Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
|
NUN di selatan Prancis yang tenteram, di antara reruntuhan puri tua dan embusan angin Mediterania, dia menjadi seorang Marie, sang ibunda cantik, ditinggal mati suami dua tahun silam, yang hidup dengan dua putrinya. Di malam-malam yang lain, dia menjadi Marty, seorang wanita karir lajang, mandiri, yang bekerja sebagai seorang agen penerbitan buku sastra yang sukses di New York.
Dia (Marie dan Marty diperankan oleh Demi Moore) menikmati kedua kehidupan yang saling bertolak belakang itu. Tetapi, ketika ada dua orang lelakimasing-masing di New York dan Prancis Selatanyang mencintainya, yang manakah yang harus dipilih? Kehidupan mana yang sesungguhnya realitas baginya, dan yang manakah bagian dari mimpi?
Sesungguhnya film yang disutradarai Alain Berliner iniseorang sutradara Belgia yang namanya melejit karena sukses dalam film Ma Vie en Rose yang memenangi penghargaan dalam Golden Globe Festivalbisa menjadi sebuah film dengan citra rasa ''Eropa" yang surealistis. Skenario asli yang dibuat oleh penulis skenario terkemuka Ron Bass (Rain Man, The Joy Luck Club, dan My Best Friend's Wedding) ini adalah sebuah kisah cerita eksistensialis; seorang perempuan yang mempertanyakan realitas eksistensi dirinya. Satu pagi dia bisa bangun pagi di Prancis Selatan, dan pagi yang lain tiba-tiba dia sudah berada di apartemennya di New York dengan nama, profesi, dan status yang berbeda. Semua orang di sekelilingnya bersikeras mereka semua adalah tokoh-tokoh yang riil, bukan bagian dari impiannya. Pertanyaan tentang eksistensi diri seperti ini adalah sebuah pertanyaan klasik yang menjadi tema penting dalam cerita-cerita pendek Thomas Mann. Untuk beberapa saat, film ini berupaya (dengan keras) menampilkan Demi Moore dalam dua kehidupan yang kontras, antara Prancis Selatan yang romantik, bernuansa Eropa, dan penuh dengan rasa kekeluargaan dan New York yang megah, glamor, dan kosmopolit. Secara fisik, Moore tampil sebagai dua pribadi yang berbeda; penuh kebingungan akan peran ganda yang dijalaninya, tetapi toh terasa saling melengkapi. Tetapi, perbedaan kehidupan itu berhenti hanya pada persoalan fisik belaka.
Sesuai dengan judulnya, Passion of Mind, kegairahan tubuh dan pikiran yang berlapis-lapis, yang saling bertabrakan, berseliweran dan bolak-balik, yang menjadikan mimpi sebagai realitas dan realitas sebagai mimpi, hanya baru tercapai secara visual pada separuh film ini. Pertarungan psikologi dua sosok dalam satu jiwaMarie dan Martytak berhasil muncul, meski sesungguhnya sosok itu sungguh menarik digali baik secara tekstual maupun visual.
Hampir pasti, casting Demi Moore sebagai tokoh itu menjadi problem utama penggarapan film ini. Sebelumnya, nama-nama yang sesungguhnya dicalonkan memerankan tokoh yang menantang ini adalah Winona Ryder dan Meg Ryan.
Sebaliknya, para pria dalam film ini adalah pendamping yang tampil wajar sebagai orang-orang yang ''berebut" menarik sosok Moore dalam ''realitas" dunianya. Tokoh William Gunther (Stellan Skarsgard) sebagai kekasih Moore di Prancis Selatan yang tarik-menarik dengan Aaron Rifley (William Fichtner), kekasih Moore di New York, berlomba memperlihatkan dirinya sebagai realitas dan bukan impian kegilaan sosok Moore belaka. Pergulatan keduanya untuk mendapatkan Moore ''menetap" di dunianya itu justru tampil lebih menyentuh dibandingkan dengan penampilan Moore yang terlalu kasatmata.
Untuk seorang sutradara sekaliber Berliner, yang pernah menggebrak layar lebar melalui Ma Vie en Rosetentang seorang remaja kecil yang bingung dengan identitas gendernyafilm Passion of Mind adalah sebuah langkah mundur yang mengecewakan. Ide cerita film ini sesungguhnya sangat menarik dan orisinal. Hanya satu titikDemi Moore yang terlalu Hollywood di tengah suasana surealis ituyang kemudian menjadi nila dalam susu sebelanga. Apa boleh buat, keberhasilan sebuah film tidak bisa ditentukan oleh skenario kelas super sekalipun. Penggarapan film oleh sutradara dan casting adalah faktor penentu yang sangat penting.
Leila S.Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo