaf," katanya. Dan menghadapi hambatan kecil seperti itu, rakyat dimintanya "jangan berontak dulu", tapi "berdoa agar semua kembali normal". Sambutan terhadap Benny di Lirboyo juga meriah. Tatkala Pangab akan pulang, Kiai Machrus mengantarnya ke atas bis dan menciumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus