DAERAH Segi Tiga Emas masih tetap mengancam dunia. Karena kawasan pegunungan di perbatasan Muangthai, Burma, dan Laos itu masih merupakan daerah penghasil opium paling produktif di seantero jagat. Karena itu pula Pemerintah Muangthai bertekad mengganyang perdagangan opium, yang masih bersimaharajalela di Negara Gajah Putih tersebut, sampai ke akar-akarnya. Pada 1989, dalam taksiran Pemerintah Muangthai, daerah Segi Tiga Emas menghasilkan 1.200 ton opium. Tahun ini diperkirakan mencapai 1.730 ton. Rinciannya: dari kawasan perbatasan Burma sebanyak 1.400 ton, Laos 300 ton, dan Muangthai 30 ton. Meski ladang opium di Muangthai sudah makin ciut, toh Negeri Gajah Putih itu tetap jadi daerah transit narkotik yang sibuk. Hampir tiap hari barang terlarang itu diselundupkan jaringan pengedar opium ke Muangthai melalui daerah sepanjang Sungai Mekong. Tak heran bila pasukan pemberantas narkotik Muangthai, yang dipimpin Jenderal Chavalit Yadmani, harus siaga selama 24 jam. Karena perintah operasi bisa turun mendadak. Sejak Yadmani memegang komando pasukan pemberantas narkotik beberapa tahun lalu, jaringan pengedar narkotik keder juga terhadap sepak terjang pasukan berseragam hitam tersebut. Tak terhitung kali anak buah Yadmani berhasil mematahkan upaya penyelundupan narkotik ke Muangthai, membumihanguskan ladang opium di daerah Segi Tiga Emas, serta menggagalkan pengiriman barang haram itu ke Eropa dan Amerika Serikat. Upaya lain yang dilakukan Pemerintah Muangthai dalam membasmi jaringan pengedar opium adalah menjatuhkan hukuman yang berat terhadap penghasil, pengedar, maupun pemakai narkotik. Sudah puluhan terhukum perkara narkotik yang menemui ajalnya di depan regu tembak. Operasi pemberantasan ladang-ladang opium di Muangthai ternyata menimbulkan dampak berat juga, terutama untuk penduduk suku terasing di daerah perbatasan Segi Tiga Emas. Mereka menanam dan memakan tanaman memabukkan itu sudah sejak dari nenek moyang mereka. Kalau ladang mereka dibakar, berarti hilang pula sumber penghidupan mereka. Maka, Pemerintah Muangthai terpaksa mengalokasikan dana cukup besar untuk pengadaan sarana pertanian, kesehatan, dan pendidikan bagi petani tradisional itu sebagai "ganti rugi" atas pembabatan ladang opium mereka. Burhan Piliang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini