Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Produser Falcon Pictures, Frederica mengatakan tidak mencari keuntungan semata dari film Bumi Manusia. Film yang digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo ini, menurut dia, memiliki nilai yang lebih tinggi dari sekadar pendapatan penjualan tiket film yang didapat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami sudah banyak rezeki dari film-film kami yang box office. Kami tidak mencari keuntungan, tapi lebih pada sumbangsih untuk bangsa Indonesia," kata Frederica di XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019. "Karya film Bumi Manusia ini adalah salah satu selebrasi untuk kami semua. Kami sangat bersyukur."
Frederica menceritakan awal munculnya ide menggarap film yang diadaptasi dari novel tetralogi Pulau Buru, karangan Sastrawan Pramoedya Ananta Toer ini. Beberapa waktu lalu Frederica bertemu dengan salah satu anggota keluarga Pramoedya Ananta Toer. Ketika itu, dia meminta izin supaya cerita dalam novel Gadis Pantai bisa dijadikan film.
Tak disangka, keluarga Pramoedya Ananta Toer malah menawarkan tetralogi Pulau Buru untuk dijadikan film. "Ini seperti mendapat berlian jatuh," ucap dia.
Sutradara Hanung Bramantyo bersama cucu Pramodya Ananta Toer, Angga Oka dalam peluncuran poster Film Bumi Manusia di Epicentrum XXI, Jakarta. TEMPO/Chitra Paramaesti
Sutradara Hanung Bramantyo juga merasakan hal yang sama. Hanung menangis ketika film ini rampung digarap. "Saya bisa membuat karya Pak Pram menembus batas. Saya tidak pernah bisa membayangkan karya Pak Pram bisa dinikmati lewat film sekarang," tutur Hanung.
Seorang cucu Pramoedya Ananta Toer, Angga Oka juga hadir dalam peluncuran poster film Bumi Manusia. Angga yang mewakili keluarganya merasa bahagia karena salah satu buku Pramoedya Ananta Toer dijadikan sebuah film. "Saya tidak bisa ekspektasi apapun, tapi di sini kami semua senang," kata dia.
Angga Oka juga membawakan surat-surat Pramoedya Ananta Toer yang dikirimkan untuk keluarga ketika diasingkan di Pulau Buru. Salah satu surat tersebut meceritakan keadaan Pramoedya di sana.