Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Universitas Itu Ditutup

Universitas nusantara yang didirikan di jakarta thn 1964 dengan 4 fakultas dilarang mengadakan kegiatan oleh kopertis wilayah ii. perguruan tinggi swasta yang hanya 2 fak mengalami kesulitan dana sejak thn 1970. (pdk)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNIVERSITAS Nusantara dilarang menerima mahasiswa baru. Lewat surat keputusan Kopertis Wilayah II, universitas yang sejak berdirinya pada tahun 1964 memiliki fakultas hukum, ekonorni, sosial politik dan kedokteran itu dilarang menerima mahasiswa baru mulai tahun akademi 1978 ini. Juga ia harus menghentikan kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Surat keputusan yang ditandatangani Girindro Pringgodigdo SH, Ketua Kopertis, juga menyebutkan agar masalah administrasi dan akademik diselesaikan paling lambat Juni mendatang. Sementara mahasiswa yang terdaftar pada universitas tersebut supaya disalurkan ke perguruan tinggi swasta yang lain. Untuk menemukan lokasi universitas yang statusnya terdaftar itu kini memang tidak gampang. Bukan saja terletak di pojok halaman Rumah Sakit Jakarta, tapi ruang kuliah yang gentingnya sudah pada pecah itu sejak tiga tahun lalu sudah ditempati tiga ratus pelajar SMP "dr Buntaran." Sementara itu, ruang laboratorium mikrobiologi milik universitas ini (yang kini masih memiliki 150 mahasiswa dari fakultas hukum dan kedokteran), sudah berantakan. Isinya: kompor dan beberapa piring. "Dengan fasilitas demikian mahasiswalah yang bakal dirugikan," ujar Girindro Pringgodigdo. Sejak tahun 1972, fakultas kedokteran Nusantara yang hidupnya memang sudah payah, sudah diberi lampu merah oleh tim Consortium Medical Sciences (CMS). Tim CMS itu telah menyarankan kepada Kopertis agar menutup FK Nusatara, serta melarang mahasiswanya mengambil ujian CMS (ujian negara untuk FK swasta). Tapi Kopertis hanya menganjurkan agar mahasiswa FK Nusantara pindah ke FK Universitas Ibnu Chaldun. "Tapi yang jelas sejak 1974 kuliah sudah terhenti. Dosen banyak yang tak masuk dan mahasiswanya cerai berai," ujar drs med Tarmizi Kasim, salah seorang bekas mahasiswa FK yang mendirikan SMP "dr Buntaran" dan sekaligus menjadi Kepala Sekolahnya. "Soal Uang, Mudah" Payahnya FK Nusantara sebenarnya sudah berlangsung sejak 1970 yang lalu. Secara pelan-pelan, semenjak meninggalnya dr Buntaran Martoatmodjo, pendiri Nusantara, pihak Rumah Sakit Jakarta sebagai teaching-hospital, mulai menyingkirkan mahasiswa-mahasiswa FK Nusantara. "Kami sampai hampir berkelahi dengan anak FK swasta lain di Rumah Sakit Jakarta itu karena rebutan tempat praktek," ujar Tarmizi, 39 tahun, yang mengaku sempat kuliah di FK Nusantara sampai tingkat VI. Tapi yang tahu betul kenapa Universitas Nusantara payah tentu Jaihutan Mulia Panggabean, rektornya. "Sudah lama kami minta dana dari pemerintah, tapi uang tak turun-turun juga. Kalau swasta yang lain dapat uang kenapa kami tidak?" katanya. Rektor yang kini berumur 75 tahun dan mengaku memperoleh gelar Doctor of Leadership In Humanities dari International Academy of Leadership di Pilipina itu pokoknya menyesalkan keputusan menutup universitasnya. "Saya akan minta izin lagi ke Menteri P&K untuk mendirikan Universitas Swasta Mulia," ujar Mulia Panggabean. Tokoh yang juga mengaku bekas Ketua Komite Anti Korupsi zaman kabinet Syahrir ini menambahkan optimis: "Soal uang, mudah. Jual saja rumah ini." Sekalipun mengaku masih punya mahasiswa dan bisa memasukkan uang sebanyak Rp 4 juta tahun lalu, Universitas Nusantara nampaknya bakal ditutup sama sekali oleh Menteri P&K. "Masak ada dosen merangkap beberapa mata kuliah sekaligus, kayak di SD saja," ujar Girindro Pringgodigdo. "Kalau sudah tak punya potensi lagi untuk berkembang, ya mbok membubarkan diri." Bubar memang jalan yang paling gampang. Namun soalnya sekarang tak sedikit orang kepengin jadi mahasiswa. Sementara perguruan tinggi negeri tempatnya terbatas, bukan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus