Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Permainan tradisional anak-anak biasanya diiringi dengan lagu-lagu yang dinyanyikan secara bersama-sama sehingga suasana menjadi meriah. Tembang ini biasanya memuat nilai keteladanan dan nasihat di dalam lirik-liriknya. Contoh tembang dolanan yang masih cukup familier antara lain Gundul-Gundul Pacul, Padang Bulan, dan Cublak-Cublak Suweng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walau liriknya biasanya pendek-pendek, tembang dolanan bukan merupakan lagu yang remeh. Penelitian yang dilakukan pakar sastra Jawa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Daru Winarti, menemukan bahwa tembang dolanan ternyata mengandung sisi pembelajaran yang penting bagi anak-anak. Keberadaan lagu-lagu ini dalam keseharian anak-anak dapat menjadi wadah bagi mereka untuk mempelajari bahasa dan pengetahuan umum.
Lagu anak tradisional yang bisa berfungsi sebagai media pembelajaran contohnya dapat ditemukan pada lagu pengiring permainan ‘Ancak-Ancak Alis’. Dalam permainan tersebut, anak melantunkan lagu yang komunikatif. Pada penghujung lagu anak-anak harus menjawab pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan tersebut diketahui ialah urutan proses tumbuh kembang tanaman padi. Dengan menghafal lagu tersebut, anak-anak menjadi memiliki pengetahuan mengenai proses perkembangan tanaman padi.
“Itu dari mulai proses tumbuh padi saat masih agak kecil, sampai tumbuh agak besar, sampai berbunga, itu ada namanya kosakata khususnya tersendiri. Hal ini jelas akan menjadi pelajaran bahasa yang sangat menyenangkan untuk anak-anak,” ujar Winarti saat mempresentasikan hasil penelitiannya dalam seminar nasional bertajuk “Tembang Dolanan Jawa: Jenis dan Perkembangannya, dikutip dari laman resmi UGM, Senin, 12 Oktober 2021.
Winarti menjelaskan tembang dolanan telah ada sejak zaman dahulu, bahkan kondisinya lebih populer dari sekarang ini. Saat itu anak-anak melantunkan tembang dolanan di berbagai macam waktu.
Ia menuturkan tembang dolanan tidak hanya berfungsi sebagai pengiring permainan tradisional, tetapi ada pula tembang dolanan yang dilantunkan sewaktu mengasuh adik, ketika terjadi gejala alam seperti pelangi, bulan purnama, dan pada waktu dengan kondisi tertentu layaknya ketika ada yang buang angin (kentut), ada anak yang bermain curang, ada anak yang menangis, atau pada waktu mencari barang hilang.
Fungsi pendidikan yang terdapat pada tembang dolanan sangat bermanfaat untuk mengajari anak dengan cara yang menyenangkan. Untuk itu, Winarti berharap tembang dolanan dapat terus dilestarikan.
MAGHVIRA ARZAQ KARIMA
Baca juga: