Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gerilya Slamet Abdul Syukur

21 Mei 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inilah gerilya musik. Telah lahir sebuah compact disc (CD) yang diproduksi dari kocek sendiri dan sumbangan ramai-ramai. Slamet Abdul Syukur, sang "ibu" yang melahirkan CD itu, tentu bahagia meski kemudian CD itu habis bukan karena laku, tapi karena diminta teman-temannya sendiri. Empat komposisinya yang terdapat dalam CD bersampul surealistik itu adalah Ji-Lala Ji (1989) dan Uwek-uwek (1992), yang direkam oleh musikolog Dieter Mack ketika komposisi itu dipertunjukkan pada 1995 di Gedung Kesenian Jakarta. Selain itu, CD tersebut juga berisi komposisi Svara (1978) dan Yu-Taha (1997), dua karya yang diambil dari CD yang diterbitkan oleh Fontec Jepang. Yang menjadi istimewa memang dua karya terakhir ini. Svara dimainkan oleh komposer Jepang Yuji-Takahashi, sementara komposisi Yu-Taha adalah persembahan Slamet Abdul Syukur untuk Yuji Takahashi karena Takahashidianggap musisi Jepang paling berkarakter saat ini.

Komponis avant garde Iannis Xenakis, seorang komponis Prancis keturunan Yunani, pernah memberikan persembahan komposisi khusus untuk Takahashi. Xenakis adalah musisi yang dikenal memiliki kepekaan arsitektural. Ia adalah tangan kanan arsitek Le Corbusier. Karya-karya Xenakis berdasarkan konsep fisika atau matematika. Suatu kali ia pernah menerangkan perpindahan not-notnya ibarat loncatan perpindahan dan keacakan jutaan molekul gas dalam teori kerenggangan gas. Karena itu, bila seorang komposer sekelas Xenakis yang mempersembahkan musik bagi seseorang, musisi itu menjadi istimewa. Di tengah jaya-jayanya memantapkan diri sebagai komposer pada tahun 70-an tiba-tiba Takahashi seolah mengundurkan diri dari rimba persilatan musik kontomporer. Ia membenamkan diri dalam dunia volunteer—pekerjaan sosial. Tiba-tiba, tanpa dinyana, suatu kali dia datang menemui Slamet Abdul Syukur di Yokohama. Saat itu, pada acara Asia Composers League itu, Slamet tengah mementaskan komposisi Gelandangan. Sebuah komposisi dengan materi yang menggunakan bunyi suara mulut yang dimainkan oleh seorang ibu rumah tangga biasa bernama Marti.

Slamet terkejut melihat sang maestro begitu bersahaja. "Wah, dia itu kayak Cina kelontong. Cuma memakai sandal jepit dan membawa tas kresek. Kalau jalan,kepalanya miring," tutur Slamet. Ia datang bersama seorang pemain perkusi bernama Sumire Yoshihara. Ternyata, mereka berdua meminta izin memainkan karya Slamet berjudul Uwek-uwek. Slamet terkesan.

Selama 19 bulan dari Jepang kemudian pemusik yang rambut gondrong dan cambang lebatnya awut-awutan ini berjibaku untuk sebuah komposisi yang dipersembahkan untuk Yuji. Ini dikerjakan tiap hari dari pukul 03.00 dini hari sampai 11.00 siang. Lahirlah Yu-Taha, yang merupakan singkatan Yuji Takahashi. Komposisi ini amat memperhitungkan keheningan. Yang ingin ditampilkan Slamet bukan persoalan naik-turunnya tinggi nada tapi antara jauh dan dekatnya nada. Slamet menyebutnya melodi jarak. Seorang pianis yang memainkannya dituntut memiliki ketepatan dan kecermatan rasa, serta sensibilitas kesinambungan untuk merasakan pause—jedah kekosongan.

Musik-musik avant garde begini miskin sponsor. Produksi Slamet bukan yang pertama. Jadug Ferianto dan Sapto Rahardjo lebih dahulu bergerilya mengeluarkan cakram padat. Tapi menarik, dari puluhan tahun bergumul di dunia musik kontemporer, baru sekarang Slamet memilikinya. Mulanya, biaya produksi disanggupi semua oleh perupa I Made Wianta. Tapi, entah karena apa, kucuran itu tak datang-datang. Akhirnya, dari Robin Claerevul—selois Prancis—Slamet menerima sumbangan sekitar Rp 2 juta. Terus mencari di sana-sini, ia mendapat tambahan sekitar Rp 5 juta. Selebihnya, ya, tombok. Atas bantuan Dwiki Dharmawan, ia dapat membuat master rekamannya di Musica Studio. Slamet hanya kuat memproduksi 100 buah. Dan itu pun cepat habis dibagikan ke teman.

SJS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus