Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komponis avant garde Iannis Xenakis, seorang komponis Prancis keturunan Yunani, pernah memberikan persembahan komposisi khusus untuk Takahashi. Xenakis adalah musisi yang dikenal memiliki kepekaan arsitektural. Ia adalah tangan kanan arsitek Le Corbusier. Karya-karya Xenakis berdasarkan konsep fisika atau matematika. Suatu kali ia pernah menerangkan perpindahan not-notnya ibarat loncatan perpindahan dan keacakan jutaan molekul gas dalam teori kerenggangan gas. Karena itu, bila seorang komposer sekelas Xenakis yang mempersembahkan musik bagi seseorang, musisi itu menjadi istimewa. Di tengah jaya-jayanya memantapkan diri sebagai komposer pada tahun 70-an tiba-tiba Takahashi seolah mengundurkan diri dari rimba persilatan musik kontomporer. Ia membenamkan diri dalam dunia volunteerpekerjaan sosial. Tiba-tiba, tanpa dinyana, suatu kali dia datang menemui Slamet Abdul Syukur di Yokohama. Saat itu, pada acara Asia Composers League itu, Slamet tengah mementaskan komposisi Gelandangan. Sebuah komposisi dengan materi yang menggunakan bunyi suara mulut yang dimainkan oleh seorang ibu rumah tangga biasa bernama Marti.
Slamet terkejut melihat sang maestro begitu bersahaja. "Wah, dia itu kayak Cina kelontong. Cuma memakai sandal jepit dan membawa tas kresek. Kalau jalan,kepalanya miring," tutur Slamet. Ia datang bersama seorang pemain perkusi bernama Sumire Yoshihara. Ternyata, mereka berdua meminta izin memainkan karya Slamet berjudul Uwek-uwek. Slamet terkesan.
Selama 19 bulan dari Jepang kemudian pemusik yang rambut gondrong dan cambang lebatnya awut-awutan ini berjibaku untuk sebuah komposisi yang dipersembahkan untuk Yuji. Ini dikerjakan tiap hari dari pukul 03.00 dini hari sampai 11.00 siang. Lahirlah Yu-Taha, yang merupakan singkatan Yuji Takahashi. Komposisi ini amat memperhitungkan keheningan. Yang ingin ditampilkan Slamet bukan persoalan naik-turunnya tinggi nada tapi antara jauh dan dekatnya nada. Slamet menyebutnya melodi jarak. Seorang pianis yang memainkannya dituntut memiliki ketepatan dan kecermatan rasa, serta sensibilitas kesinambungan untuk merasakan pausejedah kekosongan.
Musik-musik avant garde begini miskin sponsor. Produksi Slamet bukan yang pertama. Jadug Ferianto dan Sapto Rahardjo lebih dahulu bergerilya mengeluarkan cakram padat. Tapi menarik, dari puluhan tahun bergumul di dunia musik kontemporer, baru sekarang Slamet memilikinya. Mulanya, biaya produksi disanggupi semua oleh perupa I Made Wianta. Tapi, entah karena apa, kucuran itu tak datang-datang. Akhirnya, dari Robin Claerevulselois PrancisSlamet menerima sumbangan sekitar Rp 2 juta. Terus mencari di sana-sini, ia mendapat tambahan sekitar Rp 5 juta. Selebihnya, ya, tombok. Atas bantuan Dwiki Dharmawan, ia dapat membuat master rekamannya di Musica Studio. Slamet hanya kuat memproduksi 100 buah. Dan itu pun cepat habis dibagikan ke teman.
SJS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo