Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Paviliun untuk Gusti Nurul

12 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat Simon Karsten, 1992, kembali ke Indonesia, ia menyempatkan diri bertandang ke istana Mangkunegaran. Ia terutama ingin menengok salah satu bale bernama Bale Pracimayasa.

Inilah bale yang secara istimewa dibuat Karsten untuk seorang anak perempuan Mangkunegaran VII. Pergaulan Karsten memang luas. Ia bahkan sangat mudah diterima di kalangan bangsawan Jawa, seperti Raja Kasunanan Paku Buwana X maupun Mangkunegara VII yang sebenarnya ”berseteru”. ”Karsten juga sahabat dekat salah satu kakak R.A. Kartini yang bernama Sosrokartono,” kata William Vroegop, pengamat arsitek dari Belanda.

Menurut Charles Karsten, 40 tahun, sebagaimana sering diceritakan ayahnya, Mangkunegara VII kerap kali bertandang ke rumah kakeknya di Semarang. Kunjungan balasan juga sering dilakukan Karsten. ”Mereka sering melakukan korespondensi,” katanya. Tak mengherankan kalau kemudian Mangkunegara VII meminta bantuan Karsten untuk mendesain pendapa dan gapura istananya.

Karsten yang berdomisili di Semarang itu kelihatannya cukup akrab dengan penguasa Mangkunegaran. Bahkan Mangkunegara VII meminta Karsten merombak istananya. Menurut Sudarmono, sejarawan Universitas Negeri Sebelas Maret yang juga Ketua Solo Heritage Community, ia pernah mendapat arsip semacam surat perintah kerja pembangunan proyek Karsten dengan Mangkunegara VII. ”Di situ ada nilai proyeknya,” kata Sudarmono. Karsten tidak hanya membuat desain gambar pendapa dan gapura utama, tapi juga membenahi tata letak tempat tinggal keluarga Mangkunegara.

Menurut Sudarmono, sebelum Karsten menerima proyek pembangunan pendapa, istana Mangkunegaran menghadap ke utara. Oleh Karsten kondisi itu dibalik menjadi seperti sekarang ini, meski simbol-simbol filosofisnya, seperti di depan istana ada pasarnya, tetap dipertahankan. ”Pasar Triwindu dibuat agar simbol itu tetap bertahan,” kata Sudarmono.

Secara fisik, Karsten memperluas pendapa Mangkunegaran. Sudarmono menilai hal itu merupakan sesuatu yang revolusioner, dan itu membuat pendapa Keraton Kasunanan jauh lebih kecil. Padahal, dalam status, Keraton Kasunanan saat itu dirasakan statusnya lebih tinggi. Karsten juga menciptakan sistem drainase yang mengaliri lantai halaman istana, tempat abdi dalem dan rakyat berkumpul saat paseban. ”Agar ketika diduduki saat paseban, lantainya tidak panas,” kata Sudarmono. .

Karsten menambah emper pendapa dengan bahan dari besi yang didatangkan Karsten dari Belanda. Dwi Suci Sri Lestari, pengajar jurusan arsitektur Universitas Tunas Pembangunan, Solo, melihat penggunaan bahan baku besi sebagai pengaruh arsitektur Barat. Apalagi pada bagian itu dibuatkan kanopi berbahan besi baja. ”Sekalipun berhiaskan dekoratif motif flora timur, penambahan kanopi itu pengaruh Barat,” kata dia.

Selain merombak pendapa, Karsten juga mendesain pembuatan pintu gerbang utama yang menyambungkan pamedan (halaman depan) dengan halaman Pura Mangkunegaran. Karsten membuat pilar gapura tersebut dobel, dan menggunakan ragam Dorik yang berasal dari gaya neoklasik. Sehingga menimbulkan kesan kukuh, tetapi tetap memberikan tempat plengkungan atau arch, sesuatu yang biasa dijumpai pada gapura Jawa.

Yang paling istimewa, Karsten juga membuatkan paviliun yang menjadi tempat tinggal salah satu anak Mangkunegaran VII bernama Gusti Nurul. Gusti Nurul yang kala itu kecantikannya terkenal luas. Paviliun yang dibernama Pracimayasa ini berada di sayap sebelah kanan dan terpisah dengan bangunan utama. ”Karsten menyulap bangunan yang menyerupai pendapa itu menjadi ruangan yang memiliki banyak sudut,” tutur Sudarmono. Karsten juga memberikan tambahan jendela pada ruang makan yang terbuat dari kaca timah dengan hiasan motif suasana tradisional.

Seno Joko Suyono, Imron Rosyid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus