Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Sebilah Kayu untuk Melayu

Memasuki tahun ke-12, Anugerah Sagang kian memekarkan kategori pemenang. Bagian dari strategi untuk kembali menjadikan Riau pusat kebudayaan Melayu pada 2020.

3 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA pun tahu bahwa Riau adalah nama provinsi. Tetapi tak banyak yang tahu apa maksud kata riau itu sesungguhnya. Dan apakah rancak hanya berarti cantik, dan laba cuma berarti keuntungan? Pertanyaan seperti itu kini bisa terjawab melalui Trombo Rokan: Buku Besar Alam Manusia dan Budaya Melayu Rokan, karya Taslim F. Datuk Mogek Intan dan Junaidi Syam.

Riau ternyata sebutan untuk ”ombak laut yang bergemuruh”. Rancak juga bisa berarti ”pancang yang digunakan untuk penambat kaki ayam pemikat”. Adapun makna lain dari laba adalah ”memukulkan mata pisau, parang, atau pedang kepada sesuatu untuk membunuh, melumpuhkan, atau melukai”. Sumbangan penting bagi pelestarian kosa kata Melayu?

Itulah yang dirasakan Yayasan Sagang, organisasi nirlaba yang digagas Rida K. Liamsi, Chief Executive Officer Riau Pos, pada 1996 (lihat Itu Semacam Community Development). Senin pekan lalu, Trombo Rokan mendapat predikat Buku Pilihan Sagang 2007 dalam sebuah selebrasi meriah di Hotel Mutiara Merdeka, Pekanbaru, meski buku itu resminya belum dijual bebas.

”Kami menggarap buku itu selama empat tahun,” ujar Junaidi Syam, penulis buku itu. Buku terbitan Yayasan Garasibumy (Gerakan Pencerahan Seni Budaya Melayu) ini disusun dengan cara tak lazim. Taslim Datuk Mogek Intan, seniman tradisional yang buta huruf, setiap malam menceritakan pengetahuan ensiklopedisnya yang luar biasa tentang masyarakat Melayu. Semua informasi dicatat dan disusun secara alfabetis oleh Junaidi Syam, kemenakan intelektual Riau Al-Azhar. Pada beberapa lema, diberi ilustrasi foto atau gambar obyek yang dibahas.

Buku Pilihan adalah satu dari tujuh kategori penghargaan dari anugerah yang tahun ini memasuki perhelatan ke-12. Enam penghargaan lainnya tersebar mulai dari Seniman/Budayawan Pilihan sampai Karya Penelitian Budaya. ”Yang paling membahagiakan, Anugerah Sagang tak cuma melihat sisi romantik dan historis, tapi juga inovasi yang dilakukan,” tutur Yusmar Yusuf, Produser Eksekutif Geliga, kelompok musik yang terpilih sebagai Institusi Budaya Terbaik. Geliga selama ini dikenal sebagai ”grup jazz Melayu” karena membaurkan ritme jazz dan ornamen bunyi musik Melayu.

Anugerah Sagang diadakan sebagai respons atas salah satu keputusan Dialog Selatan II yang diikuti para seniman dan budayawan puak Melayu dari Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Filipina, dan Thailand. ”Setelah Riau memberikan sumbangan besar bagi terbentuknya bahasa Indonesia, saya berpikir apa lagi yang bisa disumbangkan oleh wilayah ini,” ujar Rida K. Liamsi. ”Sebagai pencinta sastra, saya pikir lebih baik membantu lebih dulu kawan-kawan yang bergerak di bidang kesenian,” ujarnya. Nama sagang diambil dari semacam kayu kecil yang biasa dipakai untuk membuat stabil bubungan rumah tradisional masyarakat Riau.

Dalam anugerah tahun pertama yang berlangsung pada 1996, hanya ada dua kategori yakni Buku Pilihan (Raja Ali Haji, Budayawan di Gerbang Abad XX karya Hasan Junus) dan Seniman/Budayawan Pilihan, yang ditabalkan kepada dramawan-penyair Idrus Tintin. Seiring dengan perjalanan waktu, jumlah kategori pun kian mekar, dibarengi dengan jumlah hadiah. Tahun ini, dari atas panggung, Gubernur Rusli Zainal, yang mengikuti sampai akhir acara, secara spontan menyatakan akan memberikan tambahan hadiah kepada pemenang masing-masing Rp 5 juta. Lima buku diluncurkan dalam penutupan acara, salah satunya adalah Orgasmaya, buku puisi perdana Hasan Aspahani, penyair muda yang eksistensinya kiah kukuh di Tanah Air.

Di mata sastrawan Hamsad Rangkuti, apa yang dilakukan Sagang merupakan kontribusi besar bagi pelestarian dan perkembangan sastra Melayu. ”Ini membuat masyarakat mengenali lagi akar dari mana mereka berasal,” katanya.

Akmal Nasery Basral

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus