Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Seniman sekaligus aktivis lingkungan yang tinggal di Parung Panjang, Bogor, Ridwan Manantik, menggelar pameran tunggal di Bandung. Berjudul Requestioning di Galeri Pusat Kebudayaan Jalan Naripan, pamerannya berlangsung sejak 1-10 Oktober 2022. “Kita mempertanyakan lagi soal sampah dan masalahnya,” kata dia menjelang pembukaan acara, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belasan lukisan terbarunya yang bercorak realis ekspresionis itu dipajang dengan ukuran besar hingga kecil. Dalam proses pembuatannya, Ridwan mengaku tidak menggambar aneka sampah dalam lukisannya dari foto. “Karena sudah lama bergelut dengan sampah, bentuknya sudah menempel di kepala,” ujar lelaki kelahiran Bima, pada 15 Januari 1968 itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika merantau di Jakarta saat berusia muda, Ridwan yang bergaul di Kampung Pemulung Gasong menjadi akrab dengan sampah. Setelah mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan pada awal 1990-an, hobi melukis dan gambarnya kembali bangkit. Dari lingkungan seniman Pasar Baru, ia terinspirasi oleh karya pelukis realis Sukriyal Sadin. Hingga pada 1995, dia mulai ikut pameran bersama, lalu menggarap proyek mural, membuka kelas melukis, dan mengelola galeri.
Lukisan berjudul Aku pun Berpikir karya Ridwan Manantik. TEMPO/ANWAR SISWADI
Dari Ibukota, Ridwan hijrah ke daerah Parung Panjang, Bogor pada 1998. Di sana, dia berhadapan dengan masalah sosial, sampah, dan banjir. Upayanya melarang warga membuang sampah sembarangan ke sungai tak digubris. “Sampai hampir berantem dengan mereka,” ujarnya. Dia lalu menggaet anak-anak muda lewat kegiatan seni di tempatnya sekaligus untuk gerakan lingkungan.
Pada karyanya kali ini, Ridwan tidak lagi menjadikan sampah sebagai obyek melainkan subyek. Berawal dari sebuah benda yang dimiliki atau dipakai orang. Ketika barang itu dianggap tidak lagi penting atau bernilai oleh pemiliknya, benda itu akan dibuang. Namun barang yang dianggap sampah itu, bisa jadi masih bernilai atau penting untuk dimiliki orang lain.
Pada intinya, para pemakai atau pemilik yang menentukan apakah suatu barang sudah menjadi sampah atau belum. Perbedaan nilai suatu barang dan sampah itu ditampilkan Ridwan dengan berbagai simbol pada lukisannya.
ANWAR SISWADI
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.