Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kelompok AbstraX menggelar pameran lukisan di Galeri Lawangwangi Creative Space Bandung sejak 4 Agustus hingga 4 September 2023 dengan judul Dive into the World of Painting Matters. Beranggotakan enam orang lulusan Seni Lukis dari Institut Teknologi Bandung, mereka menampilkan 32 karya lukisan bercorak realis hingga abstrak. “Yang menarik, karya-karya ke enam pelukis ini saling berbeda satu sama lain,” kata kurator pameran Asmudjo Jono Irianto, Jumat, 4 Agustus 2023.
Refleksi Seni Lukis Kontemporer dalam Lukisan Kelompok AbstraX
Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan, sekaligus merefleksikan pluralitas seni lukis kontemporer. Dari kelompok AbstraX yang dibentuk sejak 2003 itu, yang ikut berpameran kini adalah Agung Fitriana, Dadan Setiawan, Guntur Timur, Harry Cahaya, Reggie Aquara, dan Willy Himawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya lukisan Guntur Timur menampilkan citra alam termasuk bangunan namun tanpa sosok manusia. Sebagian di antaranya berlatar di Cina, tempatnya bekerja sebagai pengajar. Lukisan-lukisannya tampak lembut, samar, seperti dunia mimpi, dan kuat dengan aspek puitik. Sementara kekaryaan Harry Cahaya yang berbasis lukisan bercorak realis juga menggambarkan bentang alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Asmudjo, karya lukisan Harry memiliki semangat yang sama dengan lukisan lanskap romantisme yang merepresentasikan sikap subjektif dan kontemplatif terhadap alam sekitar. “Dalam konteks lukisan Harry urgensinya menjadi lebih tinggi, karena manusia modern semakin berjarak dengan alam,” ujarnya. Lebih menarik lagi, lukisan itu dinilainya bukan abstraksi alam namun juga bukan lukisan realis.
Pameran kelompok seniman AbstraX berjudul Dive into the world of Painting Matters di Galeri Lawangwangi Creative Space Bandung.(Tempo/Prima Mulia)
Karya lukisan Agung Fitriana juga menampilkan alam namun dengan reduksi tingkat tinggi. Asmudjo menilai gaya lukisannya bukan realis maupun abstrak. ”Lukisan Agung adalah jiwa dalam yang mengajak kita berhenti sejenak dari keriuhan keseharian dan masuk ke dalam ruang perenungan,” ujarnya.
Pada karya Reggie Aquara, lukisannya memanfaatkan kamera smartphone untuk memotret alam sekitar, pohon dan rerimbunan dari jarak dekat menggunakan aplikasi filter. Dia membuka diafragma yang lama dengan kemungkinan kamera bergoyang sehingga mendapatkan citraan yang buram. Sementara Dadan Setiawan memilih gaya abstrak untuk melawan serbuan citraan digital.
Penyelenggara dari ArtSociates, Andonowati mengatakan telah mengenal kelompok seniman AbstraX sejak awal 2000-an ketika mereka masih mahasiswa dan beberapa karyanya telah dikoleksi. Belakangan dia memutuskan untuk kembali bekerjasama lewat serial pameran untuk mempromosikan ulang grup AbstraX yang dimulai dari acara Art Jakarta Garden 2023.