Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Instalasi

Pameran kelompok galeri cemeti di pusat kebudayaan jepang menegaskan semakin banyak perupa indonesia bermain dengan media instalasi. media baru ini bukan tanda avant garde.

19 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTALASI memang tidak selalu menunjuk susunan jaringan kabel. Banyak hasil rekayasa lain, yang disebut pula instalasi. Namun sekarang ini istilah itu menyeberang agak jauh. Ke seni rupa. Yang ditunjuk, karya seni rupa yang disusun di ruang pameran. Sering dengan elemen-elemennya tersebar lepas ke berbagai penjuru ruang pameran. Sejumlah pameran, dalam beberapa bulan terakhir menegaskan kemunculan media itu dalam seni rupa kita. Yang layak dicatat, Pameran Binal di Seni Sono, Yogya Pameran Instalasi-4 di Galeri Hidayat, dan Pameran Hitam Putih di R-66, Bandung dan Explo 1992 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pameran Kelompok Galeri Cemeti, yang kini berlangsung di Pusat Kebudayaan Jepang, Gedung Summitmas, Jakarta, kembali menampilkan instalasi. Ini karya-karya Mella Jaarsma, Nunung W.S., dan Sulebar Sukarman. Mella, perupa yang sudah lama akrab dengan instalasi. Sedangkan Nunung dan Sulebar, pelukis ternama yang untuk pertama kalinya mencoba media instalasi. Instalasi tidak menunjuk suatu gaya. Juga tidak menandakan seni rupa avant garde. Media ini tumbuh secara bertahap sejak pertengahan 1960-an. Sejumlah kecenderungan baru di Eropa dan Amerika selama kurun waktu 20 tahun membentuk media baru ini. Misalnya, penggunaan barang jadi (ready mades), eksplorasi ruang, multimedia, pop art, karya lingkungan. Sebagai media baru, instalasi termasuk cepat mendapat pengakuan di pameran-pameran internasional. Pada Asean Festival 1992 yang kini masih berlangsung di Jepang (Indonesia diwakili dua perupa instalasi dan seorang pelukis) instalasi diutamakan. Pada Trienal Asia Pasifik di Brisbane, Australia, September 1993 (Indonesia diwakili empat perupa intalasi, lima pelukis) kategori karya ditetapkan: lukisan dan instalasi. Instalasi adalah media pengungkapan dengan banyak aspek. Hampir semua kecenderungan berekspresi bisa tampil dalam media ini -- melukis, membentuk, menyusun, merakit, menempel. Dan kecenderungan mencampur ini terlihat pula pada pameran Kelompok Cemeti di Pusat Kebudayaan Jepang tersebut. Karya Mella Jaarsma, Sound of Breath III, IV, memperlihatkan efek cahaya yang terperangkap. Memancar dari dalam dan memproduksi bayangan. Elemen utama karya ini, dua corong yang diletakkan di lantai. Di depannya terhampar dua gumpalan objek yang menyugestikan daging, plasenta atau sejenisnya. Dari dalam corong memancar warna hijau yang mengingatkan kita pada cahaya mikroskop. Di ujung belakang, sebuah tabir menangkap bayangan janin dalam perut. Karya itu, mudah diterka, berkaitan dengan pengalaman wanita ketika melahirkan. Corong yang menyempit di bagian tengah menyugestikan ketegangan, rasa sakit yang menajam, kemudian lepas. Gumpalan daging di ujung yang satu dan bayangan janin di ujung lain, merefleksikan sebuah pertanyaan tentang awal kehidupan. Dan, kematian. Karya Mella yang lain, Sound of Breath I, II, berangkat dari tema yang sama. Namun karya ini tak mempersoalkan ketegangan dengan awal dan klimaks. Karya berupa dua video yang ditutup kerangka bertabir ini mencerminkan ketegangan (seorang ibu menunggu kelahiran bayinya?) yang datar, monoton, dan lama. Nunung W.S. dan Sulebar memamerkan empat instalasi yang dikerjakan bersama. Dalam melukis, kedua pelukis ini biasanya mencari kaitan antara gerak emosi sesaat dengan refleksinya yang spontan pada kanvas. Dalam instalasi, keduanya mencoba membangun sebuah dialog perasaan dan menafsirkannya dengan sejumlah warna lampu neon. Berbeda dengan ungkapan Mella Jaarsma, Nunung dan Sulebar berusaha konsisten pada kecenderungan melukis mereka, mencoba tidak membangun simbol-simbol yang asosiatif. Namun karya-karya mereka, Trimurti, Semangat ke Pintu Gerbang Baru, Silakan Masuk, dan, Inspirasi Warna Cemeti belum menyugestikan apa-apa. Garis-garis mereka seperti bersembunyi. Hanya Trimurti yang sedikit menampilkan guratan Nunung. Nunung dan Sulebar barangkali terlalu mempertanyakan: apa sebenarnya media instalasi, sifatnya, kapasitasnya merekam ekspresi. Keraguan yang tak perlu. Instalasi, karena kemungkinan material dan pengungkapan yang tidak terbatas, tak mempunyai sifat. Perupa yang sudah mempunyai basis di media lain sekadar melepas keterikatan di sini sambil menggali kepekaan menyusun. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus