Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Seniman Herry Dim menggelar pameran tunggal lukisan dan instalasi berjudul Pilgrim di Galeri Orbital Dago, Bandung, mulai 18 Juli-18 Agustus 2024. Karyanya menampilkan sosok pada wayang motekar buatannya ke kanvas lukisan. “Bedanya kalau wayang ceritanya satu kalau lukisan ini masing-masing punya cerita,” katanya setelah acara pembukaan, Kamis sore 18 Juli 2024.
Pameran Tunggal Bertema Covid-19 Mengurung Aktivitas
Lewat karya lukisannya, seniman kelahiran Bandung pada 19 Mei 1955 itu di antaranya berkisah tentang pengalaman semasa pandemi Covid-19. Misalnya pada lukisan bercat akrilik yang berukuran kanvas 90 x 90 sentimeter berjudul 'Alone within Covid19 Walls' buatan 2022. Masa pandemi yang antara lain dirasakan mengurung dan membatasi aktivitas, ikut disinggung seperti pada karya berjudul 'Mencari Langit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tema lain pada lukisan Herry Dim terkait soal seni, politik, dan kekuasaan. Figurnya antara lain beberapa tokoh di wayang motekar. Wayang itu dibuat Herry pada 1990. Bentuk wayangnya ikut dipamerkan di ruang galeri. Selain itu di sudut ruangan ada bilik bagi pengunjung untuk memainkan wayang dengan senter yang telah disiapkan. Ada pula lukisan terbarunya yang berjudul 'A Cry for Rafah, Gaza', 'Palestinian People', serta 'Merak Dampit' tentang lingkungan, dan karya bersama cucunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pameran tunggal lukisan dan instalasi karya Herry Dim berjudul Pilgrim di Galeri Orbital Dago, Bandung, mulai 18 Juli-18 Agustus 2024. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Pemindahan dari Wayang ke Kanvas Pakai Teknologi AI
Menurut pengelola Galeri Orbital Dago yang juga kurator pameran, Rifky Effendy, pemindahan sosok pada wayang ke kanvas ikut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang paling sederhana. Walau begitu, Herry Dim tetap mengerjakan karyanya dengan metode umum melukis. Sementara jejak olahan digital masih bisa terlihat misalnya pada pembagian ruang dan komposisi dan beberapa elemen lukisan.
Pada pamerannya kali ini, Herry Dim berupaya mengembangkan terus wayang motekar dan menghidupkannya dalam bentuk lukisan. Ziarahnya ke masa lalu itu pun ikut menyapa seniman yang telah tiada seperti René Magritte (1898-1967), Edvard Munch (1863-1944), Pablo Picasso (1881-1973), Hendra Gunawan (1918-1983), Leonardo da Vinci (1452-1519). Herry Dim juga teringat sosok dunia mitologi seperti Nyi Pohaci, serta tradisi menusuk cabe dan bawang seperti sate, ulekan, juga mainan mobil masa kecil yang berbahan kulit jeruk bali.
Pilihan Editor: Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal di Bandung, Campurkan Seni Lukis Tradisi dengan Grafis