Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Yang Sementara Sudah Keluar

Pengumuman daftar calon sementara anggota DPR, muncul wajah baru, a.l: k.k wahib wahab & siswono judo husodo. (nas)

19 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESUAI jadwal, daftar calon sementara untuk pemilihan anggota DPR pada Pemilu 1982 diumumkan 15 Desember lalu. Di 27 daerah pemilihan, PPP mengajukan jumlah calon 625 orang, Golkar 719 dan PDI 456 orang. Selama 30 hari masyarakat diberi kesempatan meneliti dan menilai para calon wakil rakyat itu. Keberatan terhadap seseorang calon dapat diajukan secara tertulis pada Panitia Pemilihan Pusat bagi anggota DPR Pusat dan Panitia Pemilihan Daerah untuk anggota DPR Daerah. Menurut rencana, daftar calon tetap akan disahkan dan ditetapkan 9 Februari 1982. Daftar calon Golkar yang paling "gemerlapan", bertaburan dengan nama para tokoh pusat dan daerah yang dijadikan pengumpul suara. Yang dimunculkan mulai Adam Malik, Daoed Joesoef, Alamsyah, Nelly Adam Malik, Ali Moertopo, Habib Mohamad Alhabsyi sampai Hamengkubuwono IX, Soedjono Hoemardani dan Widjojo Nitisastro. Beberapa nama baru muncul di PDI. Partai bersimbol kepala banteng ini memang harus menyodorkan nama baru. DPP Soenawar Soekowati sejak terpilih awal tahun ini telah meecall 7 anggota mereka dari DPR. Tokoh baru yang dicalonkan antara lain Panangian Siregar (Sumatera Utara), Dudy Singadilaga (Jawa Barat), Ipik Asmasoebrata (DKI Jaya), Soebekti dan Yusuf Merukh (Jawa Tengah). Yang paling guncang tampaknya daftar calon PPP. Banyak tokoh NU yang pasti tidak bakal terpilih lagi jika "daftar Naro" ini tidak berubah. Namun para tokoh NU sendiri kini agaknya tak lagi terlalu mengharapkan perubahan ini. "Untuk mengadakan perubahan, saya kok pesimistis. Sebab susunan Naro itu bukan hanya Naro. Ada pemerintah di belakangnya," kata Jusuf Hasjim yang dalam daftar sementara menduduki nomor 31 di Jawa Timur. Pada daftar yang disusun NJ ia menduduki urutan I. Saya Mau Dialog Pemerintah sendiri rupanya tidak ingin daftar sementara ini dirombak. Ketua LPU/Mendagri Amirmachmud akhir bulan lalu mengisyaratkan: "Jangan sampai daftar calon sementara itu diubah secara prinsipiil. Kalau dua atau tiga orang bergeser, itu mungkin bisa," katanya. Naga-naganya harapan PB NU, yang didesak banyak cabangnya, memperbaiki "daftar Naro" ini tidak akan berhasil banyak. Beberapa nama tokoh NU lain yang mungkin "tumbang" misalnya Saifuddin Zuhri, Muchtar Chudlori, Imron Rosjadi, Rachmat Muljomiseno dan Zaidan Djauhari. Bisa dimengerti bila banyak yang kecewa. "Sampai kini tidak ada penjelasan mengapa pergeseran itu terjadi," kata Imron Rosjadi. Buat dia tindakan itu dianggap "vonis tanpa diberi hak membela diri". Buat saya pribadi bukan soal kursinya," ujar tokoh berusia 65 tahun ini. "Tiap orang memiliki kekurangan. Apa kesalahan saya?", katanya dengan nada meninggi. "Sebelum Orde Baru saya sudah Orde Baru. Saya menentang PKI dan saya dipenjarakan oleh Soekarno selama 4 tahun. Apa yang menggeser saya itu lebih Orde Baru dari saya. Saya mau tahu. Saya .mau dialog," kata Imron yang digeser dari nomor 1 menjadi nomor 20 untuk daerah pemilihan Jawa Barat. Namun Imron tampaknya siap menghadapi masa depannya setelah tak menjadi anggota DPR, ia merencanakan untuk terjun ke bidang pendidikan. Akhir tahun lalu di Pacet, Cianjur, Jawa Barat, ia mendirikan pesantren terpadu bernama Maarif dengan tingkatan SLP dan SLA. Bidang pendidikan juga yang akan diterjuni Jusuf Hasjim. "Saya akan aktif mengembangkan organisasi pesantren," kata lulusan Sekolah Pendidikan Guru di Tebuireng, Jawa Timur ini. Salah satu wajah baru yang menarik dalam daftar calon sementara ialah K.H. Wahib Wahab. Putra almarhum K.H. Wahab Chasbullah, pendiri NU ini muncul sebagai calon nomor 7 Golkar di Jawa Timur. Dekan Fakultas Sospol Universitas Darul Ulum, ombang, yang berusia 64 tahun ini sering diundang Golkar memberi ceramah agama Islam. Mungkin sikapnya yang dianggap "moderat" inilah yang menyebabkan dia muncul sebagai calon Golkar. Tanggapannya: "Atas kepercayaan Golkar itu, tidak lain saya mengucapkan banyak terima kasih. Tapi sebagai orang tu yangsudah berumur lanjut, lebih baik bila saya termasuk 25 persen anggota DPR yang diangkat Presiden," ujarnya. "Begini-begini juga orang masih menganggap saya tokoh NU," sambungnya. Munculnya Siswono Judo Husodo, 38 tahun, sebagai calon Golkar urutan nomor 2 untuk pemilihan anggota DPRD DKI Jaya dianggap mengagetkan. Direktur Utama PT Bangun Cipta Sarana yang juga tokoh HIPMI ini dikenal sebagai bekas aktivis GMNI dan berasal dari keluarga PNI. Bagaimana ia bisa muncul sebagai calon Golkar? "Saya belum pernah terdaftar sebagai anggota PDI sekalipun saya cukup dekat dengan orang-orang PDI. Saya pernah mendalami marhaenisme secara praktis dan ilmiah. Dan sampai sekarang saya pengagum Soekarno," kata Siswono. Menurut ceritanya, suatu hari ia berbincang-bincang dengan Gubernur DKI Jaya Tjokropranolo. "Rupanya Pak Nolly dan juga Pak Achmadi, Ketua Golkar Jakarta menganggap saya memahami aspirasi penduduk Jakarta," ujarnya. "Saya masuk Golkar bukan karena Golkar paling kuat selama ini. Tetapi secara obyektif saya terpaksa harus mengatakan, pada tingkat sekarang hanya Golkar yang masih mendapat kepercayaan rakyat untuk pemilu yang akan datang," lanjut Siswono. PDI menurut dia, sebetulnya bisa menjadi alternatif. Tapi sayang, performens politiknya kurang cantik dan programnya tidak menarik," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus