Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Vatikan Menanti Restu Langit

Pengangkatan 44 kardinal baru di Vatican City memicu kembali sebuah pernyataan lama: siapa calon ahli waris Takhta Suci?

11 Maret 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH perintah penting diwartakan dari Vatikan, awal pekan lalu: Paus Yohanes Paulus II meminta seluruh kardinal berkumpul di sana pada pertengahan Mei tahun ini. Tema pertemuan bersama para pembantu terdekatnya itu adalah membicarakan masa depan gereja Katolik. Sebagian dari kardinal itu?kini berjumlah 183, terbesar dalam sejarah?baru saja diangkat sepekan sebelumnya. Kardinal adalah satu-satunya hirarki gereja Katolik yang berhak memilih seorang Paus. Alhasil, seruan berkumpul itu membuat jutaan umat Katolik menjadi awas. Sebuah tanda tanya lama muncul: adakah seruan itu berkaitan dengan kian rapuhnya kesehatan Paus Yohanes Paulus II, yang kini berusia 80 tahun? Diikuti dengan pertanyaan lain: siapa yang kelak mewarisi Takhta Suci? Terpilih sebagai Paus pada 1978, Uskup Agung Krakow Karol Jozef Wojtyla meruntuhkan sebuah tradisi panjang: ia Paus non-Italia pertama setelah empat ratus tahun lebih. Namun, langkah mengejutkan itu tampaknya akan berlanjut seiring pengangkatan 44 kardinal baru dari 27 negara di lima benua. Sebelas dari 44 kardinal baru itu datang dari Amerika Latin. Kawasan ini bahkan mencatat peringkat kedua setelah Eropa dalam jumlah kardinal. Oscar Andres Rodriguez Maradiaga, 58, adalah salah satu figur kardinal Amerika Latin baru yang banyak memikat perhatian publik. Berasal dari Honduras, Oscar Andres termasuk kelompok kardinal termuda di awal milenium ini. Pengangkatannya disambut dengan sebuah pesta besar penuh sukacita oleh penduduk Honduras. Presiden Honduras, Carlos Roberto Flores Facusse, bersama delapan ratus warga datang jauh-jauh dari Tegucigalpa?ibu kota Honduras?untuk memberi dukungan kepada Oscar Andres. Saat ia menerima birreta, topi kardinal yang terbuat dari sutra merah, Carlos dan para pengikutnya bersorak. Bendera Honduras diregang lebar-lebar dan sebahagian dari mereka mengusap mata mereka yang tiba-tiba membasah: "Baru pertama kali ini saya menginjak Roma. Saya akan kembali saat kardinal kami menjadi Paus Yohanes Paulus III," ujar Yvonne Torres, warga Honduras, seperti dikutip New York Times. Tak kurang dari 40 ribu lebih tamu dari 27 negara mengikuti upacara itu. Sementara itu, 72 stasiun televisi menyiarkan peristiwa itu secara langsung ke seluruh penjuru dunia. Deretan nama baru dalam lingkaran "elite" gereja Katolik itu sekaligus memecahkan rekor jumlah kardinal yang pernah diangkat oleh seorang Paus: 166 kardinal. Sang Paus juga menaikkan jumlah anggota Dewan Kardinal, yakni para kardinal yang memenuhi syarat sebagai pemilih Paus yang baru. Tadinya berjumlah 120 orang, Dewan Kardinal kini punya 135 anggota aktif. Salah satu syarat penting menjadi anggota dewan itu adalah usia. Seorang kardinal pemilih harus berusia di bawah 80 tahun. Dewan ini akan menggelar konklaf?rapat besar para kardinal?beberapa saat setelah meninggalnya Paus. Melihat keragaman etnis dan negara asal para kardinal di awal milenium ini, gereja Katolik tampaknya jauh lebih punya beragam alternatif calon pemimpin. "Tidak mustahil Paus baru nanti berasal dari Amerika Selatan," ujar Kardinal Karl Lehmann dari Jerman. Alasannya? "Lebih dari 500 juta pemeluk Katolik berasal dari kawasan itu," ia melanjutkan, seperti dikutip kantor berita AFP. Keputusan Paus Yohanes Paulus II untuk mengangkat 44 nama baru itu ditafsirkan para pengamat sebagai salah satu kebijakannya untuk meluaskan "lahan pencarian" bagi penggantinya?selama ini, pemegang jabatan Paus cenderung berasal dari daratan Eropa. Tampilnya kardinal-kardinal dari Amerika Selatan, Asia, Afrika, serta Amerika Serikat membuat kandidat pemimpin gereja Katolik menjadi jauh lebih bervariasi (lihat tabel). Dikenal sebagai tradisionalis, Yohanes Paulus II tampaknya paham betul akan perlunya gereja yang universal dan toleran terhadap keberagaman. Sejumlah pengamat menyebutkan, ini ada hubungan dengan visinya mencari seorang "pemimpin baru yang tepat" di masa mendatang. Meski Yohanes Paulus II mudah memikat hati setiap negeri yang dia kunjungi, bukan berarti ia tak punya penentang. Sikapnya yang keras dan ortodoks terhadap aborsi dan homoseksualitas membuat Paus kerap juga mendapat kecaman, dari kalangan muda terutama. Sebaliknya, jutaan umatnya juga tengah menanti perubahan apa yang akan datang dari seorang pemimpin baru jika Yohanes Paulus II berlalu dari hidupnya. Sebuah konklaf tentu saja akan dilangsungkan untuk menetapkan Paus baru Konklaf ini, yang dilangsungkan di Kapel Sistine, berjalan secara amat rahasia. Setiap kardinal pemilih "dikarantina" dari dunia luar. Mereka dilarang melakukan kontak apa pun dan dengan siapa pun. Di kapel yang seluruh dindingnya dipenuhi lukisan tak ternilai itu?antara lain karya-karya Michelangelo dari entah berapa abad silam?sebuah nama baru dijaring. Kertas-kertas pemilihan kemudian dibakar. Bila asap putih menerobos keluar Kapel Sistine, Ketua Dewan Kardinal akan berseru dari atas balkon: "Habemum Papam" (Kita memiliki Paus baru). Hermien Y. Kleden
Yang Masuk Bursa Ahli Waris Takhta
Nama Usia Negara Asal
Camillo Ruini 68 Italia: Vikaris Jenderal Diosis Roma, Presiden Konferensi Episkopal Italia. Menjadi Kardinal pada 1991.
Jan Schotte 70 Belgia: Sekretaris Jenderal Sinode Uskup Sedunia.
Lucas Moreira Neves 73 Brasil: Kepala Kongregasi Para Uskup Vatikan.
Dionigi Tettamanzi 65 Italia: Uskup Agung Genoa. Sebagai tokoh agama, ia amat populer di negaranya.
Francis Arinze 66 Nigeria: Ia salah satu figur rohaniwan terpandang di Afrika dan kawan dekat Paus.
Pio Laghi 76 Italia: Diplomat (Vatikan) yang berpengalaman dan tokoh pendidikan.
Christoph Schoenborn 54 Austria: Uskup Agung Wina dan teolog yang amat disegani.
Bernardin Gantin 77 Ivory Coast: Kawan dekat Paus dan Dekan Dewan Kardinal.
Joseph Ratzinger 72 Jerman: Kawan dekat Paus dan Wakil Dekan Dewan Kardinal.
Carlo Maria Martini 72 Italia: Uskup Agung Milan sejak 1979.
Roger Etchegaray 76 Prancis: Presiden Badan Perdamaian dan Keadilan Vatikan.
Jean-Marie Lustiger 72 Prancis: Uskup Agung Paris.
Sumber: TIME.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus