Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Yesus? untuk cog?

10 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH di Jalan Setiabudi 265 E itu memang menunjukkan gelagat menjadi tempat terakhir orang COG Bandung, setelah sebagian dari mereka - seperti Jack dan Tim -berhasil kabur. Syafiq Basri dan Amran Nasution dari TEMPO mendatangi alamat itu. Dari tanda-tanda yang didapat di tempat, dan dari informasi sebelumnya (dari Frans dan Joe),. bisa dipastikan bahwa perkiraan di atas itu benar. Sekitar pukul 18.30, datang dua mobil preman penuh intel dari Intelpam. Syafiq, yang selama ini banyak berhubungan dengan pihak Kamtib dalam pengusutan sejak awal, bergabung dengan mereka. Juga dengan orang-orang dari Satserse yang, ternyata, telah mengamat-amati rumah itu sejak siang. Pihak Satserse itu mendapat info dari cucu bekas Kapolda Jawa Barat, Almarhum Enoch Danubrata. Dan pengerebekan pun dilakukan, lengkap dengan kehadiran pejabat RT dan RW. Setelah menembus sambutan dari seorang kulit putih yang bernama Giorgio Capelli, tuan rumah - Curtis van Gorder Peter alias Peter Curtis alias Peter Pitcher alias C. Piet bisa dijumpai. Di situ juga terdapat istri Peter, Pauline Emilie alias Esther, yang berumur 40 tahun, anak gadis Peter, Eileen v. Gorder aiias Joyce, dan dua adiknya yang masih kecil. Barang-barang yang diduga berhubungan dengan aktivitas COG disita, dan Peter resmi menjadi tahanan pihak berwajib sejak 2 Maret sore. Ia telah menandatangani surat-surat penahanannya. Berikut ini hasil wawancara Syafiq dengan pria 33 tahun itu: Peter mengakui, ia membuat beberapa kesalahan. "Yang utama ialah," katanya dalam bahasa Inggris campur Indonesia, "kurang mengerti kebudayaan dan cara berpikir orang di negeri ini." Soal seks? Katanya, "Itu cuma bagian kecil misi kami. Kami tidak percaya pada 'seks dengan semua orang'. Kami percaya pada 'seks dengan cinta'. Kami sendiri tidak bicara tentang seks. Kami bicara tentang kasih." Memang, ia mengakui, pengertian kalimat yang dikatakannya itu bisa luwes. Maksudnya, agaknya, tidak mutlak kasih. "Tapi kami percaya, dan harus menjaga, perkawinan dan anak-anak kami. Dan kami benci perceraian." "Soal pelacuran? Oh, itu bisa saja terjadi pada beberapa anggota - persoalan pribadi mereka, bukan policy kami. " Memang, katanya, pihaknya mendapat tantangan keras dari gereja-gereja, "tapi itu terutama karena misi seks kami yang sedikit itu." Tentang hubungannya dengan para fish, orang yang digaet, ia menyebut adanya surat Moses David (David Berg) tentang tidak bolehnya hubungan seks "antara rumah yang berbeda". Kelompoknya, katanya, tidak mencari orang-orang Indonesia untuk melakukan seks. "Mereka yang datang kepada kami tahu itu," katanya. "Barangkali setelah orang bergabung dengan kami selama setahun, baru ia mendengar penuturan kami tentang seks." Dan mereka baru dibolehkan melakukan itu kalau memang benar-benar mau. Dia harus tahu sendiri apa yang benar baginya, dan apa yang tidak. Kalau ia tidak mau, ya, sudah . . . ." Setiawati, kakak Komalawati itu, menuturkan acara harian para COG-wan itu. Pukul 9.00-12.00 mereka menyebar: membagikan brosur, ngamen, berpropaganda. Pulang, mengadakan kesaksian sampai pukul 15.00. Setelah itu, kursus-kursus bahasa Inggris atau les gitar. Sabtu malam digunakan untuk acara peribadatan, yang juga melibatkan acara-acara yang "penuh arti" itu, dengan iringan Music with Meaning atau, di Jakarta misalnya, dengan Alunan Surya, juga acara itu bisa diulangi Minggu sore, seperti dituturkan Frans dan Joe. Tetapi itu berarti, mereka tak hanya melulu berseks. Dan dalam tahanan itu Peter bicara tentang materi kepercayaan mereka: kedatangan Yesus. Waktu kedatangan itu, menurut perhitungan mereka, tak lama agi. Yaitu ketika tokoh yang disebut Antikristus (ini sama dengan Dajjal dalam Islam) merajalela dan "membuat perjanjian dengan agama-agama di dunia juga membuat perdamaian antara Arab dan Yahudi," katanya. "Datangnya masa itu akan lebih cepat bila komunis merajalela. Coba baca Daniel 9:25-27. Datangnya itu akan diawali jatuhnya Komet Haley, dan itu sekitar tahun 1986. Tapi ingat, bukannya pasti di tahun itu, ya? Maka, jika ditambah tujuh tahun, yaitu antara kemunculan si setan tadi dan turunnya Yesus, nah, waktu itulah datangnya Yesus. Yaitu 1993, plus -minus." Tapi mengapa tujuh tahun, Peter? Ia malah balik bertanya, "Mengapa Alkitab penuh ramalan? Nah, di situ 'kan banyak tahun-tahun yang dapat diperhitungkan." Tentang Moses David, nabinya itu, Petcr yakin ia masih hidup kini. "Umurnya sekitar 70 tahun. Tapi saya tidak tahu di mana beliau sekarang." Hanya, pesan David yang disampaikan Peter kali ini ialah ia menyuruh semua orang meninggalkan AS - "karena bahaya nuklir dan ancaman ekonomi yang bobrok." Lalu, Peter sendiri mau ke mana, jika pemerintah RI mengusir Anda? "Saya tidak tahu. Bagaimana saja."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus