Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masinton Pasaribu gelagapan saat diminta pendapatnya tentang keputusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mencalonkan Mega-Jokowi. "Kapan ada keputusan itu?" tuturnya kepada Tempo dua pekan lalu. Karena pertanyaan itu wajib dijawab, pria asal Sumatera Utara ini putar otak, lalu menyahut demikian: "Itu keputusan terbaik bagi partai dan bangsa."
Adegan di atas berlangsung pekan lalu dalam satu "studio dadakan" di kantor pusat PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Demonstran pada 1998 itu harus menghadapi tiga pewawancara dan direkam kamerawan-semacam adegan di televisi. Mereka adalah mantan penyiar televisi Rosiana Silalahi, pengamat politik Fadjroel Rahman, serta pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy.
Tanya-jawab dengan Masinton adalah bagian dari program pelatihan PDIP kepada 44 kadernya. Dimulai pada 5-6 Desember lalu, program ini dibuat untuk menyiapkan kader Banteng menghadapi pemilu legislatif. "Ini pelatihan uji argumentasi juru bicara partai," ujar Masinton kepada Tempo.
Materi tanya-jawab cukup sensitif. Antara lain penjualan gas Tangguh kepada Cina dan privatisasi Indosat ketika Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, menjabat Presiden RI pada 2001-2004. Kepribadian Mega juga dibahas dalam wawancara yang bukan sungguhan itu. Puan Maharani, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP, mengawasi langsung proses pelatihan. "Kami ingin tone yang sama," Deddy Sitorus dari panitia pelatihan menjelaskan.
Sebelum uji argumentasi, peserta menerima materi dari beberapa praktisi media nasional. "Tak hanya untuk PDIP, saya juga memberi materi komunikasi politik untuk Partai Demokrat," kata Rosiana via surat elektronik dari Eropa, Jumat pekan lalu. Di ambang pemilu legislatif, partai peserta pemilu mulai membenahi kader. Antara lain, memoles teknik berargumentasi hingga tampilan publik.
Partai Nasional Demokrat atau NasDem juga melakukan upaya serupa melalui pelatihan komunikasi politik bagi calon anggota legislatif partainya. Pemandu berita senior Zsa Zsa Yusharyahya, redaktur senior Metro TV Saur Hutabarat, dan pakar komunikasi publik Inke Maris menjadi pemberi materi. "Kami juga menyewa konsultan politik untuk memberi masukan," kata Ketua Bappilu Ferry Mursidan Baldan pekan lalu.
Ferry, mantan politikus Partai Golkar, menolak menyebutkan nama dan tarif jasa konsultan. Dia hanya menyatakan bujet kampanye Rp 41 miliar, seperti yang dilaporkan partainya ke Komisi Pemilihan Umum.
Untuk merekrut kader, partai ini menggunakan sistem multilevel marketing dengan strategi O 250 (Operasi 250 orang). Tiap anggota yang bisa merekrut 250 orang akan diangkat menjadi kader inti. Mereka yang mampu menggaet 2.500 orang akan menjadi kader platinum. Hingga Rabu pekan lalu, Ferry mengklaim sudah hampir 14,2 juta orang masuk NasDem. "Target saya 20 juta anggota," dia menegaskan.
Upaya memoles rupa juga tak lepas dari persiapan Partai Amanat Nasional. Mereka antara lain memasang artis dan figur publik untuk menggaet 15 persen pemilih: target partai ini pada 9 April. Anang Hermansyah, Desy Ratnasari, serta pasangan suami-istri Gisel Anastasia-Gading Marten, antara lain, ada di daftar rekrut. Dari kalangan olahragawan ada mantan petenis Yayuk Basuki, Emma Tahapari (atletik), Sebastian Hadi Wihardja (angkat besi), Silvia Kristiani (anggar), serta Krisna Bayu (judo).
"Dari 560 calon anggota legislatif, 20 persennya nonkader," ujar Ketua Bappilu PAN Viva Yoga. Partai ini, menurut Yoga, akan menempatkan vote getter di daerah basis konstituen mereka. Alhasil, Anang akan berlaga di Jember, Jawa Timur, dan Desy diharapkan menyedot suara di Sukabumi, Jawa Barat.
Jobpie Sugiharto, Muhammad Muhyiddin, Sundari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo