BAGI semua umat dari segala penjuru aliran, Quran dan Hadis adalah sumber pokok pengetahuan tentang Islam. Tetapi itu justru merupakan sumber silang pendapat, bila sampai ke tingkat penafsiran dan pemahaman, terutama tentang ayat dan hadis yang tidak tegas. Itu sebabnya, para ulama menetapkan sumber pengetahuan Islam yamg lain, yaitu qiyas atau analogi. Kaum IJ yang sekarang menetap di Lemkari atau bukan tetap mempercayai Quran dan Hadis sebagai buku asli Islam. Jemaah bentuk asli Islam. Masuk surga dan selamat dari neraka, itu tujuan asli Islam. Sedangkan program ibadat asli di dalam Islam ialah Lima Bab mengaji, mengamalkan, membela Quran dan hadis, berjamaah secara Quran-Hadis, serta bertaat kepada Allah, Rasul, dan amir alias imam jemaah secara Quran-Hadis. Tampaknya, IJ memimpikan Islam yang "asli". Soalnya, Kelima Bab itulah yang dijadikan sistem. "Prinsip taat adalah modal kami," ujar Sjamsuddin Zahar, Sekjen Lemkari. Sejumlah ayat dan hadis lalu ditarik, semula oleh Drs. Nurhasyim, untuk mendukung sistem itu. Aktor Intelektual IJ lulusan Pondok Gontor dan IAIN Yogya itu, sebelum meninggal pada 1974, merangkai ayat dan hadis untuk menyatakan perlunya jemaah mengangkat amir untuk ditaati. Putra Kiai Musni bin Tamus Kediri itu memilih dan mengajak membai'at Nurhasan al-Ubaidah Amir Lubis (luar biasa). Bukunya, Menunda Baiat Adalah Merugikan Diri Sendiri dan Keluarga, merupakan proklamasi berdirinya sebuah ajaran di Indonesia. Islam Jamaah, namanya Ribuan pencari keselamatan versi Nurhasyim dan Nurhasan Ubaidah itu. Hingga kini, ketika ajaran meraka dilarang, dan mereka berdua sudah mati, para airnya secara berkala masih berembuk, menerbitkan Nasehat Ijtihad Imam kepada Jamaah. Itu merupakan lembaran-lembaran lepas, yang segaja ditulis dengan huruf Arab pegon, gundul. Dibuka dengan salam, lalu amma ba'du sebagai pendahuluan, isi "perintah harian" itu antara lain: * 1. Nasehat Ijtihad Imam kepada Jamaah: yaitu pada 24-12-1986 hari Rabu sampai dengan 7-1-1987, di Pusat Pondok Lemkari, insyah Allah, akan diadakan Pengajian Asrama Sunan Abi Dawud jilid 8, dengan harga (kitab) hadis Rp 2.500, dan biaya makan per hari Rp 750 per orang. Daerah-daerah supaya mengirimkan dua orang mubalig yang mampu menerima ke-manqul-an dan yang berbudi luhur dan mampu menyampaikan hasil Asrama, dengan dibiayai jamaah sedaerahnya. Dan juga diperintahkan kepada kiai-kiai kota seluruh Indonesia dan kiai-kiai desa seluruh Jawa, supaya mengikuti Asrama sedikitnya 3 hari. Dan dianjurkan kepada imam-imam kelompok, para guru, pelajar, mahasiswa, sarjana, dan jamaah yang cantik-cantik, untuk mengikuti Asrama Sunan Abu Dawud jilid 8 tersebut. * 2. Kepada pengurus daerah seluruh Pulau Jawa dan Madura -- luar Jawa tidak -- supaya meraka mendatangkan sepeda motor sabillah (Honda) GL MAX hadiah dari Bapak Imam, (untuk) keperluan dicek dan dikontrol. Kerjakan karena Allah. * 3. Supaya tiap-tiap daerah membentuk tim penerima dan penghimpun benda-benda sabilillah, yang asalnya dari pemberian atau amal jariah dari warga jamaah sedaerah, berupa sawah, tanah, bahan bangunan, kendaraan, bangunan dll, selain uang. Kalau berupa uang, tetap (diserahkan) kepada Koordinator Keuangan Daerah. Nasehat Ijtihad ini adalah untuk ketertiban. Kerjakan karena Allah. * 4. Pengajian daerahan Indonesia Timur dan Indonesia Barat dijadikan satu di Pondok Kediri/daerahan total, pada 4-1-1987. Kerjakan karena Allah. * 5. Di kalangan mereka, kegiatan penerbitan nampaknya lancar. Misalnya ada sebuah buku hadis, yang dicetak stensil setebal 178 halaman. Isinya, hadis-hadis pilihan dari riwayat al-Nasai. Uniknya, buku itu mencatat lengkap 17 nama penukil hadis. Di silsilah nomor 17, disebut nama pemiliknya, Boedi Santoso H.W. (alias Bilal Achmad, Madiun). Dia menerima kumpulan hadis Nasai itu dari Gundarun (Jawa pula, tinggal di Asrama Wali Barokah, Banjaran Kediri). Penukil ke-16 ini menerima dari Haji Nurhasan al- Ubaidah, yang menerimanya dari Abu Umar Hamdan asal Maroko, guru Nurhasan di "Keraton Saudi Arabia", dan terus hingga ke al- Nasai. Di 1.500 masjid Lemkari, khotbah Jumat wajib dengan bahsa Arab. Bukanlah Nabi, menurut IJ, tidak berbahasa Indonesia. Ciri mereka yang lain: memingkis ujung celana, tak boleh taklid kecuali kepada Quran-Hadis seperti diajarkan imam, dan ucapan bismillah dalam membaca surat al- Fatihah saat sholat tak boleh dikeraskan suaranya. Kenapa? "Walhasil, disini semua merujuk Quran dan hadis," kata mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini