SEBUAH perintah penting diwartakan dari Vatikan, awal pekan lalu: Paus Yohanes Paulus II meminta seluruh kardinal berkumpul di sana pada pertengahan Mei tahun ini. Tema pertemuan bersama para pembantu terdekatnya itu adalah membicarakan masa depan gereja Katolik. Sebagian dari kardinal itu?kini berjumlah 183, terbesar dalam sejarah?baru saja diangkat sepekan sebelumnya.
Kardinal adalah satu-satunya hirarki gereja Katolik yang berhak memilih seorang Paus. Alhasil, seruan berkumpul itu membuat jutaan umat Katolik menjadi awas. Sebuah tanda tanya lama muncul: adakah seruan itu berkaitan dengan kian rapuhnya kesehatan Paus Yohanes Paulus II, yang kini berusia 80 tahun? Diikuti dengan pertanyaan lain: siapa yang kelak mewarisi Takhta Suci?
Terpilih sebagai Paus pada 1978, Uskup Agung Krakow Karol Jozef Wojtyla meruntuhkan sebuah tradisi panjang: ia Paus non-Italia pertama setelah empat ratus tahun lebih. Namun, langkah mengejutkan itu tampaknya akan berlanjut seiring pengangkatan 44 kardinal baru dari 27 negara di lima benua. Sebelas dari 44 kardinal baru itu datang dari Amerika Latin. Kawasan ini bahkan mencatat peringkat kedua setelah Eropa dalam jumlah kardinal.
Oscar Andres Rodriguez Maradiaga, 58, adalah salah satu figur kardinal Amerika Latin baru yang banyak memikat perhatian publik. Berasal dari Honduras, Oscar Andres termasuk kelompok kardinal termuda di awal milenium ini. Pengangkatannya disambut dengan sebuah pesta besar penuh sukacita oleh penduduk Honduras.
Presiden Honduras, Carlos Roberto Flores Facusse, bersama delapan ratus warga datang jauh-jauh dari Tegucigalpa?ibu kota Honduras?untuk memberi dukungan kepada Oscar Andres. Saat ia menerima birreta, topi kardinal yang terbuat dari sutra merah, Carlos dan para pengikutnya bersorak. Bendera Honduras diregang lebar-lebar dan sebahagian dari mereka mengusap mata mereka yang tiba-tiba membasah: "Baru pertama kali ini saya menginjak Roma. Saya akan kembali saat kardinal kami menjadi Paus Yohanes Paulus III," ujar Yvonne Torres, warga Honduras, seperti dikutip New York Times.
Tak kurang dari 40 ribu lebih tamu dari 27 negara mengikuti upacara itu. Sementara itu, 72 stasiun televisi menyiarkan peristiwa itu secara langsung ke seluruh penjuru dunia. Deretan nama baru dalam lingkaran "elite" gereja Katolik itu sekaligus memecahkan rekor jumlah kardinal yang pernah diangkat oleh seorang Paus: 166 kardinal. Sang Paus juga menaikkan jumlah anggota Dewan Kardinal, yakni para kardinal yang memenuhi syarat sebagai pemilih Paus yang baru. Tadinya berjumlah 120 orang, Dewan Kardinal kini punya 135 anggota aktif. Salah satu syarat penting menjadi anggota dewan itu adalah usia. Seorang kardinal pemilih harus berusia di bawah 80 tahun. Dewan ini akan menggelar konklaf?rapat besar para kardinal?beberapa saat setelah meninggalnya Paus.
Melihat keragaman etnis dan negara asal para kardinal di awal milenium ini, gereja Katolik tampaknya jauh lebih punya beragam alternatif calon pemimpin.
"Tidak mustahil Paus baru nanti berasal dari Amerika Selatan," ujar Kardinal Karl Lehmann dari Jerman. Alasannya? "Lebih dari 500 juta pemeluk Katolik berasal dari kawasan itu," ia melanjutkan, seperti dikutip kantor berita AFP.
Keputusan Paus Yohanes Paulus II untuk mengangkat 44 nama baru itu ditafsirkan para pengamat sebagai salah satu kebijakannya untuk meluaskan "lahan pencarian" bagi penggantinya?selama ini, pemegang jabatan Paus cenderung berasal dari daratan Eropa. Tampilnya kardinal-kardinal dari Amerika Selatan, Asia, Afrika, serta Amerika Serikat membuat kandidat pemimpin gereja Katolik menjadi jauh lebih bervariasi (lihat tabel).
Dikenal sebagai tradisionalis, Yohanes Paulus II tampaknya paham betul akan perlunya gereja yang universal dan toleran terhadap keberagaman. Sejumlah pengamat menyebutkan, ini ada hubungan dengan visinya mencari seorang "pemimpin baru yang tepat" di masa mendatang. Meski Yohanes Paulus II mudah memikat hati setiap negeri yang dia kunjungi, bukan berarti ia tak punya penentang. Sikapnya yang keras dan ortodoks terhadap aborsi dan homoseksualitas membuat Paus kerap juga mendapat kecaman, dari kalangan muda terutama.
Sebaliknya, jutaan umatnya juga tengah menanti perubahan apa yang akan datang dari seorang pemimpin baru jika Yohanes Paulus II berlalu dari hidupnya. Sebuah konklaf tentu saja akan dilangsungkan untuk menetapkan Paus baru
Konklaf ini, yang dilangsungkan di Kapel Sistine, berjalan secara amat rahasia. Setiap kardinal pemilih "dikarantina" dari dunia luar. Mereka dilarang melakukan kontak apa pun dan dengan siapa pun.
Di kapel yang seluruh dindingnya dipenuhi lukisan tak ternilai itu?antara lain karya-karya Michelangelo dari entah berapa abad silam?sebuah nama baru dijaring. Kertas-kertas pemilihan kemudian dibakar. Bila asap putih menerobos keluar Kapel Sistine, Ketua Dewan Kardinal akan berseru dari atas balkon: "Habemum Papam" (Kita memiliki Paus baru).
Hermien Y. Kleden
Yang
Masuk Bursa Ahli Waris Takhta |
Nama |
Usia |
Negara
Asal |
Camillo Ruini |
68 |
Italia: Vikaris Jenderal Diosis
Roma, Presiden Konferensi Episkopal Italia. Menjadi Kardinal pada
1991. |
Jan Schotte |
70 Belgia: |
Sekretaris Jenderal Sinode Uskup
Sedunia. |
Lucas Moreira Neves |
73 |
Brasil: Kepala Kongregasi Para
Uskup Vatikan. |
Dionigi Tettamanzi |
65 |
Italia: Uskup Agung Genoa. Sebagai
tokoh agama, ia amat populer di negaranya. |
Francis Arinze |
66 |
Nigeria: Ia salah satu figur
rohaniwan terpandang di Afrika dan kawan dekat Paus. |
Pio Laghi |
76 |
Italia: Diplomat (Vatikan) yang
berpengalaman dan tokoh pendidikan. |
Christoph Schoenborn |
54 |
Austria: Uskup Agung Wina dan
teolog yang amat disegani. |
Bernardin Gantin |
77 |
Ivory Coast: Kawan dekat Paus
dan Dekan Dewan Kardinal. |
Joseph Ratzinger |
72 |
Jerman: Kawan dekat Paus dan
Wakil Dekan Dewan Kardinal. |
Carlo Maria Martini |
72 |
Italia: Uskup Agung Milan sejak
1979. |
Roger Etchegaray |
76 |
Prancis: Presiden Badan Perdamaian
dan Keadilan Vatikan. |
Jean-Marie Lustiger |
72 |
Prancis: Uskup Agung Paris.
|
Sumber:
TIME.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini